Langit senja telah tampak di kejauhan saat ketiga orang yang berjalan perlahan itu tiba disebuah rumah sederhana dengan halaman besar.
Seorang kakek tua sedang terduduk sembari membenahi jaring ikan di teras rumah tersebut. Kakek tua itu lantas terkaget saat melihat kedatangan istrinya bersama dua orang asing yang nampak sedang butuh pertolongan. Dengan berjalan terburu-buru kakek tua itu datang menghampiri.
"Nenek!!" Panggil kakek tua itu dengan penuh kekhawatiran pada istrinya yang baru saja tiba.
"Apa sesuatu telah terjadi?""Kakek tolonglah anak muda ini." Ucap nenek itu sembari menunjuk Hayam Wuruk.
"Dia benar-benar membutuhkan pertolongan segera.""Astaga, cepat bawa dia ke dalam dulu Nek." Ucap Kakek itu. Keduanya kemudian membantu Sudewi memapah Hayam Wuruk untuk masuk ke dalam rumah.
"Periksalah seluruh kepalanya Kek." Pinta nenek itu.
Dengan begitu telaten, kakek itu memeriksa seluruh bagian kepala Hayam Wuruk. Tangannya terlihat berhenti pada bagian yang terkena hantaman, tepat di bawah telinga kanan Hayam Wuruk.
"Apa ini sakit?" Tanya Kakek itu sembari memijit perlahan bagian kepala itu.
"Ssshhhhhh...." Hayam Wuruk sontak meringis menahan sakit saat merasakan pijatan kakek itu.
"Tunggulah sebentar." Pinta Kakek itu yang lantas masuk ke dalam salah satu kamar. Sebotol minyak tampak berada digenggamannya saat kakek itu kembali. Dengan perlahan dioleskannya minyak dari botol itu ke bagian kepala Hayam Wuruk. Sekali lagi pria itu terlihat kesakitan saat jari-jemari kakek itu kembali memijatnya.
Lama kakek itu memijat-mijat kepala Hayam Wuruk sampai perlahan ekspresi kesakitan tak lagi tampak di wajah sang Raja.
"Apakah sekarang masih terasa sakit Nak?" Tanya kakek itu.
"Rasa sakitnya sudah jauh berkurang Kek." Ucap Hayam Wuruk.
"Benarkah Kanda?" Tanya Sudewi yang sedari tadi menatap khawatir pada suaminya itu.
Perlahan Hayam Wuruk tersenyum dan mengangguk.
"Terimakasih sudah menolong kami." Ucap Sudewi kemudian pada dua orang tua itu.
"Apa maksudmu nduk ayu?" Ucap nenek itu.
"Akulah yang seharusnya berterimakasih pada kalian. Jika tak ada kalian, mungkin aku sudah mati tadi.""Sebenarnya apa yang terjadi Nek?" Tanya kakek itu lagi, kaget dengan perkataan terakhir istrinya itu.
"Perisau-perisau itu datang lagi Kek." Ucap nenek itu dengan kesal.
"Apakah mereka berusaha mengambil uang kita lagi?" Tanya Kakek itu.
"Iya Kek." Ucap nenek itu.
"Mereka bahkan berusaha menyakitiku saat aku bersikeras tak ingin memberikan uang kita."Kakek tua itu tampak menghembuskan nafasnya dengan begitu sedih.
"Lain kali berikan saja apa yang mereka mau Nek. Jangan membuat masalah dengan orang-orang seperti itu.""Tentu saja aku tak akan memberikannya begitu saja Kek, seenaknya saja mereka seperti itu." Ucap Nenek itu yang terlihat bertambah kesal.
"Untung saja ada anak-anak muda ini membantuku untuk mengusir mereka tadi. Tapi.." Nenek itu tampak menatap Hayam Wuruk dengan perasaan bersalah.
"Anak muda ini jadi terluka karenanya, perisau itu memukul kepalanya dengan begitu keras Kek.""Ini sudah tak apa Nek." Ucap Hayam Wuruk tersenyum.
"Oh iya, aku adalah Nenek Wening dan ini adalah suamiku Kakek Darya." Ucap nenek itu memperkenalkan diri.
"Dan kalian ini..." Nenek itu nampak mengamati Sudewi dan Hayam Wuruk bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...