Udara kembali terasa begitu sejuk ketika Sudewi berjalan di tengah keramaian pasar. Beberapa kali dia harus menghindari genangan air, sisa rintik hujan dini hari tadi.
Hatinya begitu lega saat melihat kedai keramik Zuànshí yang tampak terbuka di kejauhan. Dengan tanpa menunda lagi, Sudewi tampak segera berjalan mendekati kedai itu.
"Selamat datang...." Ucap Zuànshí ketika melihat ada seseorang yang datang.
"Ah Nyonya Sudewi." Senyumnya tampak semakin lebar saat menyadari Sudewi lah yang sedang berjalan memasuki kedainya."Selamat siang Nona Zuànshí."
"Selamat siang Nyonya Sudewi. Senang bisa melihat Anda hari ini." Ucap Zuànshí.
"Anda ingin mengembalikan buku?""Iya Nona Zuànshí." Ucap Sudewi sembari menyodorkan buku Li Qingzhao yang dipinjamnya.
"Anda ingin meminjam lagi?"
"Hmmm sepertinya untuk saat ini tidak dulu Nona Zuànshí." Ucap Sudewi.
"Aku tidak akan punya banyak waktu luang untuk beberapa hari ke depan." Lanjut Sudewi ketika dilihatnya kening Zuànshí yang tampak berkerut penuh tanya."Anda akan sangat sibuk?" Tanya Zuànshí.
Sudewi tampak mengangguk.
"Oh ya, aku juga ingin memberikanmu ini." Sudewi tampak memberikan gulungan kertas yang dibawanya pada Zuànshí."Apa ini Nyonya?"
"Itu adalah undangan Nona Zuànshí."
"Undangan?" Perlahan Zuànshí tampak membuka gulungan kertas itu.
"Tak berapa lama lagi akan ada upacara keagamaan tahunan di Majapahit." Ucap Sudewi.
"Akan ada beberapa rangkaian acara dalam upacara tersebut. Termasuk beberapa pertunjukan seni. Aku ingin secara khusus mengundangmu ke istana nanti."Mata Zuànshí tampak membulat seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Apakah saya akan benar-benar bisa masuk ke dalam istana, Nyonya?" Tanyanya."Tentu saja, ini adalah undangan resmi, selama kau membawanya, tak akan ada satupun yang bisa menolakmu masuk ke dalam istana." Ucap Sudewi.
"Berikan saja undangan ini pada prajurit yang berjaga. Mereka akan memberitahukan kedatanganmu padaku. Aku akan segera datang padamu nanti.""Wah...." Sekali lagi Zuànshí tampak memandangi undangan yang ada di tangannya, seakan belum mempercayai apa yang didengarnya.
"Anda pasti orang penting, sampai bisa membawaku masuk ke dalam istana Majapahit." Ucapnya kemudian.Sudewi nampak bingung untuk menjawab kata-kata Zuànshí, mengingat gadis itu sama sekali tak tahu siapa sebenarnya Sudewi.
"Hmmm...aku akan menjelaskannya nanti jika kau sudah berada di dalam istana, Nona Zuànshí." Ucap Sudewi.Zuànshí tampak tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah Nona Zuànshí, aku harus segera pergi, ma'af jika aku tak bisa berlama-lama disini hari ini." Ucap Sudewi.
"Tak apa Nyonya Sudewi, bukankah kita akan bisa bertemu lagi nanti?" Ucap Zuànshí sembari mengangkat surat undangan yang dipegangnya.
"Baiklah Nona Zuànshí sampai berjumpa lagi nanti." Ucap Sudewi sembari berjalan keluar toko.
"Sampai berjumpa lagi nanti Nyonya Sudewi."
Sudewi tampak melambaikan tangannya pada gadis yang sedang tersenyum lebar padanya itu sebelum akhirnya pergi berlalu.
****
"Selamat datang kembali di keraton Trowulan Putri Nertaja." Ucap salah satu dayang, ketika Nertaja baru saja turun dari keretanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...