Bab 48

196 30 0
                                    

Membutuhkan lebih dari 5 hari untuk Sudewi membaca habis buku yang dipinjamkan Zuànshí padanya. Meski ada beberapa kata yang tak dimengertinya, namun syair-syair yang ditulis dimasa Dinasti Song berkuasa di Tiongkok itu tetap mampu menawan hati Sudewi. Seandainya saja Guru Atharwa bersamanya saat ini, akan sangat menyenangkan jika bisa membahas segala hal tentang syair-syair itu bersama-sama.

"Permaisuri kenapa Anda berpakaian seperti itu?" Tanya Hayi ketika melihat tuannya yang tak mengenakan atribut kerajaan sama sekali pagi ini.

"Aku akan pergi ke luar keraton hari ini Hayi." Ucap Sudewi.

"Keluar keraton? Kemana Permaisuri?"

"Ke tempat nona Zuànshí."

"Nona Zuànshí?" Tanya Hayi terheran.

"Itu adalah nama gadis Tiongkok yang kita temui tempo hari, aku akan mengembalikan buku yang dipinjamkannya padaku." Ucap Sudewi.

"Apa tak sebaiknya saya saja yang mengembalikannya Permaisuri?" Tanya Hayi.

"Tak apa Hayi, aku ingin sekali mengembalikan sendiri buku ini, aku ingin mengucapkan terimakasih langsung padanya." Ucap Sudewi.
"Kau ikutlah bersamaku." Pintanya kemudian.

"Tentu saja Permaisuri, tapi apakah Anda sudah mendapatkan izin untuk keluar hari ini?"

"Aku akan menemui Prabu Hayam Wuruk untuk meminta izin darinya Hayi, aku rasa beliau pasti akan mengizinkannya. Lagipula kita tidak akan pergi terlalu jauh, hanya disekitaran Trowulan saja bukan?" Ucap Sudewi.

"Kau tunggulah aku di halaman depan." Pinta Sudewi kemudian.
"Aku akan menemui Prabu Hayam Wuruk terlebih dahulu."

"Baik Permaisuri."

Sudewi pun tampak segera berlalu meninggalkan kamarnya, dia tak boleh berangkat terlalu siang hari ini, atau kalau tidak, dia akan terjebak hujan lagi seperti sebelumnya.

"Aku ingin bertemu dengan Prabu Hayam Wuruk, apakah beliau masih ada di kamarnya?" Tanya Sudewi pada prajurit yang berjaga setibanya di depan kamar suaminya itu.

"Beliau masih ada di dalam Permaisuri, saya akan memberitahukan kedatangan Anda." Ucap prajurit itu sembari pergi berlalu, tak berselang lama prajurit itu nampak kembali.
"Silahkan masuk Permaisuri, Prabu Hayam Wuruk telah menunggu Anda." Ucap prajurit penjaga itu.

"Terimakasih..." Ucap Sudewi sembari memasuki kamar itu.

"Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan padaku Sudewi?" Tanya Hayam Wuruk yang sedang terduduk di meja kerjanya, senyumnya tampak mengembang saat melihat istrinya yang sedang berjalan mendekat itu.

"Kanda... aku ingin meminta izin padamu." Ucap Sudewi.

"Meminta izin?"

"Bolehkah aku pergi keluar keraton hari ini?" Tanya Sudewi.
"Ada seorang teman yang ingin aku temui." Sudewi bisa melihat kerutan tanya di kening Hayam Wuruk, ketika mendengar perkataannya itu.

"Seorang teman?" Tanya Hayam Wuruk terheran.

Perlahan Sudewi mengangguk.
"Kanda ingat dihari aku mengunjungi Guru Atharwa?" Tanya Sudewi.
"Ketika dalam perjalanan pulang, aku dan Hayi mampir mengunjungi pasar sebentar dan disitu aku bertemu dengan seseorang." Lanjutnya.
"Itulah sebabnya aku sedikit kehujanan kala itu."

"Siapa nama temanmu?" Tanya Hayam Wuruk kemudian.

"Zuànshí..."

"Dia orang....Tiongkok?"

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang