Sudewi nampak terdiam memandangi langit yang tampak mulai menghitam di luar jendela. Sayup-sayup terdengar olehnya suara keramaian yang ditebaknya berasal dari halaman keraton Daha.
Dia pasti sudah datang...
Sudewi tampak menghela nafasnya dalam-dalam, berusaha untuk mengenyahkan sedikit saja keraguan dan kegelisahan di hatinya.
"Saya sampai berfikir kalau anda mungkin kabur meninggalkan keraton tadi."
Kata-kata yang pernah diucapkan Hayi terus terngiang-ngiang di telinganya sedari tadi.
Kabur?
Haruskah?Sudewi tak bisa mengenyahkan pikirannya itu, membuatnya hampir saja gila, cukup gila untuk mengambil keputusan yang tak pernah disangkanya akan terlintas dipikirannya saat ini.
Disisi lain keraton Daha, seorang pria nampak bingung mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan seseorang.
Dimana kau Sudewi?
Betapa inginnya Hayam Wuruk bertemu dengan gadis itu sekarang. Meskipun segalanya nampak telah terlambat, namun setidaknya Hayam Wuruk ingin meminta ma'af atas apa yang terjadi pada mereka saat ini.
"Kanda, siapa yang sedang kau cari?" Tanya Nertaja ketika melihat wajah bingung kakaknya itu.
"Bukan siapa-siapa." Ucap Hayam Wuruk sembari mengalihkan perhatiannya pada ayah, ibu, paman dan bibinya yang sedang bercengkrama bersama penuh dengan kebahagiaan di depannya.
"Benarkah?" Nertaja nampak tak begitu saja percaya pada ucapan kakaknya itu.
"Kalau orang yang sedang kau cari adalah calon pengantinmu? Berhenti lah berharap Kanda, kau tidak akan bisa bertemu dengannya malam ini." Ucap Nertaja, seketika membuat Hayam Wuruk terdiam."Kau tidak akan bisa bertemu dengan pengantinmu sampai upacara pernikahan besok, jadi bersabarlah." Goda Nertaja kemudian.
Hayam Wuruk nampak menghela nafasnya dalam-dalam.
Jamuan makan malam telah dimulai, suasana terasa begitu hangat. Semua orang bercengkrama dalam kebahagiaan. Berbagai macam makanan lezat nampak tersaji. Pertunjukan seni tari dan musik mulai menghibur mereka semua. Namun itu tak cukup untuk mengenyahkan Sudewi dari pikiran Hayam Wuruk.
"Apakah Putri Sudewi sudah makan?"
Hayam Wuruk dapat mendengar ibunya bertanya pada salah satu dayang yang dikenalinya sebagai dayang dari Sudewi.
"Tolong berikan ini padanya." Pinta ibu Suri Dyah Gitarja, sembari menyodorkan sepiring penuh makanan.
"Baik Ibu Suri." Ucap Hayi sembari berlalu pergi membawa piring itu.
Hayam Wuruk nampak mengamati kepergian dayang itu.
Andai saja aku bisa bertemu denganmu sebentar saja Sudewi...
Sekali lagi dihelanya nafas dalam-dalam. Suasana paseban keraton Daha sudah terlalu bising untuknya kini, membuat hatinya semakin tidak tenang saja.
"Ibu...aku ingin berjalan-jalan sebentar di taman." Ucap Hayam Wuruk pada ibunya. Sepertinya dia memang perlu menjauh dari kebisingan ini, berharap sedikit saja bisa menjernihkan pikirannya.
"Pergilah nak." Ucap Ibu Suri Dyah Gitarja tersenyum pada putranya itu.
Begitu melangkahkan kakinya keluar paseban, Hayam Wuruk dapat merasakan sejuknya angin malam menerpa kulitnya. Dia tampak terus berjalan melewati banyak taman di keraton Daha, langkahnya baru terhenti ketika dirasa sudah tak terdengar lagi kebisingan suara pesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...