Bab 23

248 35 0
                                    

"Permaisuri baru saja tiba selepas tengah malam, Prabu."

Itulah jawaban seorang prajurit padanya ketika Hayam Wuruk bertanya soal kedatangan Sudewi semalam. Bisa jadi wanita itu sangat lelah hari ini. Maka sedari tadi pagi, sebisa mungkin Hayam Wuruk menahan diri untuk tidak langsug menemui istrinya itu, meskipun dia sangat ingin. Dan dia merasa saat ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menemui permaisuri nya itu. Dari jendela kamarnya kini dia bisa melihat matahari yang telah bersiap untuk terbenam.

Ditutupnya dokumen terakhir yang harus diperiksanya. Dengan senyum yang lagi-lagi mengembang di bibirnya, Hayam Wuruk nampak berjalan keluar ruangan kamarnya. Dia benar-benar tak sabar untuk bertemu dengan Sudewi. Ada sesuatu yang ingin disampaikannya pada istrinya itu. Dia telah mengutarakan keinginannya pada Patih Gajah Enggon untuk rehat sejenak dari semua rutinitas kerajaannya. Ya dia sudah berencana untuk pergi berburu ke Hutan Nandawa esok hari. Dan kali ini dia ingin mengajak Sudewi ikut bersamanya. Dia berpikir mungkin tak ada salahnya jika mereka menghabiskan waktu bersama. Lagipula pergi berjalan-jalan ke luar keraton akan sangat menyenangkan bagi dirinya dan Sudewi.

Hayam Wuruk nampak melambatkan langkahnya ketika mulai memasuki kamar Sudewi. Dilihatnya hanya ada Hayi yang sedang terduduk sendiri.

"Selamat malam Prabu." Ucap Hayi sembari menunduk hormat.
"Permaisuri sedang makan malam bersama Ibu Suri Dyah Gitarja, Prabu."

"Apa?" Hayam Wuruk tampak menghela nafas, disaat-saat seperti ini kenapa masih ada saja yang membuatnya tidak bisa langsung bertemu dengan Sudewi?

"Tak apa, aku akan menunggunya kali ini." Ucapnya kemudian sembari mengambil duduk tepat di depan meja Sudewi. Dilihatnya buku Ramayana masih tetap ada di atas meja itu. Dibukanya buku itu tepat pada halaman dimana Sudewi memberinya kertas penanda. Hayam Wuruk bisa menebak bagian itulah yang sedang dibaca oleh wanita itu saat ini.

Sepertinya Dia benar-benar menyukai Raja Rama...

Hayam Wuruk tersenyum memandang buku itu. Namun tiba-tiba perhatian nya teralihkan pada sebuah kotak kayu berukir yang berada di samping buku itu. Diperhatikannya kotak kayu berukir itu, sebelum akhirnya membukanya dengan perlahan. Begitu tertegunnya dia ketika melihat apa yang ada di dalam kotak kayu itu. Sepasang keris dan cundrik yang memiliki ukiran senada, tampak serasi satu sama lain.

Milik siapa ini?

Ditelusurinya ukiran indah pada sarung keris itu dengan jari-jemarinya.

Indah sekali...

Dipandanginya lekat-lekat sepasang keris dan cundrik itu sekali lagi, sebelum akhirnya menutup kembali kotak kayu berukir itu.

"Kanda...." Tiba-tiba terdengar suara lembut seseorang yang sedari kemarin ingin ditemuinya. Perlahan Hayam Wuruk memutar tubuhnya. Dilihatnya Sudewi yang sedang berjalan ke arahnya.

"Kanda sudah menunggu lama?"

Hayam Wuruk tersenyum memandangi kedatangan istrinya itu.

"Belum cukup lama untuk membuatku menyerah menunggumu kali ini Sudewi." Ucapnya.
"Sepertinya lebih sulit untuk bertemu denganmu daripada bertemu Patih Majapahit."

Senyum indah nampak mengembang di bibir wanita itu.
"Ma'af Kanda..."

"Dan sepertinya kau lebih sering bertemu dengan ibu daripada aku."

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang