Bab 103

150 18 10
                                    

"Prabu....Hayam Wuruk...."

Hayam Wuruk yang masih tersenyum sontak mengangguk kecil. Meski suara Arnawama tidaklah sama sekali terdengar, namun gerakan mulutnya masih nyata terbaca. Dan Hayam Wuruk yakin bahwa namanya lah yang memang sedang digumamkan oleh pria itu.

Terlebih lagi saat Arnawama mulai memberikan tanda penghormatannya dengan membungkukkan tubuh perlahan. Jelas sudah bahwa pria itu telah berhasil mengenali Sang Raja meski hanya dengan sedikit 'petunjuk'.

Sudewi yang baru saja tiba bersama sosok gurunya pun juga langsung tersenyum begitu memandang pada Arnawama.

Demikian pula dengan Arnawama. Hayam Wuruk tampak tertegun saat mendapati betapa tertawannya pria yang perlahan sedang menegakkan kembali tubuhnya itu.

Arnawama....

Dari mata bening pria itu yang sama sekali tak berkedip saat menatap Sang Permaisuri di hadapannya, Hayam Wuruk bisa melihat dengan jelas ada satu beban kerinduan tak tertahankan yang sedang terlepas begitu bebas.

Namun sepertinya tak butuh waktu lama bagi Arnawama untuk menyadari atas sikap salahnya itu, terlihat dari pria itu yang segera menundukkan pandangannya. Begitu pula dengan tubuhnya yang perlahan kembali membungkuk hormat.

"Tak perlu...." Ucap Sudewi buru-buru saat mengetahui Arnawama yang kini membungkukkan tubuh untuknya.
"Aku mohon Kakang jangan membungkuk seperti itu padaku..." Pinta Sudewi lagi yang lantas membuat Arnawama kembali menegakkan tubuhnya segera.

Ketertegunan pun kembali menguasai Hayam Wuruk manakala melihat ada senyum yang kemudian muncul baik di wajah kekasihnya maupun di wajah Arnawama begitu mata mereka bertemu pandang.

Semakin lama, semakin dalamnya Hayam Wuruk mengamati, seakan ingin mencoba memahami arti dibalik senyuman kedua orang yang memang sudah lama tak bertemu itu.

"Kanda....."

Hayam Wuruk tampak langsung tersadar saat mendengar panggilan lembut itu. Dan betapa bungahnya ia saat melihat Sudewi yang perlahan sedang mengalihkan pandangan mata padanya.

"Ma'af telah membuat Kanda menunggu lama." Ucap Sudewi lirih.

"Tak apa Sudewi...." Ucap Hayam Wuruk sembari tersenyum begitu lembut, meski kenyataannya tak ada lagi senyum di wajah Permaisurinya itu yang tersisa untuknya.

"Ini.....adalah Guru Byakta." Ucap Sudewi kemudian, mulai memperkenalkan sosok guru yang sedari tadi setia berdiri di belakangnya.
"Beliaulah guru yang selama kurang lebih 8 tahun mengajariku."

Terlihatlah sosok Guru Byakta yang langsung membungkukkan tubuhnya begitu dalam.
"Selamat datang di kediaman kami, Prabu." Ucap Guru Desa itu.
"Suatu kehormatan Anda berkenan datang berkunjung kemari."

"Saya lah yang merasa terhormat dapat mengunjungi kediaman ini, Guru." Ucap Hayam Wuruk dengan penuh senyum.
"Kediaman dari seseorang yang telah mengajar Permaisuri dengan begitu baik."

Tampak begitu tersanjung atas pujian Raja Majapahit itu, sekali lagi Guru Byakta menundukkan tubuhnya semakin dalam.

"Dan ini...." Kini pandangan Sudewi beralih kembali pada sosok Arnawama.
"Adalah Kakang Arnawama, dia adalah putra dari Guru Byakta, sahabat yang juga telah banyak mengajariku."

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang