Bab 82

170 25 0
                                    

Hari demi hari telah berlalu, cukup sudah bagi Sudewi untuk benar-benar memulihkan kondisinya. Kini ia merasa telah begitu sehat. Bahkan tubuhya terasa lebih bugar dari sebelum ia sakit.

Disenyuminya bayangannya sendiri yang telah nampak rapi di depan cermin. Terlihat begitu bersemangat untuk memulai hari-harinya kembali.

"Oh saya kira matahari pagi di luar sana sudah cukup cerah, ternyata masih ada yang lebih cerah lagi."

Senyum Sudewi terlihat semakin mengembang saat mendengar ucapan Hayi yang baru saja memasuki kamarnya
"Apa itu?" Tanya Sudewi.

"Senyum Andaaa...."

Jawaban dayangnya itu sontak mengubah senyum Sudewi menjadi tawa.
"Aku merasa begitu baru hari ini." Ucap Sudewi senang.
"Terimakasih sudah mengurus ku dengan sangat baik selama aku sakit, Hayi."

"Sama-sama Permaisuri..." Hayi tampak tersenyum.
"Melihat Anda sehat seperti ini adalah segalanya bagi saya."

"Betapa beruntungnya diriku, memiliki sahabat seperti dirimu." Ucap Sudewi sembari menggenggam lembut tangan dayangnya itu.
"Katakan padaku, adakah sesuatu yang kau inginkan sebagai hadiah? Aku rasa kau pantas mendapatkannya."

"Saya tak menginginkan apapun Permaisuri..."

"Sungguh?" Tanya Sudewi sekali lagi.

"Hmmm..." Perlahan Hayi mengusap lembut tangan Permaisurinya itu.
"Kalau begitu, ajaklah saja saya ikut berjalan-jalan jika nanti ada kesempatan lagi Anda melakukannya, seperti di Lodaya waktu itu."

Sudewi lantas tersenyum mendengar permintaan dayangnya itu.
"Aku berjanji Hayi, berikutnya aku pasti akan mengajakmu." Ucap Sudewi.
"Ada beberapa sahabat baik yang kami temui di Lodaya kala itu. Aku dan Prabu Hayam Wuruk telah menjanjikan untuk sering-sering datang berkunjung pada mereka. Dan jika kesempatan itu tiba, aku pastikan kau akan ikut bersama kami."

"Apa Prabu Hayam Wuruk tak akan keberatan?"

"Hmmm...." Sudewi berpura-pura berpikir.
"Aku rasa tidak. Jikapun Prabu Hayam Wuruk keberatan maka mungkin aku akan lebih memilih untuk pergi bersamamu, karena sepertinya aku lebih mencintai sahabatku ini."

"Uhhhhh benarkah itu?" Goda Hayi sembari memicingkan matanya.
"Dari mata Anda saja sudah terlihat kalau Anda sedang berbohong."

Sekali lagi Sudewi tertawa.
"Aku sama-sama mencintai kalian berdua Hayi..." Ucap Sudewi akhirnya.

Hayi terlihat semakin memicingkan matanya.
"Sungguh?"

"Sungguh!" Ucap Sudewi meyakinkan sembari menahan tawanya.
"Oh sudahlah, aku tak tahan jika harus melihat wajah jenaka mu ini." Dengan begitu sayang Sudewi mengusap wajah dayangnya itu.
"Oh ya apakah Guru Atharwa sudah terlihat datang?" Tanyanya kemudian.

"Hmmm saya rasa beliau belum datang Permaisuri." Ucap Hayi.
"Saya tak melihat ada siapapun di pendopo tadi."

Sudewi terdiam mendengar jawaban dayangnya itu.
"Kau yakin sudah mengirimkan surat yang aku tulis kemarin bukan, Hayi?" Tanya Sudewi kemudian, mengingat surat yang ditulisnya kemarin untuk memberitahu Guru Atharwa bahwa ia telah siap melakukan pertemuannya kembali hari ini.

"Saya pastikan kemarin sudah meminta seorang prajurit untuk mengirimkan surat itu ke Kadewaguruan Guru Atharwa, Permaisuri." Ucap Hayi, terlihat raut wajahnya yang berubah menjadi cemas.

"Tak apa kalau begitu Hayi..." Ucap Sudewi menenangkan.
"Mungkin Guru Atharwa memang sedikit terlambat hari ini, jika tak bisa datang pun, beliau pasti sudah menulis surat balasannya kemarin."

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang