Bab 95

237 26 33
                                    

Dia menungguku....

Bibir Hayam Wuruk tersenyum ditengah air mata yang mulai mengaliri wajahnya.

Dia sedang menungguku...

Suara pikirannya terdengar mengulangi. Suasana pusat kota yang cukup sepi dihari yang masih pagi ini, membuat Hayam Wuruk sama sekali tak mengurangi kecepatan laju kudanya. Bahkan ia semakin mempercepatnya saat gerbang keraton Trowulan telah mulai nampak di kejauhan.

Para prajurit penjaga langsung terlihat bersiap siaga saat mengetahui ada seseorang yang berkuda dengan begitu cepatnya sedang melaju ke arah mereka. Tampaknya masih sulit bagi para prajurit itu untuk mengenali bahwa raja mereka lah orang yang sedang berkuda itu.

Dan hatinya yang tak bisa menunggu lagi, membuat Hayam Wuruk tak memperdulikan kesiap siagaan itu. Laju kudanya masih saja cepat. Ia baru memperlambatnya saat hampir tiba. Dan iapun berhasil membuat prajurit penjaga terdepan begitu terperanjat saat dengan sekonyong-konyong menghentikan kuda tepat dihadapannya.

Dengan serta-merta, prajurit penjaga itu langsung menajamkan pandanganya. Dan raut wajahnya seketika berubah saat mengenali orang yang baru saja tiba itu sebagai rajanya.

"Prabu Hayam Wuruk telah kembali!!!" Prajurit itu sontak berteriak pada yang lain, membuat beberapa diantaranya langsung datang mendekat.
"Selamat datang kembali Prabu..." Ucap prajurit itu kemudian saat rajanya itu telah turun dari kudanya.

"Ya..." Jawab Hayam Wuruk.
"Ma'af telah membuat kalian semua kalang kabut seperti ini."

"Tak apa Prabu.." Ucap prajurit itu.
"Penjaga semalam mengatakan bahwa Anda-"

"Aku baik-baik saja." Potong Hayam Wuruk segera.
"Aku baik-baik saja." Ulangnya lagi sebelum akhirnya berjalan ke dalam keraton dengan terburu-buru. Lagi-lagi meninggalkan para prajurit yang saling bertukar pandang bingung melihat tingkah janggal raja mereka itu.

Dengan tak memperdulikan tatapan bingung itu, Hayam Wuruk semakin memperlebar langkah kakinya menuju ke satu tempat. Satu tempat dimana seharusnya orang yang teramat sangat dirindukannya berada. Langkahnya berubah menjadi lari saat dirinya hampir tiba.

"Pa- Prabu!!"

Hayam Wuruk bisa melihat tatapan kaget dari prajurit yang berjaga di depan kamar istrinya saat melihatnya berlari memasuki kamar itu. Dan sekali lagi Hayam Wuruk tak peduli, sama sekali tak ingin peduli.

Senyumnya seketika mengembang saat melihat gelang manik-manik merah jambu Sudewi masih ada di atas mejanya. Diraihnya gelang itu, dipandanginya dengan penuh harapan.

Kini tak akan ada keraguan yang akan menghalangi Hayam Wuruk untuk pergi mengejar cintanya kembali. Seberusaha mungkin akan direngkuhnya kembali senyum indah Permaisurinya itu. Dia tak peduli jika Sudewi masih akan menolaknya. Dia hanya akan memintanya lagi, lagi dan lagi. Ia yakin hati Sudewi masih miliknya. Dan akan tetap menjadi miliknya. Akan dipastikannya bahwa ia tak akan kehilangan orang yang dicintainya lagi. Tidak akan lagi kali ini.

"Aku akan membawamu pada pemilikmu." Ucap Hayam Wuruk lembut, diperatnya genggaman pada gelang manik-manik merah jambu itu. Dengan terburu-buru ia lantas bangkit dan kembali berlari keluar dari kamar istrinya itu.

Kini ada satu orang lagi yang ingin ditemui Hayam Wuruk. Sangat ingin ditemuinya sebelum ia pergi. Dengan secepat mungkin, ia berlari menuju ke tempat orang itu.

"Apakah Ibu Suri ada?" Tanya Hayam Wuruk pada prajurit yang berjaga saat ia tiba di kediaman ibunya.

"Ibu Suri Dyah Gitarja sedang berada di Pura keraton Prabu."

Mendengar jawaban prajurit itu, membuat Hayam Wuruk langsung memutar langkahnya kembali. Secepatnya ia harus bertemu dengan ibunya itu. Dan betapa lega hati Hayam Wuruk saat melihat sosok yang dicarinya itu baru saja keluar dari Pura.

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang