Bab 70

190 24 0
                                    

"Ma'afkan aku nduk ayu, tidak bisa menyediakan kamar yang layak untukmu." Ucap Nenek Wening saat menunjukkan kamar yang disediakannya untuk kedua tamunya itu.

Perlahan Sudewi mengedarkan pandangannya ke dalam kamar itu, sederhana namun terlihat begitu bersih. Sebuah pelita kecil tampak remang-remang menerangi kamar itu.

"Tak apa Nek." Ucap Sudewi tersenyum.
"Kami senang Nenek sudah mau memberikan tempat untuk kami beristirahat disini."

"Itu sama sekali bukan masalah nduk ayu, sekarang ajaklah suamimu untuk segera beristirahat." Ucap Nenek Wening sembari menyodorkan beberapa helai pakaian.
"Ini pakaian ku dan kakek saat kami masih sedikit lebih muda." Nenek Wening tampak tertawa.
"Tak bagus, tapi masih cukup layak untuk kalian berganti esok hari."

"Terimakasih Nek." Ucap Sudewi sembari menerima pakaian-pakaian itu dengan senang.

"Selamat beristirahat." Ucap Nenek Wening kemudian sembari menutup pintu kamar itu. Terdengar langkah kaki Nenek Wening yang perlahan menjauh dari pintu kamar itu, meninggalkan Raja dan Permaisuri yang berada di dalamnya.

Sudewi nampak tersenyum saat berbalik dan mendapati suaminya yang sudah terduduk di lantai.
"Kanda..." Panggilnya sembari mengambil tempat di hadapan suaminya itu.
"Nenek meminjamkan pakaiannya untuk kita." Ditaruhnya pakaian itu disampingnya. Kini tangannya tampak kembali mengusap lembut kepala suaminya itu.
"Apakah kepalamu benar-benar sudah tak sakit lagi?"

Hayam Wuruk tersenyum saat melihat kekhawatiran di mata istrinya itu.
"Hanya sedikit Sudewi." Ucap Hayam Wuruk.
"Hanya terasa sedikit."

"Ma'afkan aku Kanda..." Ucap Sudewi lirih.

"Kenapa kau meminta ma'af?" Tanya Hayam Wuruk terheran mendengar perkataan Permaisurinya itu.

"Karena aku lah Kanda jadi seperti ini." Ucap Sudewi, ekspresi bersalah terlihat jelas di wajahnya.

"Jangan pernah merasa seperti itu." Ucap Hayam Wuruk.
"Jika bukan aku, siapa lagi yang akan melindungi mu."

"Kalau begitu kemarilah." Pinta Sudewi.
"Biarkan aku memijatmu."

Sekali lagi Hayam Wuruk tersenyum pada istrinya itu.
"Tak perlu..."

"Tak apa, kemarilah..." Pinta Sudewi sekali lagi.
"Hmmm baringkanlah kepalamu disini." Ucapnya sembari menunjuk pangkuannya.
"Berbaringlah dan biarkan aku memijat kepalamu Kanda."

Hayam Wuruk tampak menatap lekat-lekat istrinya yang sedang tersenyum dengan begitu indahnya itu. Bahkan keremangan kamar itu tak mampu mengaburkan betapa ayunya wanita itu di matanya.

Seakan hatinya memang tak mampu menolak lagi, perlahan-lahan Hayam Wuruk mulai membaringkan kepalanya diatas pangkuan Permaisurinya itu. Dan seketika rasa nyaman menaunginya.

Dipejamkannya matanya saat jari-jemari Sudewi dengan lembut memijat kepalanya. Tak ada lagi sakit yang dirasakannya. Sama sekali. Entah karena pijatan itu, ataukah karena hatinya yang terlalu bahagia. Hayam Wuruk yakin jika saja dirinya membuka mata dan Sudewi menatap matanya, niscaya wanita itu akan langsung tahu isi hatinya, karena perasaan cintanya pasti akan terpancar dengan begitu jelas.

"Kanda..."

"Hmmmm?"

"Apa masih terasa sakit?"

"Sama sekali tidak...."

"Benarkah?"

Perlahan Hayam Wuruk mengangguk.
"Tanganmu tak kalah ajaibnya dari tangan Kakek Darya." Candanya, membuat tawa kecil terdengar dari mulut Permaisurinya itu.

Entah berapa lama Sudewi memijat kepala suaminya itu, sampai akhirnya disadarinya Hayam Wuruk yang telah jatuh tertidur.

"Kanda..." Panggil Sudewi perlahan untuk memastikan, tapi tak ada jawaban. Dipandanginya seksama wajah yang sedang terlelap di pangkuannya itu. Terlihat begitu tenang. Ketenangan yang selalu ingin dilihatnya setiap waktu.

Kanda.....

Sekali lagi Sudewi mengusap rambut suaminya itu penuh kasih. Perlahan senyum kembali menghiasi wajahnya mengingat apa saja yang telah mereka lewati hari ini. Terasa begitu manis meski diakhiri dengan peristiwa yang tak terduga. Seakan Dewa memang ingin meniupkan angin harapan di hati Sudewi. Memberinya sedikit pertanda bahwa cinta dan kasihnya bukan lah cinta dan kasih yang tak berbalas.

"Kanda....." Bisik Sudewi begitu lembut.
"Aku mencintaimu....."

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang