Bab 42

206 29 0
                                    

Air kembali menghujani bumi Majapahit semalam. Meskipun tak sederas di malam pertama tapi itu cukup untuk menjaga kesejukan di pagi hari ini. Dengan hati yang belum sepenuhnya tenang, Sudewi tampak mengamati matahari pagi yang masih bersinar redup.

"Aku akan mengumumkan keputusanku pada kalian semua besok pagi."

Itulah perkataan suaminya senja kemarin pada semua orang. Sudewi cukup yakin bahwa Hayam Wuruk telah menjatuhkan pilihannya pada suatu keputusan yang tepat dan Sudewi tak perlu bertanya apa yang menjadi keputusannya. Senyum yang ditunjukkan suaminya kemarin telah cukup untuk menjawab semuanya.

Tapi yang menjadi ketidak tenangan Sudewi adalah reaksi yang akan diberikan oleh orang-orang yang tidak menyetujuinya, seperti halnya ayahnya.

"Permaisuri..Semua orang sudah terlihat berkumpul di Balai Agung Manguntur." Ucap Hayi.

Sudewi tampak menghela nafas dalam-dalam mendengar perkataan dayangnya itu. Tampaknya semua orang sudah tak sabar untuk mendengar keputusan dari Sang Maharaja Majapahit.

"Tuan Gajah Mada juga sudah terlihat datang kembali, Permaisuri."

"Benarkah?" Ucapan Hayi itu semakin membuat Sudewi yakin keputusan apa yang akan diumumkan Hayam Wuruk hari ini.
"Aku akan kesana sekarang Hayi." Ucap Sudewi sembari bangkit meninggalkan kamarnya. Langkahnya terlihat begitu mantap menuju Balai Agung Manguntur. Sampai pada akhirnya dia berpapasan dengan Raden Kudamerta yang tampak akan menuju tempat yang sama.

Perlahan Sudewi menghentikan langkahnya, dia berusaha untuk tersenyum dan menunduk hormat pada ayahnya itu. Namun sepertinya itu tak ada gunanya. Dengan begitu saja Sang Permaisuri terlewati, hanya tersisa bayangan mata dengan tatapan yang begitu dingin. Tak ada satupun kata-kata yang terucap dari mulut ayahnya itu, tapi bagi Sudewi tatapan dingin itu sudah cukup mewakili apa yang ingin dikatakan ayahnya itu padanya.

Sudewi nampak masih terdiam meski ayahnya telah berlalu cukup lama. Sebenarnya dirinya telah terbiasa dengan sikap dingin ayahnya itu, tapi dia sama sekali tak ingin jika penyebab sikap dingin ayahnya kali ini adalah karena keputusannya yang lebih mendukung keinginan Hayam Wuruk. Bagaimana jika ayahnya itu tetap tak mendukung keputusan suaminya?

"Permaisuri Sri Sudewi..."

Panggilan seseorang seketika menyadarkan Sudewi dari lamunannya.

"Disini Anda rupanya..." Terlihat Patih Gajah Enggon yang datang mendekat.
"Prabu Hayam Wuruk telah menunggu Anda, Permaisuri."

"Apakah beliau ingin aku ikut lagi dalam pertemuan ini?" Tanya Sudewi, entah kenapa hatinya menjadi begitu ragu.

"Tentu saja Permaisuri, beliau memerintahkan saya untuk memanggil Anda, karena Anda belum juga terlihat di Balai Agung Manguntur." Ucap Patih Gajah Enggon.

Sudewi tampak menghela nafas sesaat untuk mengenyahkan ketidak tenangan hatinya.
"Baiklah Paman aku akan kesana sekarang." Ucapnya sembari tersenyum.

Langkah Sudewi tampak semakin melambat ketika akan memasuki Balai Agung Manguntur. Bisa dilihatnya Hayam Wuruk yang tersenyum di singgasananya ketika melihat kedatangannya itu.

"Aku menunggumu Sudewi." Ucap Hayam Wuruk ketika Sang Permaisuri telah dekat.
"Duduklah disini bersamaku."

Perlahan Sudewi mengangguk, dia tampak mengambil duduk tepat disamping suaminya itu.

Dari singgasananya Sudewi bisa melihat semua anggota dewan Sapta Prabu telah berkumpul, tak ada satupun yang tertinggal. Mereka semua tampak siap untuk mendengarkan keputusan sang Raja. Begitu juga Gajah Mada yang terlihat duduk menyisih dari yang lain.

"Baiklah semua, aku akan memulai pertemuan ini..." Hayam Wuruk nampak menghela nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan bicaranya.

"Sebagaimana yang kalian tahu, aku telah mengundang Paman Gajah Mada untuk datang ke Trowulan kemarin." Ucap Hayam Wuruk.

"Sesuai dengan saran yang diberikan oleh Permaisuri Sri Sudewi padaku, bahwa aku memang perlu berbicara empat mata terlebih dahulu dengan Paman Gajah Mada sebelum mengambil keputusan. Semua ini aku lakukan agar aku tak salah dalam mengambil langkah. Dan dari pembicaraan kami kemarin, aku pun telah menjatuhkan keputusanku."

Semua orang tampak menegakkan duduknya seakan bersiap untuk mendengarkan keputusan dari sang Maharaja.

"Aku akan mengangkat kembali Paman Gajah Mada menjadi seorang Patih Majapahit, tetapi aku akan tetap membatasi tugas untuk beliau. Dan aku mohon pengawasan dari kalian semua." Ucap Hayam Wuruk. Seketika riuh memadati Balai Agung Manguntur.

"Ma'af Prabu." Tampak Raden Kudamerta yang langsung bangkit berdiri.
"Apakah Anda sudah memikirkannya matang-matang?" Tanyanya.

"Tentu Paman. Tujuanku mengundang Paman Gajah Mada kemari adalah untuk meyakinkan keputusan ku sendiri, dan sekali lagi keputusan ini aku ambil semata-mata untuk kepentingan Majapahit." Ucap Hayam Wuruk.
"Ada begitu banyak yang aku bicarakan dengan beliau, termasuk apa yang terjadi di Bubat, aku tahu itulah yang paman khawatirkan bukan?" Tanya Hayam Wuruk.
"Tidak dapat kita pungkiri apa yang telah terjadi disana sangatlah fatal. Tapi dari pembicaraan kami, aku dapat menyimpulkan bahwa tak ada satupun dari kami yang tak menyesali kejadian itu. Masing-masing dari kami pun telah merenungi kesalah pahaman itu Paman."

Sudewi bisa melihat ketidak sukaan di mata ayahnya itu, namun sejurus kemudian ayahnya itu nampak tersenyum tipis dan perlahan mengangguk. Dan betapa leganya hati Sudewi, ketika melihat ayahnya itu duduk tanpa berusaha memprotes kembali perkataan Hayam Wuruk, dan cukup bagi Sudewi yang menganggap sikap ayahnya itu sebagai suatu penerimaan terhadap keputusan suaminya.

"Apakah ada lagi yang masih mempertanyakan keputusanku?" Tanya Hayam Wuruk.

"Kami percaya akan keputusan mu Prabu." Ucap ibu Suri Dyah Gitarja tersenyum.

"Kami akan mendukung semua keputusan mu nak." Ucap Raden Cakradara.

Dukungan dari ayah dan ibunya seakan telah memberi kekuatan tersendiri bagi Hayam Wuruk, perlahan senyum nampak menghiasi wajahnya.

"Kini yang aku harapkan adalah pengawasan dari kalian semua." Pinta Hayam Wuruk.

Semua orang nampak mengangguk setuju. Tak ada satupun yang mengutarakan pendapatnya lagi.

"Baiklah, aku akan segera melakukan upacara pengangkatan kembali Paman Gajah Mada menjadi Patih Majapahit di depan seluruh pejabat kerajaan. Mohon untuk disiapkan segala halnya Paman Gajah Enggon." Perintah Hayam Wuruk.

"Baik Prabu. Saya akan menyiapkan segala halnya." Ucap Patih Gajah Enggon.

"Untukmu Paman Gajah Mada, selamat datang kembali di Majapahit." Ucap Hayam Wuruk yang dibalas dengan tundukan hormat oleh Patihnya itu.

"Seberusaha mungkin saya akan melaksanakan amanat ini dengan baik Prabu." Ucap Gajah Mada.

Sudewi bisa melihat kelegaan di wajah Hayam Wuruk ketika mata mereka bertemu. Begitupun hati Sudewi yang merasa begitu tenang seiring senyum indah yang diberikan suaminya itu padanya.

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang