3 minggu telah berlalu, musim penghujan benar-benar telah meninggalkan Majapahit. Kini terik sinar matahari selalu menjadi primadona di siang hari. Namun kesejukan dari hijaunya tanaman-tanaman yang kenyang akan limpahan hujan dibulan-bulan sebelumnya masih begitu jelas terasa, menjadikan awal musim kemarau terasa begitu menyenangkan. Seirama dengan hati Sudewi yang terasa penuh kebahagiaan dihari yang telah dinantikannya sedari beberapa minggu yang lalu ini.
Kebahagiaannya ini berawal dari beberapa malam sebelumnya, ketika Hayam Wuruk memberitahukan hari pasti keberangkatan mereka ke Rabut Palah, membuat Sudewi tak bisa tidur dengan nyenyak karena saking tak sabarnya menunggu datangnya hari ini.
Dan disinilah sekarang Sudewi berada, berdiri di depan kamarnya dengan senyum lebar sembari memperhatikan beberapa prajurit yang sedang mengusung peti-peti kayu besar berisi perlengkapan yang akan dibawanya dalam perjalanan beberapa hari ke depan itu.
"Terimakasih..." Ucap Sudewi pada prajurit terkahir yang membawa barangnya.
"Permaisuri!!" Tampak Hayi dengan senyum tak kalah lebarnya sedang berjalan mendekati tuannya itu.
"Kau sudah siap Hayi?" Tanya Sudewi pada dayangnya itu.
"Sudah Permaisuri."
"Apa barang-barang mu sudah dibawa?"
"Saya sudah meminta prajurit untuk membawanya tadi."
"Baikah kalau begitu, ayo kita ke depan sekarang." Ajak Sudewi.
"Kau senang Hayi?" Tanya Sudewi saat memperhatikan wajah dayang yang sedang berjalan dengan begitu ceria disampingnya itu."Sangat Permaisuri." Ucap Hayi.
"Tapi sepertinya kesenangan saya ini tak ada apa-apanya dibandingkan wajah bahagia yang sedang Anda perlihatkan saat ini."Sudewi tampak meraba wajahnya sendiri.
"Oh astaga apakah terlihat sejelas itu?" Tanyanya."Siapapun yang memandang pasti akan langsung tahu bahwa Anda sedang begitu bahagia." Bisik Hayi, tersenyum menggoda pada tuannya itu.
Sudewi seketika tak bisa menahan tawanya.
"Tidakkah aku seperti gadis kecil yang sudah tak sabar lagi ketika akan diajak berpelesir oleh orang tuanya?" Ucap Sudewi.
"Ini benar-benar membuatku malu.""Siapa juga yang tak akan bahagia jika akan melakukan perjalanan bersama orang yang dicinta?" Goda Hayi sekali lagi.
"Kau itu!! Berhentilah menggodaku." Sudewi tampak memicingkan matanya sembari tersenyum jenaka pada dayangnya itu.
Langkah keduanya melambat saat melihat Hayam Wuruk yang sedang berdiri di lorong menuju halaman depan keraton. Pria itu tersenyum saat melihat Sudewi yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
"Kenapa Kanda masih berdiri disini?" Tanya Sudewi melihat dengan heran pada suaminya itu
"Aku menunggumu." Ucap Hayam Wuruk.
"Apakah aku terlalu lama?" Tanya Sudewi.
"Tidak..." Ucap Hayam Wuruk sembari menatap lembut istrinya itu.
"Aku menunggumu bukan karena itu."Sudewi perlahan tersenyum saat memandangi wajah pria yang berdiri dihadapannya itu.
"Prabu..." Tampak Patih Gajah Enggon yang datang mendekati keduanya.
"Semuanya telah siap, jika Anda ingin berangkat sekarang.""Baik Paman, terimakasih."
"Ayo Kanda...." Ajak Sudewi tak sabar, yang disambut oleh Hayam Wuruk dengan gerakan tangan yang mempersilahkan istrinya itu untuk berjalan terlebih dahulu.
Semua pasukan yang akan mengiringi perjalanan mereka tampak telah bersiap pada kuda mereka masing-masing di halaman depan keraton. Begitupun Patih Gajah Mada yang akan turut serta dalam perjalanan ini. Kereta-kereta barang telah terisi penuh dengan perbekalan yang akan mereka bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...