"Yunda!!!"
Sudewi yang sedang berjalan menunduk, sontak mengangkat pandangannya saat mendengar seseorang memanggilnya. Terlihat Nertaja yang sedang melambaikan tangan, berdiri di lorong persimpangan kamarnya.
"Yunda?" Terlihat ekspresi wajah Nertaja yang sontak berubah, menyiratkan suatu keheranan saat menatap pada kakak iparnya yang sedang datang mendekat itu.
"Apakah Yunda baru saja menangis?" Tanyanya kemudian, memandang penuh selidik pada mata sayu wanita yang kini ada dihadapannya itu."Oh tidak Nertaja, aku tidur terlalu malam kemarin karena sibuk membaca." Ucap Sudewi sembari mengusahakan sebuah senyum di wajahnya.
"Apakah terlihat seperti orang yang baru saja menangis?"Perlahan Nertaja mengangguk.
"Yunda lebih terlihat seperti orang yang baru saja menangis semalaman ketimbang orang yang kurang tidur.""Sungguh Nertaja?" Tanya Sudewi.
"Jika tahu seperti ini, lebih baik tadi aku tidur lebih lama lagi."Nertaja pun tersenyum mendengar jawaban itu, membuat hati Sudewi lega saat melihatnya. Berharap gadis itu tak menanyakan alasan dibalik mata sayunya lebih jauh lagi.
"Apakah Yunda juga akan pergi mengantar keberangkatan Kanda Prabu pagi ini?" Tanya Nertaja kemudian.
Sudewi yang sebenarnya akan pergi menemui Guru Atharwa, tampak terhenyak mendengar pertanyaan adiknya itu.
"Aku tak menyangka kalau Kanda Prabu akan menyertai patih-patihnya lagi." Ucap Nertaja.
"Bukankah semalam ia berkata belum merencanakannya? Jika saja tadi Ibu tak mengatakannya padaku, aku tak akan tahu kalau Kanda akan ikut pergi ke Tumapel hari ini."Dia akan pergi ke Tumapel?
Sudewi hanya bisa menarik nafas panjang mendengar apa yang dikatakan adik iparnya itu. Dia tak tahu seberapa banyak kini kepedulian yang harus diberikannya pada Hayam Wuruk?
"Aku harus bertemu Kanda Prabu sebelum ia pergi." Ucap Nertaja lagi.
"Ada yang harus aku sampaikan padanya. Dia belum terlihat keluar kamarnya bukan, Yunda?""Aku belum sama sekali melihatnya Nertaja." Ucap Sudewi singkat.
"Kalau begitu aku akan pergi menemuinya."
Nertaja sudah akan melangkahkan kakinya, saat orang yang baru saja dibicarakannya itu terlihat berjalan dari arah kamarnya.
"Oh itu dia..." Ucap Nertaja tersenyum melihat kedatangan kakaknya itu.
"Kanda!!!" Teriaknya memanggil.Sama seperti Sudewi sebelumnya, pria yang berjalan sembari menunduk itu tampak terkaget saat mendengar panggilan adiknya itu.
"Kanda?" Lagi-lagi wajah Nertaja berubah heran saat melihat kakaknya yang hampir tiba dihadapannya itu.
"Apa Kanda kurang sehat hari ini?" Tanya Nertaja, dipandanginya mata kakaknya yang terlihat begitu sayup itu."Tidak Nertaja..." Ucap Hayam Wuruk.
"Aku hanya sedikit kesulitan beristirahat semalam, jadi tidurku memang sedikit kurang."Mata Nertaja lantas memandangi Sudewi dan Hayam Wuruk berganti-gantian. Menyadari bahwa kedua kakaknya itu sama-sama bermata sembab pagi ini. Kurang tidur? Jelas Nertaja tak bisa menerima alasan yang hampir serupa dari keduanya itu. Dan entah mengapa Nertaja bisa merasakan sikap keduanya yang begitu berbeda pagi ini.
"Hmmmm baiklah..." Ucap Nertaja terpaksa, rasanya tak patut jika ia terlalu mencampuri urusan pribadi kakak-kakaknya, meski hatinya terasa begitu mengganjal melihat wajah kuyu keduanya.
"Oh ya Kanda, apakah Kanda akan benar-benar ikut pergi ke Tumapel hari ini?" Tanya Nertaja akhirnya."Iya Nertaja..." Jawab Hayam Wuruk.
"Aku mungkin akan pergi dalam beberapa hari.""Lalu bagaimana dengan acara pinanganku?" Tanya Nertaja, kekecewaan nampak begitu jelas tergambar di wajahnya.
"Apakah Kanda tak ingin menemaniku?""Kau tak perlu khawatir Nertaja..." Ucap Hayam Wuruk tersenyum.
"Aku telah meminta pada Ibu untuk mengirimkan pesan jika acara itu sudah akan terlaksana.""Apakah Kanda yakin pasti bisa pulang?"
"Aku pastikan aku akan berada disampingmu saat acara pinanganmu itu." Ucap Hayam Wuruk meyakinkan.
"Aku akan langsung pulang begitu menerima pesan dari Ibu.""Berjanjilah Kanda..." Pinta Nertaja seraya memeluk kakaknya itu.
"Aku berjanji..." Dengan lembut Hayam Wuruk mengusap puncak kepala adik tercintanya itu.
"Sekarang biarkanlah aku pergi." Pinta Hayam Wuruk kemudian.
"Paman Gajah Mada pasti sudah menungguku."Dengan tersenyum, Nertaja Mengangguk. Dilepaskannya pelukan pada kakaknya itu.
"Berhati-hatilah Kanda..."Sekali lagi Hayam Wuruk tersenyum pada adiknya itu. Namun senyumnya itu lantas berubah menjadi sendu saat bertemu pandang dengan Sudewi. Keduanya nampak saling bertatapan beberapa saat, sampai akhirnya sang Permaisuri menundukkan pandangannya terlebih dahulu, membuat sang Raja pun akhirnya melakukan hal yang sama.
Tak ada satu hal apapun menjadi penanda perpisahan diantara keduanya. Hanya suara helaan nafas berat yang mengiringi langkah kaki Sang Raja yang menjauh pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...