"Ada apa Hayi?" Tanya Sudewi, ketika tahu Hayi sedang menatapnya penuh selidik pagi ini.
"Anda tidak tidur?" Tanya Hayi.
"Bagaimana kau bisa tahu? Apakah aku benar-benar tampak berantakan?" Tanya Sudewi sambil terkekeh.
"Bukan saja berantakan Putri, Anda benar-benar nampak mengerikan. Lihatlah diri Anda di cermin." Ucap Hayi. Sudewi nampak mengamati bayangan wajahnya sendiri di cermin.
"Lihatlah..kantung mata Anda besar sekali, wajah Anda juga tampak pucat, rambut Anda terlihat kusam. Ini benar-benar mengerikan." Lanjut Hayi.
Sudewi hanya bisa tersenyum mendengar perkataan dayangnya itu.
"Apa jadinya kalau Prabu Hayam Wuruk tahu calon pengantinnya mengerikan seperti ini." Ucap Hayi lagi, seketika membuat tawa Sudewi pecah.
"Maka tugasmu lah membuatku cantik kembali sebelum aku benar-benar jadi pengantinnya Hayi."
Pengantinnya?
Seketika Sudewi terdiam. Tak pernah dia sangka akan menjadi pengantin untuk kakak sepupunya itu. Sejauh yang Sudewi ingat Hayam Wuruk adalah saudara yang baik. Dia selalu bersikap baik pada Sudewi dan tak pernah membeda-bedakannya dengan adik-adiknya yang lain meskipun Sudewi hanya adik sepupu tiri baginya. Setiap kali bertemu, dia selalu tampak berusaha dekat dengan Sudewi. Hanya saja Sudewi cukup sadar siapa dirinya, dia hanyalah seorang anak selir dari paman Hayam Wuruk. Maka dia selalu berusaha untuk tetap menjaga jarak dengan kakak sepupunya itu. Bagaimanapun Hayam Wuruk adalah orang yang sangat Sudewi hormati dan tak pernah terbayangkan olehnya suatu saat nanti dia akan menjadi permaisuri sang raja Majapahit itu.
"Putri?" Suara Hayi seketika membuyarkan lamunan Sudewi.
"Oh Hayi, bantu aku untuk bersiap. Hari ini aku tak mau terlambat sedetikpun untuk pergi ke kediaman Guru Byakta." Ucap Sudewi.
Seberusaha mungkin Sudewi mengenyahkan pikirannya tentang Hayam Wuruk. Dia tak ingin sama sekali terlarut dalam bayangannya itu. Ya dia tak ingin sama sekali terlambat untuk datang ke rumah gurunya, ini adalah hari terakhirnya.
Dengan sisa semangat yang masih dimilikinya Sudewi nampak begitu menikmati pembelajaran terakhirnya bersama Guru Byakta. Namun sama seperti hari sebelumnya, waktu berjalan begitu cepat, sampai tiba akhirnya untuk mengucapkan perpisahan.
Diucapkannya banyak terimakasih pada Guru Byakta ketika waktu belajarnya telah usai. Dia merasa sangat bersyukur karena telah diizinkan untuk belajar disini selama hampir 8 tahun. Guru Byakta lah yang secara tak langsung membantu Sudewi untuk menemukan dan mengejar mimpinya. Dan itu sangat berarti bagi hidup Sudewi, meskipun kini dia harus mengubur mimpi itu dalam-dalam.
"Jangan pernah berhenti untuk belajar Putri." Pesan Guru Byakta.
"Do'a dan restuku akan selalu menyertai Anda. Semoga kebahagiaan akan selalu menjadi milik Anda dan Prabu Hayam Wuruk." Lanjutnya sembari memandang lekat-lekat pada muridnya itu.Mendengar perkataan Guru Byakta membuat Sudewi mati-matian menahan air matanya. Satu persatu diucapkannya salam perpisahan pada semua penghuni asrama Guru Byakta. Terakhir dilihatnya Arnawama berdiri paling ujung di dekat pintu keluar. Perlahan Sudewi nampak menghampiri pria itu.
"Terimakasih Kakang." Ucap Sudewi, berharap sedikit saja Arnawama mau mengucapkan kata perpisahan padanya.
"Tak perlu berterimakasih padaku Putri." Ucap Arnawama tersenyum sembari memandang Sudewi lekat-lekat seakan ingin memuaskan hati dan matanya sebelum benar-benar berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...