Xiao Zhoucheng mendekati Xiao Zhan. Tapi Zhan semakin ingin melompat turun. Zhao Wei sudah panik. Begitu pula Leoku. Zhao Wei mengulurkan tangannya, berharap tangannya di sambut oleh anaknya. Tapi Xiao Zhan hanya memandang mereka dingin. Tatapannya seperti mengisyaratkan kebencian ke keluarganya.
Kring
KringZhoucheng melihat layar ponselnya. Tanpa pikir panjang ia terima telepon dari orang tersebut. Suara Zhoucheng terdengar panik. Ia terdengar menyebut nama Yibo, yang secara tidak sadar membuat hati Xiao Zhan bergetar dan yakin jika yang berbicara di seberang dengan Zhoucheng adalah Wang Yibo.
"Zhan... Jangan lompat... Ini Yibo ingin bicara" ujar Xiao Zhoucheng
"Kalian dekat aku lompat" jawab Xiao Zhan
"Oke. Kami tidak dekat. Ini Yibo ingin bicara. Aku speaker" kata Zhoucheng mendekatkan ponselnya lalu ia mundur kembali karena Zhan memberi isyarat untuk mundur
"Zhan... Aku akan pulang besok Zhan... Pekerjaanku selesai lebih cepat. Jangan berbuat yang tidak-tidak sayang" ujar Wang Yibo
"Bo. Coba jadi aku... Beberapa jam yang lalu kau disayang, karena sayangnya mereka kepadamu, semua pergerakanmu di awasi. Tetapi di jam berikutnya kau di salahkan, karena kau hidup! Bo, Jika kau anak yang baik, jika kau penyebab orang tuamu bertengkar, dan papamu tidak menginginkanmu dan bicara mati, lebih baik mati kan? Bo... Aku menuruti semua perkataan orang sepanjang hidupku bo... Aku lelah menuruti mereka dan tidak melakukan apa yang ingin ku lakukan... Selama ini aku selalu jadi anak baik. Tapi tetap kematianku yang dia inginkan, rasakan dengan hatimu Bo jika kau jadi aku!" kata Xiao Zhan "Bo... Aku sudah lelah menjadi orang lain sepanjang hidupku. Aku lelah terus bersikap munafik dan tidak seperti diriku sepanjang hidupku. Walau demi diriku tapi bukan kehidupan yang kuinginkan" imbuhnya
"Papa salah. Papa hanya lelah... Lepaskan tali di lehermu ya" ujar Leoku penuh kelembutan
"Lelah? Jika lelah bisa melampiaskan ke aku? Lagi pula tali di leherku aku ikat sendiri. Mengapa harus ku lepas sendiri juga?" tanya Xiao Zhan
"Tali di leher? Cheng Ge, beralih lahir video call" pinta Wang Yibo
"Emn" jawab Zhoucheng singkat lalu mengambil ponselnya
"Mundur! Aku lompat jika kau maju!! Mundur lagi!" kata Zhan
"Zhan... Jangan sayang... Turun ya... Aku pulang besok. Kita rayakan bersama karena aku jadi pemeran utama kedua. Maaf aku tidak memberitahumu, aku berniat memberikanmu kejutan, bukan kau yang memberi kejutan begini sayang" ujar Wang Yibo
"Selamat sayang. Aku ikut bahagia dengan kesuksesanmu.. Tapi, Maaf bo... Maafkan aku... Bye bye sayang" ujar Xiao Zhan lalu melompat
"Zhan!!" pekik semua orangLehernya tercekik. Xiao Zhan berusaha mencari pijakan kaki tapi itu tidak mungkin karena lehernya bergelantungan dengan tali di teralis pagar besi lantai 2. Zhuocheng, Leoku, dan Zhao Wei panik. Penjaga rumah keluarga Xiao yang berjaga di luar rumah, dekat dengan pagar ikut panik melihat anak majikannya bergelantungan dengan tali di lehernya
"Tuan, wajah tuan muda Xiao mulai berubah" teriak salah seorang penjaga, lalu maid mulai keluar rumah
"Cari kain untuk menangkap tuan Zhan. Panggil ambulance" kata maid lain di patuhi maid dan penjaga lain.
"Wajah tuan muda mulai keunguan... Lihatlah" ujar salah seorang maid yang membuat Zhao Wei semakin panikZhao Wei segera ambil gunting dan menggunting tali Xiao Zhan. Tapi tidak bisa, hingga akhirnya Zhao Wei mengambil cutter dan perlahan tali yang mengikat leher Xiao Zhan terputus. Xiao Zhan terjatuh di teras depan rumahnya. Karena selembar kain saja tidak cukup untuk menangkap seseorang. Zhuocheng dan yang lainnya langsung turun untuk melihat keadaan Xiao Zhan.
Mata Xiao Zhan sudah terpejam. Wajahnya masih pucat. Pelipisnya mengeluarkan darah segar karena terjatuh. Zhuocheng segera mengambil mobil dan akan membawa Zhan kerumah sakit, tapi ambulance sudah terlebih dahulu datang dan melakukan pertolongan pertama ke Xiao Zhan. Zhao Wei tak bisa bicara apapun lagi. Ia hanya menangis melihat anaknya yang tidak sadar. Apa lagi melihat petugas ambulance yang melakukan CPR.
Xiao Zhan dimasukan keruang UGD. Setelah menunggu akhirnya dokter keluar, dan memberitahu Xiao Zhan selamat tapi kemungkinan pergelangan kaki Xiao Zhan retak. Xiao Leoku menuruti saja semua yang dokter sarankan untuk cek keadaan Xiao Zhan.
Setelah di pastikan Xiao Zhan mengalami tulang retak, dokter memakaikannya gips. Sedangkan jantung Zhan lah yang sedikit tidak baik. Karena jatuh dari ketinggian lebih dari 2 meter, bahkan nyawanya hampir saja melayang. Namun dengan tangan hebat dokter, Xiao Zhan kembali stabil, tapi Di hari ke 2 ia baru sadar. Di sampingnya sudah ada Zhoucheng dan Wang Yibo yang tertidur.
Ceklek
Papa dan mama Zhan masuk saat Zhan baru sebentar membuka mata, namun tanpa diketahui Wang Yibo atau Zhuocheng. Zhan yang sadar jika papanya yang datang matanya langsung ia tutup lagi. Ia saat ini sedang tidak ingin berkomunikasi dengan sang papa.
"A-Cheng. Yibo" panggil Zhao Wei
"Pa... Ma... "
"Paman... Bibi... "
"A-Zhan belum sadar?"tanya Leoku
"Belum pa"
"Papa salah. Maafkan papa... Sadarlah nak" ujar Leoku lalu membelai lembut kepala Xiao Zhan
"Pa... Aku baru berani bertanya sekarang. Apa papa memang terpaksa mengobati Zhan saat dia bayi?" tanya Zhoucheng
"Bagaimana bisa kau bicara begitu A-Cheng?"
"Perkataan papa malam itu membuat Zhan menganggap papa tidak menyanyanginya"
"Itu karena papa lelah" kata Leoku
"Jika lelah tidak perlu bicara begitu ke Zhan pa... Zhan itu sangat mudah tersinggung, mudah khawatir, dan sangat perasa... Harusnya papa lebih hati-hati"
"Papa tau papa salah A-Cheng"
"Lalu kenapa papa tidak menjenguk Zhan kemarin?" tanya Zhoucheng sedikit kesal
"Ada masalah yang harus papa selesaikan di rumah"
"Emnh..." Xiao Zhan melengguh ia pura-pura terbangun. Ia semakin tidak ingin mendengar perkataan papanya
"Zhan... Sayang. Kau sadar?" ujar Zhao Wei
"Kenapa aku masih hidup?" tanya Zhan datar sambil melirik Wang Yibo yang menatapnya tanpa arti
"Sayang jangan bicara begitu" ujar Zhao Wei
"Zhan... Maafkan papa. Papa menyanyangimu Zhan... "
"Sudahlah. Aku akan menjadi anak baik lagi. Tidak meminta apapun. Tidak ingin apapun. Terserah papa mau menjadikanku robot yang bagaimana"
"Tidak Zhan. Maafkan papa"
"Anak selalu salah pa. Orang tua yang selalu benar. Zhan tidak marah dan tidak berani marah. Zhan tidak mau jadi anak durhaka"
"A-Zhan... Mulai sekarang papa bebaskan. Asal kau bisa jaga diri asal ada kakakmu atau Wang Yibo, papa bolehkan" ujar Leoku
"Benarkah?" tanya Zhan melirik Zhao Wei
"Benar sayang" jawab Zhao Wei
"Akan ku coba percaya. Terima kasih"
"Paman... Bibi... Serahkan Zhan disini padaku. Aku akan bicara perlahan padanya"
"Baiklah. Kami bekerja dulu. Terima kasih Yibo" ujar Leoku
"A-Cheng jaga adikmu" ujar Zhao Wei
"Kau disini saja. Tidak usah berangkat" imbuh Leoku
"Oh, A-Cheng, ingat jangan beritahu lulu. Mama tidak mau kehamilannya terganggu" ujar Zhao Wei
"Ma... Mama sudah bilang padaku sejak kemarin" ujar Zhoucheng
"Zhan kami pergi dulu ya" ujar Leoku
"Zhan. Pahamilah papamu. Jika marah seperti setan" bisik Zhao Wei yang mendapat senyum dari Zhan
"Terima kasih ma. Ehm, ge,, bisakah antar papa dan mama. Aku... Perlu..." kata Xiao Zhan berhenti
"Ehm, baiklah. Kuberi waktu kalian untuk bicara" kata Zhoucheng lalu mengekor papa dan mama nya keluar kamar
"Zhan" seru Wang Yibo lalu memeluk Xiao Zhan erat-erat
"Ada apa? Kau menahan ingin memelukku sejak tadi?"
"Emn. Zhan jangan lakukan hal ini. Kau tau rasanya kehilangan mate? Aku merasakannya Zhan saat kau pergi"
"Aku sudah sempat mati ya tadi? Apa yang kau rasakan bo?"
"Haruskah aku cerita?"
"Tentu"
"Awalnya tanda di dahiku muncul. Bersinar terang namun perlahan memudar. Bersamaan dengan seluruh tubuhku yang sakit hingga aku tak mampu bergerak dan ada sesuatu yang hilang yang perlahan di tarik dari atas kepala. Namun saat belum benar-benar memudar ia kembali bercahaya, dapat aku rasakan sesuatu yang hilang itu kembali"
"Maafkan aku bo... Aku tidak tau harus bagaimana. Papa ingin aku mati"
"Jangan lakukan lagi"
"Semoga saja bo. Semoga"

KAMU SEDANG MEMBACA
Zhan, Kau Keajaiban
RomanceXiao Zhan, seseorang yang sudah tidak sempurna sejak lahir. Sakitnya sejak lahir membuatnya lemah, dan sering sakit. Namun mengapa saat sakitnya sejak lahir sudah sembuh muncul hal lain yang membuatnya tidak bisa bangkit dan semakin menutup diri. In...