Bab 87

340 21 3
                                        

"Ge?"
"Kau baru bangun?"
"Emn, tapi Bobo tidak ada. Apa dia di bawah?"
"Kau tidak melihat ponselmu? Kata Yibo, dia sudah mengirim pesan singkat ke ponselmu"
"Benarkah?" tanya Xiao Zhan berbalik ke kamarnya dan melihat ponselnya
"Dia sudah mengirimnya?"
"Emn. Sudah ge"
"Dia, papa Jim, dan Kuan ge berangkat ke luar negeri pagi ini"
"Mengapa tidak membangunkanku?"
"Kau kelelahan menidurkan A-Wei. Apa Yibo tega membangunkanmu?"
"Tapi aku tidak tau jika dia akan pergi"
"Mendadak Zhan. Urusan mereka sangat mendadak dan sangat mendesak. Lagi pula tadi aku melihat dia menciumimu. Kau tidak terbangun"
"Benarkah? Tadi kau bilang mendesak. Apa itu?"
"Tidak tau. Hanya itu saja yang Kuan ge katakan"
"Kau akan tidur disinikan sampai mereka pulang?"
"Emn. Mandilah. Akan ku jaga A-Wei"
"Kau tidak bekerja?"
"Aku mengambil libur"
"Baiklah ge, aku mandi dulu"

3 bulan lebih Wang Yibo, Liu Haikuan, dan Jimmy Wang di luar negeri. Komunikasi mereka hanya lewat ponsel. Xiao Zhan sudah sangat merindukan Wang Yibo, apa lagi sebentar lagi ulang tahun Xiao Zhan. Xiao Zhan tidak berharap banyak, Xiao Zhan juga tidak berharap Wang Yibo akan pulang merayakan ulang tahunnya. Dengan adanya anak-anaknya, dan kakaknya sudah cukup untuk Xiao Zhan. Walau tanpa Wang Yibo terasa aneh untuknya.

Pagi itu seperti biasa Xiao Zhan bangun di bangunkan Xiao Zhoucheng. Xiao Zhan mandi setelah Xiao Zhoucheng selesai mandi. Xiao Zhan dan Zhoucheng sekarang tidak bisa melepaskan pengawasan mereka dari Mingwei. Mingwei sudah bisa tengkurap bahkan pelan-pelan ia sudah bisa mundur-mundur dengan tangannya. Terkadang Xiao Zhan lebih nyaman tidur di bawah di tempat bermain anaknya daripada di ranjangnya. Lebih aman karena di lantai, yang beralaskan playmat, dan pagar bayi.

Namun alangkah kagetnya Xiao Zhan setelah keluar dari kamar mandi. Dadanya berdegub kencang. Perasaan takut sangat kuat menyergap hatinya. Ia melihat Mingwei sudah di pinggir ranjang nyaris terjatuh. Dengan cepat, Xiao Zhan menggendong Mingwei kedalam dekapannya. Dia melihat sekeliling  tidak ada Zhoucheng di kamarnya.

"Astaga. Kemana Cheng ge?" ujar Xiao Zhan "Cheng ge... Cheng ge" panggil Xiao Zhan dan segera mencari Keberadaan Zhoucheng
Xiao Zhan menemukan keberadaan Zhoucheng di depan televisi. "Ge... Mengapa kau tinggalkan A-Wei sendiri? Dia hampir jatuh" ujar Xiao Zhan yang belum menyadari keadaan Zhoucheng

Xiao Zhan menarik lengan Zhoucheng, terlihat mata Zhoucheng sudah memerah, tubuhnya bergetar, bahkan Si kembar Xiao menangis tidak jauh dari televisi tidak di pedulikan Zhoucheng.

"Ge... Kau kenapa? Daibuqi. Wo... Wo..."
"Zhan" panggil Zhoucheng dengan air mata tertumpah
"Anke... Yimin... Yueyin" panggil Xiao Zhan
"Ya nyonya muda?" jawab mereka datang bersamaan
"Tolong jaga anak kami" kata Xiao Zhan menyerahkan Mingwei dan si kembar Xiao ke maid nya
"Baik" kata maid lalu pergi dengan anak-anak Xiao Zhan dan Xiao Zhoucheng
"Ge... Kau kenapa? Aku salah? Aku tidak bermaksud marah denganmu. Aku hanya kaget dan khawatir dengan A-Wei. Tapi dia tidak apa ge. Dia tidak menangis, aku yang berlebihan. Daibuqi ge"
Zhoucheng menggeleng "lihatlah berita" katanya sambil menunjuk layar televisi tersebut
"Apa? Ada apa dengan itu?" tanya Xiao Zhan
"Mereka di dalamnya Zhan" jawab Zhoucheng dengan tangisan yang semakin kencang
"Mereka?" tanya Xiao Zhan yang berusaha menyangkal apa yang di pikirkan namun hatinya tau dan air mata mengalir perlahan di pipinya
"Bobo, Kuan Ge. Papa Jim" imbuh Xiao Zhoucheng dengan air mata yang mengalir semakin deras

Xiao Zhan lemas. Ia terduduk lemas mendengar berita tersebut. Bahwa pesawat tersebut hilang kontak. Namun dalam hati Xiao Zhan yakin, Bobonya masih hidup. Tanda mereka masih ada, belum menghilang. Ini pertanda jika Wang Yibo masih baik-baik saja.

Xiao Zhan dan Xiao Zhoucheng datang ke maskapai penerbangan tersebut untuk menunggu informasi lebih lanjut tentang kecelakaan pesawat tersebut. Menunggu lama disana, berjam-jam, mereka menerima informasi jika memungkinkan pesawat itu jatuh di lautan. Mereka sekarang akan memulai pencarian.

"Ge... Mengapa kau tidak mengatakannya padaku jika mereka akan pulang hari ini?"
"Mereka ingin membuat kejutan untukmu"
"Bagus. Aku benar-benar terkejut sekarang"
"Mereka baik-baik saja. Bukankah tanda kita masih ada"
"Ah..." pekik Xiao Zhan merasakan sakit di dadanya,
"Apa yang sakit?" Tanya Zhoucheng kaget
"Emn... Perut. Aku... Perlu ke.... Toilet" ujar Xiao Zhan berjalan pelan menuju toilet
"Ku antar" katanya khawatir
"Kau menunggu informasi dari mereka disini. Aku bisa sendiri" ujar Xiao Zhan

Tapi Zhoucheng tetaplah Zhoucheng. Ia tidak bisa tidak khawatir dengan adiknya. Ia pelan-pelan mengikuti Xiao Zhan. Langkah Xiao Zhan bukan ke toilet. Melainkan mencari tempat sepi dan bersembunyi. Zhoucheng dapat melihat Xiao Zhan jongkok dan mencengkram dadanya. Punggunya bersandar pada salah satu tiang besar disana.

Xiao Zhan mengeluarkan 2 butir obat dan segera ia minum. Xiao Zhan berusaha tenang, dan mengatur kembali nafasnya. Kepalanya menunduk. Ia menangis sesenggukan. Ia takut. Ia khawatir tentang Yibo.  Tapi hanya bisa menunggu.

"Tuhan, sampai kapan aku bisa hidup. Aku hanya tidak ingin pergi sebelum mengucapkan perpisahan dengan Bobo. Aku masih ingin mempunyai anak perempuan dengan Bobo. Tuhan, kuatkanlah aku. Walau hanya sampai batas itu" ujar Xiao Zhan pelan "aku tidak boleh menangis. Ge ge ada di sana. Ge ge tidak boleh tau jika jantungku tidak normal lagi" imbuh Xiao Zhan lalu menghapus air matanya.

Xiao Zhoucheng yang diam-diam mendengarkan Xiao Zhan berbalik dan segera pergi. Sedangkan Xiao Zhan sendiri setelah membaik dia segera kembali ke Zhoucheng. Xiao Zhan menemukan mata Zhoucheng yang sudah memerah seperti habis menangis. Wajahnya juga terlihat murung. Sikapnya juga lebih pendiam.

"Ge. Ni hao ma?"
"Emn... Wo hen hao" ucap Zhoucheng
"Kau habis menangis?"
"Tidak"
"Matamu merah" kata Xiao Zhan duduk disamping kakaknya
"Matamu juga merah" balas Zhoucheng.
"Ge!...."
"Kau kenapa?"
"A... Aku hanya memikirkan Bobo. Kau menangis karena memikirkan Kuan Ge?"
"Emn" jawab Zhoucheng 'tidak hanya Kuan ge. Kau juga Zhan' batin Xiao Zhoucheng sambil menatap adiknya sedih
"Ge... Ge... Apa yang kau lihat? Kau melamun? Kita di minta pulang dan tunggu kabar!" kata Xiao Zhan sedih
"Kita pulang" kata Xiao Zhoucheng
"Ge... Tapi..."
"Kita tidak akan menemukan apapun disini" ujar Zhoucheng lalu menarik Xiao Zhan untuk pulang

Zhan, Kau KeajaibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang