bab 10

5.1K 122 0
                                    

Happy Reading All
-
-
-
.
.
.


"Kenapa bang?" Tanya bunda setelah tadi dipanggil Ares untuk kekamarnya.

"Bund Abang ga mau dijodohin bund" ucapnya melas.

Bunda menghela nafas "kenapa alasannya apa kamu gamau dijodohin?"

"Aku masih sekolah bund lagian aku terlalu muda buat dinikahin. Papa juga apa-apaan sihh nikah nikahin aku segala" ujarnya kesal.

"Sayang ini juga demi kebaikan kamu. Papa sama bunda mau yang terbaik buat kamu sayang" ujarnya lembut.

"Tapi bund ngga dengan cara dinikahin juga. Aku juga tau apa yang terbaik buat aku kok" ujarnya masih menentang.

Bunda tersenyum "kalo kamu tau Adiba itu siapa. Bunda yakin kamu ga bakalan bersikeras buat nolak deh"

"Maksudnya" tanyanya bingung.

"Makanya kamu setuju aja. Biar tau siapa sebenernya orang yang bakal kamu nikahin itu" ujar seseorang dari Balik pintu memperlihatkan Regan sang papa.

Ares mendengus "ini pasti cuma akal-akalan papa doang biar aku mau nikah sama dia. Aku aja ga kenal gimana mau seneng dinikahin sama dia"

"Dibilangin percaya aja sama papa kamu bakal seneng dehh kalo tau calon kamu itu siapa"

"Tau ahh aku ngga akan seneng dan ga akan pernah mau dinikahin sama dia!" Ujarnya setelah itu mempersilahkan papa nya keluar tak lupa bundanya juga. Bahasa kasarnya ngusir gess WKWKW.

Setelah kedua orang tuanya pergi dia langsung merebahkan tubuhnya kekasur empuknya. Entahlah dia malas untuk terlalu memikirkan perjodohan konyol itu. Sekarang dia hanya ingin beristirahat.

~~~~~~~~~~~~

Bel istirahat sekolah SMA adijaya sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Sekarang kantin sangat ramai oleh para siswa yang sedang mengisi perut mereka yang sudah meronta sejak pembelajaran tadi.

Sama hal nya dengan Adiba dan para sahabatnya mereka sekarang sedang memakan makanannya.

Adiba sampai sekarang belum memberitahukan pasal perjodohannya kepada para sahabatnya. Ia juga masih bingung dengan semua ini dari semalam setelah pertemuan itu dia tidak bisa tidur memikirkan perjodohan yang orangtuanya buat.

Hatinya masih belum bisa menerima perjodohan itu. Banyak mimpi yang ingin ia gapai terlebih dahulu sebelum menikah tapi ia harus terjebak dengan perjodohan ini.

Sebaiknya ia akan melibatkan Allah saja untuk kehidupannya. Ia akan meminta petunjuk bagaimana baiknya jikapun ia harus menerima perjodohan itu ia ikhlas jika memang Allah sudah menetapkan takdir hidupnya seperti itu.

Terlalu lama melamun hingga ia tak sadar bahwa Mira yang dari tadi mengajak nya berbicara

"Adiba" panggilnya menepuk bahu Adiba.

Vania dan Amel yang mendengar tak ada sahutan dari Adiba pun membantu untuk memanggil Adiba.

"Woyy Diba lo kenapa?" Panggil Amel.

"DIBA" panggil ketiganya membuat Adiba terlonjak kaget.

"Hah! astagfirullah kenapa" tanyanya kaget.

"Lo yang kenapa dari tadi kita panggil ga nyaut-nyaut. Ngelamun" tanya Vania.

"Hah ng-ngga kok" jawabnya

"Kamu mikirin apa?" Tanya Mira mengusap bahu Adiba menenangkan.

Adiba menatap Mira dan kedua sahabatnya didepan "aku ngga papa kok" ucapnya tersenyum meyakinkan.

ARSARES NAZRIEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang