bab 74

2.4K 97 5
                                    


Happy Reading
-
-
-
.
.
.
.

Empat tahun kemudian...

Seorang lelaki bertubuh tinggi dan tegap itu berjalan dengan bangganya, menghampiri orang-orang kesayangannya yang sudah menunggunya dengan senyum merekah. Lelaki yang memakai pakaian toga khas yang menandakan hari ini adalah hari kelulusannya itu terus melangkahkan kakinya sampai dihadapan keluarganya dengan senyum tipis.

"AYAH!" Seru seorang bocah lelaki yang langsung menubruk tubuh lelaki yang tak lain adalah Ares.

Dia menundukkan kepalanya dan langsung membawa bocah lelaki itu kegendongannya, masih dengan tersenyum tipis dia menatap bocah itu.

"Rakha, udah berapa kali bunda bilang. Itu Abang! Bukan ayah, ayah kamu ini nih disebelah bunda." Omel seorang wanita paruh baya itu menatap tak suka anaknya.

Sedangkan bocah lelaki yang sedang memeluk leher Ares itu menolehkan kepalanya sedikit menatap bundanya yang mengomelinya, namun dia hanya diam dan terus melendoti Ares.

"Rakha, dengerin ucapan bunda." Tegur Ares kala sang adik malah tidak menjawab ucapan bundanya.

Mendengar ucapan dingin abangnya, bocah lelaki itu langsung mengangkat kepalanya dan menatap sang Abang yang menatapnya datar membuat nyalinya langsung menciut.

Dia kemudian menoleh menatap sang bunda dengan raut bersalahnya "maap nda." Ucapnya menunduk takut.

Lalu kembali mendongak menatap keluarganya yang menatapnya gemas "tapi, itu papa bukan ayah," tunjuknya pada Regan sang papa.

Sementara Ellen dan yang lain terkekeh gemas dengan penuturan Rakha, bocah kecil yang kini sudah beranjak empat tahun itu dan sebentar lagi akan memasuki sekolah paud.

Lalu Rakha kembali memeluk leher abangnya dan menaruh kepalanya dipundak sang Abang. Sementara Ares hanya menggelengkan kepalanya dan mengusap gemas adik kecilnya.

"Bang."

Lalu pandangannya teralihkan kepada Ellen yang memanggilnya. Ellen tersenyum menatap putra sulungnya yang kini sudah berhasil meraih gelar sarjananya dengan nilai yang tinggi, dia sangat bangga mempunyai anak sepintar Ares.

"Selamat ya, akhirnya perjuangan kamu selama beberapa tahun ini terbayarkan. Semua usaha dan kerja keras kamu kuliah membuahkan hasil dan kamu bisa meraih nilai tinggi dikampus, bunda bangga sama Abang." Ujarnya tersenyum haru.

Mendengar itu, Ares hanya terdiam. Dia menatap keluarganya dan keluarga sang istri dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Mulutnya hanya terdiam, tapi pikirannya berkeliaran kemana-mana.

Ares hanya membalas dengan senyum tipis saja, dia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Melihat itu Ellen langsung tersenyum hambar dan mendekat menghampiri sang putra untuk memeluknya yang kemudian dibalas oleh Ares.

Dia memeluk bundanya dengan sebelah tangannya, sementara sebelahnya lagi menggendong sang adik yang sedari tadi tak mau berjauhan dengannya.

Ellen melerai pelukannya bersama putra sulungnya, dia menatap Ares dengan senyuman namun berbeda dengan matanya yang membendung, melihat dan menyaksikan perjuangan Ares kuliah ditambah dengan mencari keberadaan....istrinya.

ARSARES NAZRIEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang