bab 58

2.4K 77 0
                                    

Gak yakin bakalan end sekarang-sekarang iniii belum lagi konflik² yang udah dipikirin belom keluar².

Dah lahh aku ngikutin apa kata otakku aja Yee gess.

Keknya endingnya masih luamaaa jadi maapkan kalo bosen kaliannya tapi yang pasti jangan sampe bosen dehh Yaa.

Happy Reading
-
-
-
.
.
.
.
.


"Den, non." panggil mang Jajang menghampiri, membuat mereka mengalihkan atensinya.

Ares tersenyum ramah tak lupa menyalami tangan mang Jajang. Membuat mang Jajang langsung menolaknya tapi Ares dengan kukuh menyalami tangan mang Jajang, walau bagaimana pun mang Jajang itu lebih tua darinya jadi dia harus menghormati orang yang lebih tua, tak peduli dengan pekerjaan ataupun jabatannya.

"Non sama Aden teh kenapa baru kesini atuh, kemarin ibu teh sakit non, den." ujarnya.

Adiba dan Ares terkejut mendengar penuturan mang Jajang, terlebih Adiba yang wajahnya langsung cemas.

"Uma sakit mang?"

"Iya non, ibu sakit beberapa hari kemarin. Den Devan yang biasanya pulang ke apartemen nya juga kemarin mah pulang dan tinggal disini lagi karena ibu yang lagi sakit." jelasnya.

"Ya Allah uma." kagetnya menutup mulutnya. Matanya juga sudah berkaca-kaca menatap Ares.

"Uma Res," lirihnya.

Ares menatap Adiba dan menggenggam tangannya lembut seraya tersenyum menenangkan.

"Insya Allah, uma gapapa. Yuk kita masuk." ajaknya.

Ares menatap mang Jajang "Yaudah kalo gitu mang, kita langsung masuk ya." pamitnya yang langsung di persilahkan oleh mang Jajang.

"Assalamualaikum." salam mereka berdua sembari mengetuk pintu rumah kedua orang tua Adiba.

"Wa'alaikumsalam." tak lama pintu terbuka menampilkan seorang lelaki jangkung nan tampan yang tak lain adalah Abang dari Adiba.

"Abang." Adiba langsung memeluk abangnya tiba-tiba membuat Devan terkejut dan hampir tersungkur namun untungnya ia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Devan membalas pelukan sang adik dengan tersenyum.

"Kamu dateng-dateng ngagetin Abang aja." kekehnya mengelus lembut kepala Adiba.

Adiba melepaskan pelukannya dan menatap Devan "bang, mang Jajang bilang uma sakit. Uma sakit apa bang?" cecarnya menuntut.

Devan menghela nafas lalu menatap Ares, sementara yang ditatap langsung menyalami tangan Abang iparnya itu.

"Gimana kabarnya Res?" Tanyanya menepuk bahu Ares.

Ares mengangguk dan tersenyum tipis "baik bang."

"Abang!" Kesal Adiba kala pertanyaannya tak mendapat jawaban.

Devan mengalihkan perhatiannya kepada Adiba dan terkekeh, dia mengusap kepala Adiba lembut.

ARSARES NAZRIEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang