bab 68

2.1K 84 1
                                    


Happy Reading
-
-
-
-
.
.
.

"Kalau orang berbicara CINTA lantas Pacaran, BOHONG!"

~Ust. Felix issue~

~~~~~~~

"LO BISA GAK BERENTI DULU! SELESAIKAN BAIK-BAIK!" Bentak Ares.

Dia terus berusaha memisahkan Vano yang terus membabi buta memukuli sahabatnya.

Vano terkekeh sinis menatap Ares "baik-baik? BAIK-BAIK LO BILANG?!"

Bugh

Kali ini Ares yang kena sasaran, dia mengusap sudut bibirnya yang terkena bogeman Vano. Dia menatap Vano tajam dan membalas satu pukulan ke sepupu iparnya itu.

Bugh

"LO KENAPA SIH HAH?! KENAPA!"

Ares menarik kerah Hoodie Vano dan menatapnya nyalang.

"Kalo Lo punya masalah sama sahabat gue. Ngomong sama gue NGOMONG! GAK USAH TIBA-TIBA MUKULIN SAHABAT GUE!"

Vano tak kalah tajam menatap Ares. Lalu pandangannya kearah Rafael yang dibantu berdiri oleh Dipta dan bian namun Rafael hanya diam tanpa mengucapkan satu kata pun.

"Sahabat Lo?!" Tunjuknya tajam pada Rafael.

"Itu sahabat Lo YANG UDAH PERK*SA ADIK GUE BAN*SAT!" marahnya.

Hal itu membuat Ares terkejut dan tanpa sadari melepaskan tangannya dari kerah Vano.

Bugh

Bugh

Vano kembali memukuli Rafael sampai Rafael sudah tak bertenaga lagi untuk bangun, dia terkapar lemah dilantai yang langsung ditangani oleh beberapa anggota Aodra. Sementara Vano terus mengamuk dan mengumpat serta menendang meja dan lain-lain membuat kondisi markas tak terkendali.

"ANJ*NG RAFAEL BAN*SAT MATI LO SANA!" Amuknya saat melihat Rafael dibawa ke salah satu kamar oleh mereka.

Sementara Ares masih terkejut dan mencerna ucapan sepupu iparnya itu, yang lainnya juga tak kalah terkejut mendengar itu namun mereka harus membantu Rafael dulu sampai sadar.

Setelah sadar dari lamunannya Ares langsung menghampiri Vano dan menariknya kasar hingga sang empu terduduk dikursi.

"Lo duduk! Cerita sama gue kenapa bisa." Ucapnya tegas dan duduk disamping Vano.

Vano terkekeh sinis "tadi aja Lo belain sahabat Lo itu, sekarang kenapa malah pengen denger penjelasan gue."

"Eh ban*sat dari tadi gue minta penjelasan Lo, tapi Lo malah terus mukulin sahabat gue." Kesal Ares.

Vano memejamkan matanya sejenak dan menghela nafas panjang berusaha meredakan emosinya yang begitu meluap-luap. Dia kembali membuka mata dan menatap Ares yang sedari tadi menunggu jawabannya.

Mereka hanya berdua disini karena yang lainnya sedang dikamar yang Rafael tempati juga menelpon dokter untuk memeriksakan kondisi Rafael. Ares sudah mempercayakan Rafael pada dua sahabatnya juga Darrel. Sekarang dia harus fokus dulu mendengar penjelasan Vano.

ARSARES NAZRIEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang