bab 72

2.4K 83 0
                                    

Eyyowww balik lagi sama cerita dibares.

Sebelum membaca tarik nafas dulu Gayss dan hembuskan (kalo gak dihembuskan nanti metong).

Sebelum membaca diwajibkan VOTE terlebih dahulu Yee Gayss

Happy Reading
-
-
-
-
.
.
.
.


Ares sudah dibawa kerumah sakit oleh para anggota Aodra. Saat ini dia sedang diperiksa oleh dokter sementara mereka semua menunggu didepan ruangan UGD. Melihat para teman-temanya yang dilanda rasa cemas dan khawatir dengan kondisi Ares, Rafael memutuskan untuk segera menghubungi kedua orang tua Ares.

"Halo om."

"Iya Rafael, ada apa malam-malam telepon om?"

"Om, Ares masuk rumah sakit."

"Apa! Kenapa bisa Rafael?"

"Ceritanya panjang, om bisa segera kerumah sakit lira Medika?"

"Iya iya, om akan segera kesana."

Setelah menguhubungi orang tua Ares, Rafael pun menghubungi Devan untuk segera kesini kebetulan dia sudah mempunyai nomor Devan. Devan pun sempat menanyakan hal yang sama tapi Rafael hanya menyuruhnya untuk segera kerumah sakit.

Dia kembali ke arah teman-temannya yang masih menunggu Ares diluar. Terlihat bian dan Dipta sangat terpukul dengan kejadian ini sementara para anggota lainnya pun merasa iba dengan kondisi Ares saat ini namun Rafael yakin jika Ares pasti akan baik-baik saja. Walaupun Rafael sempat kecewa karena pada awalnya Ares tak mengabarinya jika istrinya hilang tapi untungnya Dipta memberitahunya dan ia langsung segera membantu sang sahabat.

Ia paham, Ares tak memberitahu pasti karena masalah tadi pagi tapi tetap saja harusnya Ares memberitahukan masalahnya karena dia sahabat Ares. Dia juga ingin membantu mencari istri sahabatnya yang hilang, dan masalah pengadu dombaan yang dilakukan Gibran kepada Aodra dan Elang dia mengetahuinya baru-baru ini saat melihat seseorang berpakaian hitam-hitam sedang memantau keadaan markas Aodra dan setelah ia selidiki ternyata itu adalah salah satu gang Lion dan pasti itu atas suruhan Gibran.

Sudahlah, masalah itu sudah tidak dia pikirkan lagi. Sekarang ini yang ia pikirkan hanya kondisi sang sahabat yang didalam sana sedang berjuang.

Tak lama Devan datang menghampiri mereka bersama Regan dan kedua orang tua Adiba, bunda Ellen tidak ikut karena hari juga sudah menunjukkan pukul tiga pagi jadi pasti bunda dari Ares itu masih tertidur.

"Bagaimana keadaan Ares?" Tanya Regan setelah sampai didepan mereka semua.

Mereka yang mendengar itu mendongakkan kepalanya menatap papa Ares dan kedua orang tua Adiba serta Devan yang datang dengan wajah cemasnya. Rafael pun berdiri menghampiri mereka.

"Dokter masih memeriksa keadaan Ares om." Jawabnya.

Regan menghela nafas kasar lalu Devan pun menatap Rafael "kenapa bisa Ares masuk rumah sakit?" Tanyanya.

Rafael menoleh menatap Devan, dia menghela nafas sebelum bercerita "Adiba hilang." Dua kata itu mampu membuat keempat orang itu sangat terkejut.

Apalagi Uma Aisya yang sudah menahan tangis, tangannya menutup mulutnya tak percaya "kenapa bisa Adiba hilang nak."

Rafael menatap iba Uma Aisya dia tidak ingin mengatakan hal ini tapi itulah kenyataannya. Mereka harus diberitahu, karena mereka keluarga Adiba.

"Maaf Om Tante, Adiba hilang tadi siang dan seharian ini kita lagi cari keberadaannya tapi sampai sekarang kita belum menemukan titik terang." Jelas Rafael menunduk.

ARSARES NAZRIEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang