Kedatangan kyai Rahmat dan juga ummi Maryam disambut tangisan bayi, bayi yang baru lahir itu, di sambut bahagia ayah dan bundanya.
"Allahummaj'alhu barran taqiyyan rasyidan wa-anbit-hu fil Islam nabatan hasanah.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah ia (bayi) orang yang baik, bertakwa, dan cerdas. Tumbuhkanlah ia dalam Islam dengan pertumbuhan yang baik." Kyai rahmat dan ummi Maryam mengendong bayi mungil itu. Nenek dan kakeknya mendoakan mereka berdua.
"Masyaallah, ini cucu kakek dan nenek lucu juga" ucap kyai Rahmat tidak henti mengganggu mereka berdua.
"Iya, Abi ini mereka tadi rewel sekarang diam di pangkuan kita yah " jawab ummi Maryam pada sang suami.
"Ini, cucu kakek sangat cantik sekali sih mirip siapa sih?" Tanya kuis Rahmat.
"Ya mirip bundanya Abi, Masa Mirip ummi" jawab Gus all.
"Diam, all Abi tanya sama cucu Abi yang cantik ini" ucap kyai Rahmat pada putranya.
"Udah, mas biarin aja. Abi kan sayang pada mas atau putri kita" jawab Bilqis melihat wajah suaminya yang kesal.
"Ini, tampannya nenek kok diem saja sih" ucap ummi Maryam melihat cucu laki-lakinya.
"Dia, dingin kaya ayah dan babanya ummi" jawab Gus Alif.
"Iya benar menurut kakak ipar," Ning Nura ikut berbicara.
"Kenapa, sayang kamu berbicara seperti itu?" Tanya ummi Maryam pada menantunya.
Ning Nura menundukan kepalanya iya takut melihat tatapan tajam dari Ning Naura dan Gus alzam.
"Nura sangat takut di tatap dingin Gus alzam, ataumpun Ning Naura" ucap jujur Ning Nura.
"Ummi, Abi, Gus all, Ning Bilqis, Gus alzam, Ning Naura, dan juga Gus Alif, ustadzah Aisyah. Nura minta maaf kalau selama dua bulan ini repotin kalian tapi izinkan Nura pergi membawa Gus kecil. Nura ingin lepaskan Gus alzam buat Ning Naura seutuhnya. Nura akan gugat cerai" sambung Nura menundukan kepala, berjalan ke arah ummi Maryam megambil alih Gus kecil dari gendongan ummi Maryam.
"Sekali lagi Nura minta maaf pada Ning Naura, tidak bahagia karena ke hadiran kami, kami pamit akan pergi assalamulaikum. Selamat tinggal semua." Nura benar-benar pergi di ambang pintu ada seorang pria tampan berdiri.
"Apa, udah siap?" Tanya pria itu.
"Udah, kakak. Kita bisa berangkat sekarang juga" ucap Nura berjalan menghampiri pria di ambang pintu.
"Assalamualaikum, kakak" salam Nura meraih punggung tangan pria tampan itu.
"Walaikumsallam, Nura, ayo kita pergi sebentar lagi pesawat akan berangkat" jawab Gibran.
"Ayo, kakak. Tapi kakak bawa kebutuhan Gus kecil" Nura menatap Gibran.
"Udah dek, ayo kita berangkat sekarang." Gibran mulai menggendong Gus kecil.
Sedangkan Gus alzam menahan amarahnya ia segera menelpon Azka. Ia tidak ingin kehilangan istri dan anaknya pergi jauh darinya.
"Jangan tinggalkan ruangan ini, sayang kalau kamu tetap pergi ini hari terakhir kita bertemu" ucap Gus alzam berdiri di jendela akan bersiap untuk melompat.
"Astaghfirullah, kakak kembali jangan lakukan hal gila ini" Gus all teriak ketika melihat sang kakak yang akan siap melompat
"Kakak Nura, jangan pergi lihat kakak alzam akan nekad lompat kalau kakak pergi dari hidupnya." Sambung Gus all mencoba bujuk sang kakak ipar.
"Nak, ummi dan Abi mohon jangan pergi lagi. Ummi udah gak sanggup melihat putra ummi kaya lima tahun yang lalu. Di saat kamu pergi untuk memutuskan melanjutkan sekolah di Mesir." Ummi Maryam bersujud di hadapan menantunya.
Nura begitu kaget saat melihat sang suami dan ummi bersujud di hadapannya. " Ummi, bangun jangan seperti ini. Nura gak bisa lihat ummi menangis dan memohon seperti ini"
"Dek, kamu kembali yah pada suami kamu jangan ikut kakak. Gus alzam sangat sayang sama kamu. Kakak gak mau melihat ya menderita lagi setelah kamu pergi." Ucap Gibran.
"Maksud kakak apa?" Tanya Nura tidak mengerti maksud sang kakak apa.
"Dek, ketika suami tau kamu pindah selama lima tahun ke Mesir untuk belajar. Suami kamu sangat terpukul mengetahui kamu pergi secara diam diam hanya bilang sama dosen kamu ya itu Gus all saja tidak dengan suami kamu waktu itu." Ucap Gibran.
"Suami kamu sangat terpukul waktu itu ia sudah bilang sama om dan Tante akan menikahi kamu setelah lulus atau awal kamu masuk kuliah tapi sayang ayah kamu lebih dulu meninggalkan kita tapi ayah kamu dek mempunyai permintaan pada suami kamu sebelum meninggal. Beliau ingin suami kamu selalu ada di samping kamu sampai akhir hayat nanti. " Sambung Gibran menatap lekat mata sendu sang adik yang bingun.
Nura, menangis mendengar permintaan dari almarhum sang ayah. Nura masih memantung mendengarkan penjelasan sang kakak sepupunya.
Nura, berjalan aga di tahan karena baru menjalani lahiran anak pertamanya dari Gus alzam.
"Gus, jangan tinggalkan Nura, Gus kecil dan Ning Naura dan calon bayi kalian yang sebentar lagi akan lahir" ucap Nura memeluk sang suami dari belakang.
"Nura, gak ingin kehilangan sosok suami yang baik dan bisa adil pada kami berdua." Sambung Nura menangis di pelukan suaminya.
Ning Naura berjalan menghampiri keduanya" mas jangan lakukan ini lagi. Aku janji akan baik pada Ning Nura dan Gus kecil. Aku sadar begitu sakit berada di posisi Ning Nura saat ini. "
"Sayang, kamu ngomong apa " Gus alzam menatap lekat sang istri.
"Aku banyak, belajar dari kakak Rara dan kakak Husna kemari. Kakak Rara yang sama posisinya seperti Ning. Nura yang masih muda itu harusnya ia tidak Menggung beban seberat ini. Ia belum usia tujuh belas tahun tapi dia selalu memikirkan perasaanku mas. Nura sama kakak Rara merasa serba salah ke Aku atau ke kakak Husna" sambung Ning Naura.
"Aku, sayang mbak Naura. Nura udah anggap mbak Naura seperti kakak perempuan Nura. Termasuk mbak Aisyah dan ning iqis."
"Kami sayang kamu Ning Nura jangan bawa Gus kecil pergi yah" ucap perempuan cantik itu.
Nura menganggukan kepalanya, ia juga belum mampu untuk berpisah dari keluarga suaminya begitu baik dan penuh kasih sayang padanya.
"Sayang kemarilah" panggil Gus alzam pada Ning naura. Mereka bertiga berpelukan.
"Mas, iqis mau di peluk juga kaya mereka bertiga" ucap manja Bilqis.
"Masyaallah kamu sayang" jawab Gus all memeluk sang istri.
"Mas, sayang iqis kan?" Tanya Bilqis tiba-tiba membuat Gus all menatap sang istri.
"Mas akan selalu sayang kamu sayang." Jawab Gus all mencium kening sang istri.
"'ana haqana 'uhabu zawjati" ucap Gus all.
'ana haqana 'ahabu zawji' jawab Bilqis memerah pipinya dibalik cadarnya.
"Nak, putrimu lapar beri asih dulu yah" ucap ummi Maryam pada kedua menantunya.
"Baik, ummi" ucap keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dihamili Anak Kyai
AcakBilqis seorang gadis remaja yang baru berumur 15 tahun yang dicintai oleh CEO muda sekaligus kakak iparnya.