Warning!!!
Wattpad ini mengandung muatan dewasa seperti kekerasan, konsumsi minuman keras, rokok, narkoba, dll. Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan kisah tersebut, dianjurkan untuk tidak membacanya.
MOHON UNTUK PARA PEMBACA, UNTUK PELAN-PELAN SAAT MEMBACA CERITA INI, AGAR MENDAPATKAN SENSASI DAN TIDAK KEPENDEKAN.
SELAMAT MEMBACA!!
Zee bersama Flora, dan juga Cindy sudah berada di dalam ruangan. Mereka baru saja akan membicarakan tentang Marsha dengan suaminya itu.
"Jadi, kami terpaksa melepas Marsha untuk menikah dengan Advaita. Kami juga benar-benar gak tau lagi harus berbuat apa, dan kami juga ingin Marsha hidup enak daripada kesusahan bersama kami." kata Cindy.
"Andai saja Jinan masih hidup, dan kantornya tidak mengalami bangkrut... mungkin, kami sudah hidup jauh lebih enak. Kami juga tidak tau cara mengambil Marsha kembali." ucap Cindy sesunggukan.
Zee mengernyitkan dahinya. Dia tidak tau apa-apa dalam hal ini, Jinan yang sudah meninggal pun Zee tak tau.
Semakin penasaran, Zee pun menanyai tentang kematian Jinan yang baru saja ia ketahui. "Maaf Buk. Kalau boleh tau, Om Jinan meninggal karna apa?"
Cindy mendongak sambil menatap Zee dengan sangat dalam, "sebelum kelompok nya Advaita mengambil Marsha sebagai pelunasan hutang, mereka membawa Jinan ketempatnya. Setelah pulang, kami hanya dikasih tau, bahwa Jinan sudah tidak ada. Saat itu juga mereka membawa Marsha."
"Pantas saja kemarin wajahnya kaya tertekan gitu, ternyata ini faktanya." batin Flora.
Sakit bagi Zee untuk mendengarkan cerita ini, hati kecil Zee tersentuh ketika membayangkan betapa kasihannya Marsha pada saat ini. Hidup dengan suami paksaan, dan hilangnya impian.
Dengan emosi yang bergejolak, tak banyak basa-basi bagi Zee, dan dirinya akan merencanakan peperangan dengan kelompok Advaita.
"Kalau boleh tau, Advaita beserta kelompoknya nongkrong dimana, Buk?" tanya Zee.
"Dipasar dekat Tanah Abang. Sebagian dari mereka juga ada yang menguasa beberapa blok dipasar itu, makanya kami tidak bisa bertindak apa-apa."
"Baik kalau gitu. Terimakasih, Buk! Zee sama Flora pamit pulang dulu."
"Iya, hati-hati kalian berdua."
Zee dan Flora mengangguk.
Cerita yang Cindy ucapkan tadi benar-benar membuat Zee emosi. Demi melepas Marsha dari Advaita, Zee akan mengerahkan seluruh tenaganya, dan juga pukulan yang akan ia lontarkan.
Kejam, ini sungguh kejam. Zee tak menyangka bahwa masih ada orang yang seperti itu.
Dimakam Jinan.
Sebelum pulang kerumah, Zee singgah ke makam Jinan terlebih dahulu. Makamnya tak jauh dari makam Ayahnya, bahkan, mereka bersebelahan.
Zee sendiri baru tau bahwa disebelah makam Gracio adalah makam Jinan. Sedikit senang karna sampai akhir hayat, mereka tetap bersebelahan.
"Jadilah sahabat yang takkan pernah jauh, sampai akhirat sekalipun." gumam Zee.
Merasa cukup untuk berdoa, Zee dan Flora kembali ke mobil untuk membahas rencana selanjutnya.
"Untuk nanti, gimana jadinya?" tanya Flora.
Zee hanya memandang ke arah depan dengan tatapan kosong nya, "kita ke tempat tongkrongan mereka dahulu, setelah itu kita pulang. Nanti malam kita atur rencana, besok malamnya baru kita beraksi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeeSha (Aku Kamu Dan Samudra) [END]
Fiction généraleMari berlayar bersama ZeeSha Kisah Cinta Anak Sma HANYA FIKSI, DILARANG MENYANGKUT PAUTKAN DUNIA NYATA!!. "kamu janji kan terus sama aku?". "iya janji." zee "Dan Jakarta, Bagiku Bukan Cuma.. urusan wilayah belaka. Lebih jauh dari itu, melibatkan pe...