Chapter XVII • Bebas

497 60 1
                                    


5 bulan berlalu.

Terdapat seorang pemuda yang sedang merapikan barang - barangnya, pemuda itu ialah Christian. Hari ini adalah hari dimana Christian keluar dari lapas, Christian berjalan keluar sel menuju ke arah pintu utama.

"Sudah semuanya?." tanya sipir yang berjaga.

"Sudah." jawab Christian tanpa ekspresi.

"Saya gatau nomor telepon orang tuamu, bisa kamu catat disini?." ucap sipir itu sambil menyodorkan selembar kertas dan pena.

"Orang tua saya udah meninggal." ucap Christian.

"Ah maaf saya gatau." ucap sipir itu tak enak.

"Ya, gapapa." ucap Christian.

Christian kembali berjalan keluar meninggalkan sipir itu sambil menenteng sekantong kresek, ia menunjukkan raut wajah yang datar - datar saja tidak merasa senang dan tidak merasa sedih. Tiba - tiba sipir yang menjaga tadi memanggil Christian.

"Hei nak!." panggil sipir itu.

Christian memberhentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.

"Saya ada sedikit uang buat kamu." ucap sipir itu sambil memberikan 3 lembar uang berwarna merah.

"Terimakasih pak." ucap Christian.

"Jangan mengulangi kesalahan kamu ya nak." ucap sipir itu.

"Ya, semoga." ucap Christian sambil berjalan menjauh keluar dari lapas.

Christian sudah berada diluar lapas, ia menarik nafas panjang menghirup udara segar dari dunia yang bebas, ia mulai berjalan disisi jalanan Jakarta dengan hoodie berkupluk yang menutupi wajahnya.

Christian sudah berada diluar lapas, ia menarik nafas panjang menghirup udara segar dari dunia yang bebas, ia mulai berjalan disisi jalanan Jakarta dengan hoodie berkupluk yang menutupi wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gua harus kemana sekarang." batin Christian bingung.

Christian terus berjalan tanpa arah, ia hanya terus mengikuti arus kemana kakinya akan membawanya. 2 jam telah Christian tempuh tanpa ada tujuan yang jelas, akhirnya Christian memutuskan untuk pergi ke warung makan babeh Udin hanya sekedar melihat dari jauh.

Sebelum mendatangi rumah makan babeh Udin, Christian menyempatkan dirinya singgah di sebuah warung untuk membeli beberapa makanan dan minuman untuk ia makan lalu melanjutkan perjalanannya.

Sampai di sebrang jalan, Christian terlihat heran karena melihat rumah makan itu sudah sepi dan sedikit tak terurus, ia menyebrang jalan dan mendekat ke area rumah makan, ia masuk kedalam melihat barang - barang yang sudah kosong, tak berfikir panjang lagi Christian kembali keluar dan kebetulan ada seorang bapak - bapak yang lewat.

CHRISTIAN EL DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang