Suara batuk menggema memenuhi kamar mandi, Moni terus saja memuntahkan isi perutnya. Bukan hanya itu, kepalanya juga terasa pusing dan berdenyut-denyut. Wajahnya pucat pasi dan tubuhnya benar-benar lemas sekali.Tanpa sengaja kedua mata Moni terfokus ke jari tangannya, betapa terkejutnya ketika ia melihat cincinnya tak berada di jarinya. "Dimana cincinku?"
Seketika Moni panik. Baru saja ia berniat keluar dari kamar mandi, ia kembali merasa mual membuatnya harus kembali memuntahkan isi perutnya.
° • ○ ● ° • ○ ● °• ○ ● ° • ○ ● ° • ○● ° •
Lay tersenyum saat melihat sebuah toko didepannya, ia mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dari dalam kantongnya lalu membukanya, sebuah cincin berwarna emas yang dihiasi dengan berlian yang sangat kilau berhasil membuat Lay kembali tersenyum. Tanpa menunggu lama, Lay melangkahkan kakinya memasuki toko perhiasan tersebut.Baru saja Lay mendorong pintu kacanya, tiba-tiba saja ada yang menarik bahunya. "Hei! Apa-apaan!"
Perkataan Lay terhenti saat ia melihat Sungyeol-lah yang menarik bahunya. Dengan cepat Lay menghindari kontak mata, ia merapikan bajunya yang kini berantakan karena Sungyeol.
"Cincin apa itu," Sungyeol menatap sinis kearah kantong celana Lay.
"Mau tau saja," Balas Lay yang terdengar sinis. Ia kembali menghindari kontak mata dan itu membuat Sungyeol geram.
"Itu cincinku bukan, kemarikan!" Ucap Sungyeol yang membuat Lay menyilangkan lengannya didepan dada.
"Emang kenapa? Moni yang menyuruhku menjualnya!" Ucap Lay yang membuat Sungyeol terdiam seketika. "Apa?" Tanya Sungyeol dengan wajah tak percaya.
Lay mengganggukkan kepalanya, "Ia yang menyuruhku menjualnya, kenapa? Ia bilang ia tak membutuhkan cincin ini, yang ia butuhkan itu uang.. bukan sampah seper.."
Belum selesai Lay menyelesaikan kalimatnya, kini ia harus menerima sebuah tinju dari Sungyeol tepat di pipi kanannya. BUKK!!! Lay hampir saja terjatuh, untunglah kedua kakinya berhasil menahan tubuhnya yang berat itu.
"Diamlah b*jingan!" Ucap Sungyeol dengan wajahnya yang kini memerah. Nafasnya terengah-engah karena terlalu kesal dengan pria yang berada didepannya.
Tanpa berkata apa-apa Sungyeol melangkahkan kakinya pergi dari sana.
° • ○ ● ° • ○ ● °• ○ ● ° • ○ ● ° • ○ ● ° •
"Oppa, apa kau melihat cincinku?" Kini Moni sedang mengobrak-abrik benda-benda di atas meja dan ia mencari cincin pernikahannya.Lay yang berada di ujung ponsel pun menjawabnya dengan ketus, "Ada pada Sungyeol."
Mata Moni membulat tepat setelah ia mendengar kata Sungyeol, "Ba-gaimana bisa? Kenapa bisa ada padanya oppa?" Tanya Moni lagi, namun kali ini dengan suara yang terdengar gugup.
Lay kembali mendengus kesal, "Kemarin ia yang membawamu pulang saat kau mabuk.." Ucap Lay yang membuat Moni kembali membulatkan kedua matanya. "Dan kemarin malam ia mengambilnya darimu, emang kenapa? Apa kau sedang mencarinya?"
Baru saja Moni mau mengatakan iya, Lay kembali lagi memotong kalimatnya, "Bukankah kalian sudah bercerai? Cincin seperti itu tak lagi penting, buang saja sampah itu!" Ucap Lay berterus terang.
Moni dapat merasakan dadanya terasa perih karena perkataan Lay yang boleh dibilang sangat pedas, "Nde oppa.. Aku tutup dulu telfonnya.."
Tanpa menunggu jawaban dari Lay, Moni segera memutuskan telfonnya.
Hanya dalam sekejap, air mata Moni kembali mengalir dari kedua matanya. Kini badannya bergetar karena berusaha menahan tangisannya itu. Isakan demi isakan mulai keluar dari bibir merahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love
FanfictionMarried Without Love Jung Moni, gadis pekerja keras itu terpaksa menikah dengan pria yang sama sekali tak ia kenal, Lee Sungyeol namanya. Pernikahan yang dipaksa itu sebenarnya ditentang oleh Moni dikarenakan ia terlah berjanji dengan seseorang yang...