Jilid 8

961 19 0
                                    

Kejadian berlangsung teramat cepat, belum lagi Cin Hou angkat tangan menghantam musuh, tahu2 dirinya sudah tercengkram tak berkutik dan terangkat tinggi, setelah diputar kencang seperti kitiran, badannya terus dilempar kearah batu cadas di seberang sana. Terdengarlah lolongan panjang yang mengerikan, Cin Hou hancur lebur menjadi pergedel.

Kaget dan gusar bukan main Sin Gi-cik dibuatnya, ia tahu sampai dimana tingkat kepandaian Cin Hou, Diluar tahunya bahwa Thio Ting-kok menyembunyikan pembantu gelapnya yang lebih lihay lagi.

Thio Ting-kok ter-loroh2, serunya sambil menuding dengan cambuk: "Kau kira mata2mu dengan mudah bisa membokong aku? Siapa berani petingkah lagi Cin Hou sebagai contohnya."

Melihat sahabatnya gugur begitu mengenaskan sungguh tak terkendali amarah Sin Gi-cik, serunya lantang: "Pengkhianat, turunlah hadapi aku!"

Thio Ting-kok mandah tertawa besar, ujarnya: "Kau bukan tandinganku, menyerah saja bergabung dengan akui"

Gusar Sin Gi-cik bukan kepalang, lekas ia keprak kudanya pimpin pasukannya menyerang maju, beberapa anak buah Thio Ting-kok yang terdepan dengan mudah ia bikin roboh sungsang sumbel, Thio Ting-kok ter-loroh2, lekas ia memberi aba2, barisan panahnya segera menarik busur membidik ber-ramai2, ribuan anak panah serempak meluncur ke bawah.

Sin Gi-cik putar kencang tombak panjangnya, sehingga tiada anak panah yang mengenai dirinya, celaka adalah anak buahnya yang ikut menerjang datang, tidak sedikit yang roboh terluka atau binasa.

Se-konyong2 terdengar Thio Ting-kok menghardik, "Yu-an!" 

Tangannya terayun, ia timpukkan sebatang piau, tenaga lengannya besar, bobot piau inipun cukup berat, maka luncurannya mengeluarkan suara mendesis nyaring.

Untunglah sebelum Sin Gi-cik tercabut nyawanya oleh piau ini tiba2 sinar kilat berkelebat "Tang", ternyata Khing Ciau menyusul tiba tepat pada waktunya, dengan sekali sampuk dengan pedang ia bikin piau itu jatuh, serunya kepada Sin Gicik: "Yu-an, tidak perlu main kekerasan dengan para pengkhianat itu, Liu lihiap tentu punya caranya sendiri menghadapinya!"

Tepat pada saat itulah tiba2 pasukan Thio Ting-kok dilamping gunung sama2 berseru gempar, Waktu Sin dan Khing berdua mendongak, dilihatnya segumpal bayangan hitam laksana meteor terbang tengah meluncur turun dari puncak gunung di sebrang sana yang curam dan tinggi, seperti seekor burung raksasa, mendadak kembangkan sayap menukik turun menubruk mangsanya.

Ternyata dengan mengandal Ginkangnya yang tinggi Honglay-mo-li berputar ke puncak gunung sebelah sana, tiba di atas puncak di mana kedudukan Thio Ting-kok sekarang berada, langsung ia terjun dari lamping gunung yang curam itu, sudah tentu dari sini bahayanya jauh lebih besar dari pada dia menyebrang selat langsung berhadapan dengan musuh.

Kebetulan Thio Tiang-kok dan beberapa orang anak buahnya sedang berada di bawah lamping gunung yang tingginya tidak kurang dua tiga puluh tombak, dari atas ke bawah lempang dan curam seperti dinding yang ditata tegak rata, tiada tempat berpijak untuk pinjam tenaga, jangan kata di bawah jurang sana batu2 gunung bercuat runcing.

Di sebelah sinipun ada musuh yang bakal merintangi dan menyerangnya, seumpama ditempat datar yang berumput tebal, bila terjatuh dari tempat ketinggian seperti itu, badan pasti hancur lebur. Mimpipun Thio Ting-kok tidak menduga, Hong-lay-mo-li punya nyali dan keberanian yang begitu besar.

Satu Brigade barisan pemanah Thio Ting-kok sudah pengalaman di medan perang, meski kaget tidak jadi gugup dan ribut, ditengah seruan kaget riuh rendah, tiga ratusan pemanah segera bidikan anak panahnya.

Hebat memang kepandaian Hong-lay-mo-li, ditengah udara ia perlihatkan kehebatan Ginkang dan Lwekangnya, lekas tumit kaki kiri menjejak punggung tapak kaki kanan, badannya mendadak meluncur ke samping beberapa tombak, sehingga ia terhindar dari bidikan hujan panah.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang