Jilid 94

312 9 0
                                    

Terunjuk rasa duka nestapa pada mimik mukanya, namun siau go-kian-kun. tidak perhatikan tingkah polahnya.

Tapi si pemuda sebaliknya menaruh perhatian terhadap siau- go-kian-kun, terutama amat perhatikan golok pusaka yang dibawanya. setelah menempuh per jalanan, dia alihkan pembicaraan pada golok dan kuda2 bagus dikatakan oleh sipemuda bahwa suku bangsa di se-ek mengutamakan dua benda sebagai impian idamannya, pertama golok pusaka dan kuda jempolan, laki2 yang menanjak dewasa harus mendapatkan sebilah golok yang bagus dan memperoleh kuda yang jempol pula. Belakangan dia minta siau- go-kian-kun perlihatkan golok itu kepadanya.

Si pemuda lolos keluar golok serta me-ngamat2inya dengan rasa sayang dan terpesona siau- go-kian-kun berpikir:

"sayang golok ini Milik Li Tiang-thay yang harus kulindungi dan pasti kukembalikan kepada keluarganya, kalau tidak boleh kuberikan kepada pemuda ini." setelah mengamat2i sebentar sipemuda berkata: "Entah

darimana tuan memperoleh golok ini?"

Karena baru berkenalan, sudah tentu siau- go-kian-kun menjawab secara samar2, dikatakan itulah golok warisan keluarganya sipemuda menunjukan mimik aneh seperti tidak percaya, namun dia tidak bicara lagi dia kembalikan golok itu kepadanya.

Dua hari kemudian mereka sudah keluar dari gurun Gobi pemandangan pandang rumput berubah pula, selayang pandang hanya tetumbuhan rumput menghijau membentang lebar sampai dikaki langit.

Angin menghembus, menimbulkan alunan gelombang yang merata dan indah sekali dipandang mata, setelah kekeringan beberapa hari, seketika bangkitlah semangat mereka setiba dipadang rumput.

Malam itu mereka bermalam dipadang rumput, kaum saudagar berikan dua tenda kepada mereka dan barang2 keperluan lainnya kepada siau-go-ki-kun bertiga, Agaknya mereka tahu, adat istiadat bangsa Han, Hong-lay-mo-li menempati sebuah tenda, tenda yang lain ditempati siau- gokian-kun dan Hek-siu-lo.

Malam telah larut, didalam kelelapan tidurnya, siau-go-kiankan seperti mendengar gerakan lirih di- luar kemah, bagi seorang yang memiliki kepandaian ulat tinggi akan segera terjaga, lenyaplah rasa kantuk siau- go-kian-kun.

Tak lama kemudian, sayup2 terdengar suara gorengan rendah. Kedengarannya: seperti binatang buas, Hek-siu-lo terjaga sambil melompat bangun, baru saja dia hendak berteriaki siau- go-kian-kun sudah menekannya dan mendekap mulutnya, lalu berbisik di-pinggir kuping:

"Bukan biruang, itulah manusia, Dia pura2 meniru gorengan binatang untuk mengelabui orang. jangan kau membuat ribut, kita lihat saja dia siapa dan apa maksudnya?" siau-go-kian-kun pura2 tidur, sengaja dia menggoros lagi

tak lama kemudian, terdengar suaara "Bret" kain tenda disobek orang, sesosok bayangan orang menerobos masuk.

Pandangan mata siau- go-kian-kun amat tajam meski di malam gelap. dilihatnya orang yang menerobos masuk ini kiranya sipemuda yang pagi tadi mengamati golok pusaka milik Li Tiang-thay itu. Dia taruh golok itu dipinggir pembaringan dengan meng-gagap dan meraba-2 akhirnya si pemuda menemukannya dan menggenggamnya kencang.

Siau- go-kian-kun sudah menduda bahwa orang akan mencuri goloknya namun mengingat pembicaraan yang akur dan asyik tadi pagi. dia segan turun tangan menangkap basah pembuatan orang terutama dia tidak ingin merusak persahabatan pikirnya dalam kesempatan lain akan dicarinya kembali saja golok itu.

Tak nyana setelah berhasil, sipemuda tidak segera berlalu, dia malah mencabut golok dan mulut menggerundel:

"Lebih baik salah membunuh dari salah melepasnya, Tapi kiranya tidak akan salah lagi."

Sekilas ragu2, mendadak dia ayun goloknya terus membacok leher siau- go- kian- kun.

Ter- heran2 siau-go-kian-kun mendengar perkataannya, untung dia sudah siap. tiba2 dia mencelat sambil membalik badan, berbareng kelima jarinya menyampuk pergelangan tangan si pemuda seketika menjadi lemas dan "klontang" golok itu jatuh ke tanah.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang