Jilid 41

453 8 0
                                    

Di saat semua orang sedang menunggu jawaban Cin Longgiok, tiba2 terdengar tiga kali suitan tinggi dari tiga batang panah yang dibidikan ketengah angkasa dua pendek satu panjang, mendengar suara panah berbunyi ini, seketika berubah airmuka Beng-lothay.

Sat-lotoa bertanya dengan suara tertahan: "Musuh besarmu telah datang?"

"ltulah tanda perintah dari Hwi-liong-to, To-cunya pasti takkan datang kemari, yang datang paling hanya utusannya." "Siapakah sebenarnya Hwi-liong-to-cu?" tanya Sat-lotoa.

"Hwi-Uong-to-cu adalah pemimpin tertinggi dari kalangan hitam yang berkuasa disekitar sungai besar. Baru dua tahun belakangan ini berdiri pangkalan mereka disana, tak heran kau tidak mengetahuinya."

"Kau punya permusuhan apa dengan mereka?"

"Sekarang kami belum tahu maksud kedatangan-nya? Silakan kalian sembunyi dulu. Aku tidak main kekerasan dengan mereka, bila memang terpaksa harus main kasar, mohon kau suka membantuku."

Sat-lotoa berempat segera masuk kekamar sebelah, tinggal

Beng-lothay seorang yang tetap duduk di-ruang tamu, Terdengar diapun bersiul panjang dan nyaring, juga satu panjang dua pendek, begitu lenyap suara siulannya, lantas terdengar orang berseru lantang:

"Utusan Hwi-liong-to mengucapkan terima kasih akan kesudian Beng-thocu menerima kami."

Panah bersuara dan siulan Beng-lothay merupakan tanda2 rahasia, utusan Hwi-liong-to bekerja menurut aturan Kangouw memberi tanda kedatangan dengan panah berbunyi, setelah Beng-lothay memberi penyahutan, baru mereka masuk kerumah keluarga Beng, agaknya mereka sudah memberi sedikit muka kepada keluarga Beng.

Tampak dua orang melangkah masuk keruang tamu, salah seorang diantaranya membawa sebatang panah yang bercat merah seluruhnya, katanya: "Tentunya kau ini Beng-toaso, harap kau suka terima Lok-lim-cian ini."

"Suamiku sudah meninggal, memangnya Tocu kalian belum tahu?"

"Beng-tocu sudah wafat, kau dan putramu kan masih segar bugar."

"Sejak suamiku meninggal, akupun sudah cuci tangan tidak mencampuri urusan dunia. Maaf Lok-lim-cian ini aku tidak bisa terima."

Utusan itu ter-bahak2. ujarnya: "Beng-toanio masakah sudah insaf dan kembali kejalan lurus? Tapi keluarga Beng kalian sudah puluhan tahun hidup dari kalangan Lok-lim, bicara terus terang, berarti sudah merupakan kerabat lama kaum Lok-lim pula. Beng-thocu meninggal, kau dan putramu masih termasuk dalam satu keluarga Lok-lim-cian Tocu ini mau tidak mau kau harus menerimanya."

Memangnya Beng-lothay sedang uring2an, namun dalam waktu dekat ini dia belum berani keputusan apakah hendak menolak mentah2, katanya: "Untuk apa Tocu kalian menyebar Lok-lim-cian ini?"

"Tocu sudah memutuskan tanggal lima bulan depan untuk mengumpulkan tokoh2 Lok-lim di Kanglam di Hwi-liong-to. Disamping merundingkan cara bagaimana setelah pasukan Kim berkuasa disini, bagaimana golongan Lok-lim kita harus menghadapinya, disamping itu perlu juga memilih seorang Lok-lim-beng-cu. Hari ini tanggal dua delapan, masih ada tujuh hari lagi.

Maka dalam dua hari ini kau dan putramu harus segera berangkat, bawalah panah ini sebagai undangan. Setelah tiba dimuara Tiangkang disana ada saudara kita yang akan menyambut dan mengangkut kalian ke Hwi-Hong-to."

"Kabarnya Lam-san-hou adalah saudara angkat Tocu kalian, tentunya dia pasti hadir dalam pertemuan besar ini?" "Benar Lam-thocu adalah salah seorang promotor dalam mengadakan pertemuan orang2 gagah kali ini. Masa hidupnya dulu hubungan Beng-toako tentu baik dengan Lam-thocu, sukalah pandang muka Lam-thocu, Beng-toaso harus hadir dalam pertemuan ini."

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang