Jilid 68

518 13 0
                                    

Tapi The-sam Niocu yang jauh lebih berpengalaman amat kejut seketika dia menyadari gelagat jelek- Tapi belum sempat dia pentang mulut bersuara tahu2 Hong-lay-mo-li sudah gunakan gerakan pentang busur kekiri kanan sekaligus menutuk Hiat-to The-sam Niocu dan Lau Tao setelah kedua orang dirobohkan, baru Hong-lay-mo-ii

merenggut kedok mukanya, katanya menyeringai dingin:

"Kalian lihat siapa aku?"

Sungguh terkejut dan takut The dan Lau bukan kepalang, serasa arwah telah terbang keawang2, tenggorokan meraka berbunyi keok-keok tanpa bisa berbuat apa2 karena mulut tidak bisa bicara.

seorang diri sebetulnya siau-go-kian-kun cukup mampu

kendalikan keempat kuda penarik kereta, namun tempat duduk kusir ada dua, supaya tidak lowong dan menimbulkan curiga segera mak inang Bu-lim-thian-kiau berkata:

"siau-sun-cu, pergilah kau bantu mengusir kereta."

"Adik cilik," ujar siau-go-Kian-kun tertawa,

"apa kau juga bisa pegang kendali?"

Usia siau-sun-cu baru 13-an, namun perawakannya tumbuh lebih besar, maka kelihatannya sudah berusia 16-an. Dengan tertawa dan merangkak maju dia menerima sebuah tali kendali katanya tertawa: "Aku bisa pegang kendali."

"Ke-empat ekor kudas putih ini cukup mengenalku, sejak lama aku ingin pegang kendali milik pesiar. Kutanggung tidak akan terjadi apa2"

Kereta berlari bagai terbang kearah barat cepat sekali sudah keluar dari pintu barat, serdadu penjaga pintu kota kenal akan kereta dari Ki-ong-hu ini, mereka merasa heran, "kenapa ganti kusir lain yang baru?"

Untung putra mak inang yang bernama siau-sun-cu ini orangnya supel dan suka bergaul sering kelayapan, semua serdadu itu mengenalnya dengan baik maka rasa curiga mereka berkurang, namun mereka toh menghentikan kereta ini.

Jantung Tam To-hiong berdebar, maklumlah Tam-pwecu baru semalam merayakan pernikahannya perjamuan masih terus berlangsung selama tiga hari demikian pula para tamu2 besar yang diundang belum bubar, sebagai ongya yang menjadi wali pernikahan, adalah janggal pada hari kedua pagi? sekali dirinya sudah menemani sepasang mempelai keluar kota?

Kalau mau cukup dia buka mulut dengan gampang mereka akan segera diberi jalan keluar, namun dia tidak berani unjuk muka? Demikian pula Bu-lim-thian-Kiau harus menyembunyikan diri supaya tidak diketahui para serdadu itu bahwa mereka berada didalam kereta ini.

Untung para serdadu itu tidak berani membuka kereta mengadakan pemeriksaan mereki hanya heran dan menahan siau-sun-cu sebentar untuk ditanyai saja, untung siau-suncupun berlaku tabah dan wajar malah membusung dada segala, katanya:

"Jangan kata aku dolan pakai kereta ongya lho, aku sedang antar ibu keluar kota."

Para serdadu itu tertawa, katanya:

"Ibumu adalah mak inang Tam-pwecu. Pwehu baru saja menikah, kenapa ibumu tidak menikmati hidup senang didalam istana malah keluar kota segala. Kau jangan bohong, ya." sun-toanio lantas singkap kerai melongok keluar, katanya:

"siau-sun-cu tidak membual, memang aku ingin keluar kota. Karena pernikahan Tam-pwecu aku jadi bebal dan tidak bisa tidur maka aku diidzinkan pulang kampung untuk istirahat memulihkan badan penat ongyapun baik hati dia meminjamkan kereta ini kepadaku" sebagaimana orang tua sun-toanio sengaja mengoceh panjang lebar.

Para serdadu itu tertawa lebar, melihat sun-toanio sendiri yang naik kereta maka hilanglah rasa curiga mereka, apa yang dikatakan sun-toaniopun masuk akal, maka mereka berebut mengambil hatinya malah, sudah tentu tidak mempersulit kereta ini keluar.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang