Jilid 82

355 10 0
                                    

Keruan Liu Goan-ka gusar, telapak tangan kiri digoyangkan untuk memancing perhatian Bu-lim-thian-kiau, sedang kepalan kanan menggenjot kearah muka orang. Bu-lim-thiankiau gunakan gerakan Hong-biau-loh-hoa (angin menghembus kembang rontok) genjotan dan tabasan tangan kanan kiri Liu Goan-ka mengenai tempat kosong.

Tersirap darah Liu Goan-ka, sigap sekali kembali dia lontarkan sekali pukulan pula, Bu-lim-thian-kiau melompat keatas menghindar seraya memperingatkan:

"Masih ada sejurus, seranglah pakai pikiran, setelah tiga jurus, tiada keuntungan yang bisa kau peroleh." jurus kedua ini dia kelit secara pas2an, kekuatan pukulan telapak tangan Liu Goan-ka menyambar dari bawah telapak kakinya.

Hebat memang kepandaian Liu Goan-ka, dia perhitungkan dimana Bu-lim-thian-kiau bakal meluncur turun, sebat sekali dia menerobos menduduk, posisi yang lebih menguntungkan, disaat badan orang anjlok turun, tiba2 Liu Goan-ka jejakkan kaki badan melejit berbareng dia gunakan jurus Ki-hwe-liauthian (angkat obor menerangi langit), telapak tangannya menjojoh pusar orang.

Terapung diatas udara, dikiranya Bu-lim-thian-kiau takkan bisa berkelit, umpama orang menggunakan gaya burung dara jumpalitan menukik turun, betapapun lawan dipaksa untuk balas menyerang.

Li Goan-ka seorang ahli silat, memang tidak luput dari dugaannya, memang Bu-lim-thian-kiau gunakan gerakan burung dara membalik badan, diluar perhitungannya, Bu-limthian-kiau tidak balas menyerang untuk mempertahankan diri.

Biasanya gerakan burung dara membalik badan dilakukan dengan badan meluncur turun kebawah, namun gerakan Bulim-thian-kiau kali ini adalah meluncur terbang miring kebetulan berhasil meluputkan diri dari serangan Ki-hwe-liauthian Liu Goan-ka.

Walau bisa berkelit, namun pusarnya merasa panas dan sakit keserempet oleh angin pukulan lawan.. Maklumlah Iwekang Liu Goan-ka memang lebih unggul dalam memberi peluang tiga jurus kepada lawan ini, dia sudah perlihatkan seluruh kemahirannya.

Tujuannya hanya untuk mencari muka dan tidak terima dicemooh dan dipandang rendah, oleh karena itu, hampir saja dia terluka oleh Liu Goan ka.

Untunglah selama setahun ini Bu-lim-thian-kiau digembleng oleh tiga maha guru silat, ajaran Iwekang sudah berlipat ganda, disaat badannya meluncur dan kaki hinggap ditanah, hawa murni dalam badannya sudah dia putar berkeliling tiga lingkaran, begitu hawa murni masuk kepusar, rasa sakit seketika lenyap.

Seperti bayangan mengikuti bentuknya, Liu Goan-ka menubruk maju pula, Bu-lim-thian-kiau membentak:

"Tiga jurus kuberi kelonggaran, nah sekarang hadapi seranganku."

Sebagai angkatan lebih tua ada maksud Liu Gon-ka memberi tiga jurus peluang kepada lawan, namun belum sempat dia utarakan maksudnya, tahu2 lawan sudah melancarkan serangan yang tidak bersuara tidak menerbitkan angin, kelihatannya tangan digerakkan seperti menari tanpa pakai tenaga, namun begitu tenaga pukulan mendampar kekuatannya laksana arus air bah melandai secara mendadak.

Kaget sekali Liu Goan-ka, terpaksa dia bergerak menangkis. Bu-lim thian-kiau bergaya indah dan lembut tangannya pergi datang ketimur barat, tahu2 berada diselatan menggempur keutara, telapak tangannya ringan lincah berkelebat melayang, anehnya seperti tukang sulapan, membuat lawan bingung dan sukar menduga permainannya, sekaligus dia merangsak 18 jurus.

Betapapun Liu Goan-ka adalah seorang ahli silat yang banyak pengalaman dan luas pengetahuan, dalam waktu dekat dia memang kehabisan akal untuk mencerna permainan lawan, terpaksa dia melawan dengan ilmu Bian-ciang untuk menjaga dirii hanya bertahan tanpa balas menyerang setelah permainan Lokieng ciang-hoat Bu-lim-thian-kiau mencapai taraf tertentu.

Se-konyong2 Liu Goan-ka menghardik seraya melancarkan serangan maut, dengan jurus Kim-liong-tam jiau (naga emas mengulur cakar) tahu2 jari2 tangannya menyelonong mencakar muka Bu-lim-thian-kiau, sementara telapak kiri menerobos masuk lewat bawah sikut, dia tetap gunakan pukulan Bian-ciang yang mampu meremukkan batu, namun gaya pukulannya ini dia rubah menjadi In-ciang (pukulan mengecap) mengecap kedada lawan.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang