Batu krikil sudah tentu lebih berat dari benang, daya luncurannya juga lebih keras, sampai menderu memecah kesunyian, Sudah tentu kaget Iaki2 itu, cepat sekali tiga batu meluncur datang bersama, kepandaian menunggang kuda laki2 ini ternyata memang hebat, tahu2 badannya membresot turun, batu pertama dihindari, batu kedua kena diraih tangannya, namun tapak tangan terasa linu kemeng, maka batu ketiga ia tak berani menyambuti, dengan Hong-lam-thau ia berkelit, siapa tahu cara timpukan batu Hong-lay-mo-li lain dari yang lain, dalam menimpuk dia gunakan dua saluran tenaga yang berbeda, begitu batu ketiga meluncur sampai diatas kepala laki2 itu, tiba2 menukik kebawah, meski laki2 itu sudah menunduk, "plak" topi rumputnya yang lebar itu kena tertimpuk jatuh, untung dia menunduk cepat, kalau tidak batok kepalanya tentu bocor keluar kecap,
Dalam sedetik itu, Hong-lay-mo-li sendiripun dibikin melongo, ternyata begitu topi lebar orang itu tertimpuk jatuh, kelihatan kepala orang itu masih mengenakan topi kulit yang sempit dan pas2an membungkus kepala, Topi semacam itu, Hong-lay-mo-li cukup jelas biasa dipakai para penggembala untuk menahan terik matahari dan hujan pasir.
"Bagus ya, ternyata kau mata2 bangsa Nuchen" bentak Hong-lay-mo-li, rombongan batinnya yang kedua dan ketiga kembali ia timpukan, laki2 -itu segera berteriak: "Kau, kau adalah Hong-lay-mo-li? Tahan, tahan sebentar!" tapi batu2 Hong-lay-mo-li sudah memberondong tiba, terpaksa laki2 ini harus selamatkan diri, lekas ia kempit perut kuda sekerasnya, kuda pilihan yang berlari seribu li sehari ini segera membedal bagai terbang.
Betapapun tinggi Ginkang Hong-lay-moli, meski dia sudah kerahkan setaker tenaganya, hanya sebutir diantara batu2 timpukannya yang mengenai punggung orang, yang lain sama berjatuhan ditengah jalan, tapi karena jarak teramat jauh tenaga timpukan batu itu sudah lemah, maka batu itupun kena disampuk jatuh dengan cambuk orang.
Karena tak berhasil menyandak orang dengan tunggangan yang pilihan, terpaksa Hong-lay-mo-li memperlambat kakinya, setelah pikiran jernih baru dia sadar dan menduga2: "Tam Ihtiong yang dikatakan tadi, bukan mustahil nama asli Bu-limthian-kiau?"
Begitulah dengan penuh tanda tanya Hong-lay-mo-li melanjutkan kedepan, hari amat panas, setelah berlari sekian lamanya, mulut terasa kering, kebetulan tak jauh didepan dipinggir jalan terdapat sebuah kedai minum, Hong-lay-mo-li lantas masuk minta minuman sekaligus untuk istirahat.
Penjual teh adalah seorang kakek dibantu cucunya, nona cilik berusia tiga belasan, pinggang menyoreng pedang, dipunggung menggemblok kebutan dengan langkah lebar Hong-lay-mo-li masuk kedalam kedai, nona cilik itu mengawasinya dengan mendelong, kakek tua itupun ter-sipu2 maju menyambut, meja dilap dulu lalu menuang secangkir teh disuguhkan.
Hong-lay-mo-li langsung menenggaknya habis, terasa wangi dan menyegarkan tak terasa dia berseru memuji: "Teh bagus!" lalu diambilnya kue2, ternyata enak juga rasanya, Melihat nona cilik itu masih mengawasinya dengan rasa takut2, dengan geli Hong-lay-mo-li menggape tangan supaya orang maju kedepan-nya, lama kelamaan baru nona ini hilang rasa takutnya.
Tanya Hong-lay-mo-li: "Nona cilik, siapa namamu?" "Namaku Siau Bi!" sahut nona cilik.
"Baik sekali namamu, teh yang dijual dalam kedai ini juga enak rasanya, apakah nama kue ini?"
Sikap nona cilik kembali lincah dan nyerocos: "lnilah manisan buah tho, ini roti sari kembang dan ini kembang gula
teratai, teh itu adalah Liong-kin-teh. Kedai kami kecil tak bisa menyediakan makan2an mahal yang lebih enak."
Kakek tua itu ikut menimbrung dengan sikap ter-gopoh2: "Kedai kami memang tidak menyediakan makanan enak, jikalau kau senang, legalah hatiku."
Disaat mereka ber-cakap2 itu, tampak dua Busu menunggang kuda kebetulan lewat, didepan kedai mereka berhenti dan melongok kedalam, melihat kehadiran Hong-laymo-li mereka rada melengak, namun tidak turun dari punggung kuda. Lekas kakek tua memburu keluar menyilakan masuk, salah seorang Busu berkata:
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
AventuraPemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...