Walau Lwekang Busu Mongol ini tangguh, namun dia baru pertama menghadapi Lok-eng-ciang-hoat, tak tahu cara bagaimana harus menghalau serangan ini, keruan dia keriputan terdesak mundur ber-ulang2.
Busu Mongol serang kedua telapak tangannya Bu-lim-thiankiau tidak mau melawan secara keras, gesit sekali dia berkelebat menyingkir. Busu Mongol mendapat kesempatan ganti napas, kini telapak tangannya membundar dengan pertahanan yang kuat sembari balas menyerang, walau langkahnya menyurut mundur, namun Bu-lim-thian-kiau tidak kuasa menjebol pertahanan lawan.
Akhirnya Bu-lim-thian-kiau menjadi sengit, tiba2 dia ubah permainannya, tangannya menari cepat seperti ahli sihir meng gerakan kedua tangannya, beruntun dia merangsak 36 jurus, kekuatannya laksana gelombang sungai bergulung sambung menyambung.
Puluhan jurus lagi Busu Mongol itu melawannya, akhirnya tak tahan juga, terpaksa dia mengeluarkan senjata, katanya:
"Adu pukulan kau tak mampu kalahkan aku, Marilah babak selanjutnya kita tentukan siapakah yang lebih unggul, aku ingin mohon pengajaran kepandaian senjatamu."
"Baiki adu senjatapun boleh, selalu kuiringi keinginanmu." sambut Bu-lim-thian-kiau, kalau lawan keluarkan sepasang gelang mas, maka dia keluarkan sebatang seruling langsung ditiupnya, suaranya nyaring bening, melengking menembus mega. seketika perhatian Busu Mongol menjadi kalut oleh suara serulingnya, lekas dia himpun hawa murni seraya membentak gusar:
"Berani kau mempermainkan aku." sepasang gelangnya diputar membundar turun naik terus mengepruk kearah Bulim-thian-kiau.
"Tidak berani" sahut Bu-limthian kiau, tiba2 serulingnya berubah melengking dengan nada yang lebih tinggi, dengan leluasa dan seenaknya dia melagukan nyanyian syair pujangga ahala Tong dulu, kontan Busu Mongol rasakan ditengah irama seruling lawan sayup2 terasa dingin laksana samberan hawa pedang yang tajam dan bisa melukai orang, hampir saja daya pikirannya kabur dan kelelep.
Beruntun sepasang gelang Buru Mongol menyerang tiga jurus, semuanya secara enteng dan mudah dipunahkan dengan gerakan Ginkang tinggi Bulim thian-kiau.
Busu Mongol membentak:
"Sambutlah pukulanku." jurus keempat yang dia lancarkan merupakan serangan yang mematikan, sepasang gelang ditangannya menjadi tabir sinar terang, yang kemilau d iringkah cahaya matahari, sehingga gerak gerik Bu- lim-thiankiau terkurung didalamnya, kemanapun dia berkelit se-akan2 bisa terkepruk pecah kepalanya oleh sepasang gelang lawan.
Tatkala itu kebetulan Bu- lim-thian- kiau selesai meniup sebuah lagu dimana dia ayun serulingnya, bayangan "serulingnya" yang putih hijau mulus seketika ber-lapis2 ribuan banyaknya, bayangan seruling yang mulus terang berbalik membungkus cahaya kuning mas dari sepasang gelang musuhi tipu yang digunakan ini merupakan salah satu jurus terlihay dari ilmu Ji-hu-sin-siau kebanggaannya.
Kira-nya, sebelum menyerang Bu- lim-thian- kiau perlu meniup lagu serulingnya dulu untuk memupuk hati dan perasaan supaya bisa bekerja mencapai taraf yang sesuai dengan makna dari lagu2 itu, dari perpaduan antara irama dan hati ini baru dia bisa mengembangkan ilmu serulingnya yang tiada taranya.
Busu Mongol inipun seorang ahli, walau terkejut dikepung oleh lapisan bayangan seruling lawan, namun dia tidak menjadi gugup, Pujinya:
"Ilmu hebat." dengan kekuatan lengannya dia gentak kedua gelangnya, seketika seguIung cahaya mas kemilau menerjang keluar dari lapisan sinar mulus kehijauan, maka terdengarlah suara berdering nyaring yang memekak telinga didalam sekejap itu gelang mas dan seruling jade Bu-limthian-kiau beradu 18 kali, Bu- lim-thian- kiau menyurut tiga langkah, namun topi berbulu Busu Mongol tersampuk jatuh oleh serulingnya.
Kiranya bicara soal lwekang Busu Mongol ini lebih unggul, namun bicara soal kehebatan jurus permainan dan tipu2nya, orang masih bukan tandingan Bu-lim thian-kiau. se-konyong2 Busu Mongol timpukan sebuah gelang, Bu- lim-thian- kiau mahir mendengar suara membedakan senjata dia tahu daya timpukan gelang ini amat keras, tak boleh dilawan secara keras, maka dia gunakan ilmu sedot dan tuntun tingkat tinggi, mengayun seruling menyentuh dan menarik sehingga luncuran gelang itu membelok arah terus putar balik sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/113395677-288-k992254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
AdventurePemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...