Jilid 80

382 11 0
                                    

Mendengar cerita He-tiangio, diam2 Busu-tun dan Bu-lim thian-kiau amat kaget saling pandang, kalau muridnya terkecil saja sudah begitu lihay, apa lagi suheng atau gurunya, Tapi diluar tahu mereka bahwa Ibun Hoa-kip diantara kelima saudara seperguruan kepandaian silatnya ada di bawah Toa suheng dan lebih unggul dari tiga suheng yang lain.

Tapi kepandaian gurunya Cun-seng Hoatong memang kira2 setingkat dengan Liu Goan-cong dan Bing-bing Taysu, Tapi Busu-tun tidak gentar. katanya:

"Kerajaan Mongol baru berdiri, namun ambisi raja mereka amat besar dari apa yang kudengar dari omongan Ibun Hoakip. naga2nya mereka ada maksud melenyapkan kerajaan Kim dan mencaplok song pula, jelas Kay-pang pasti akan memusuhinya, Kalah menang Tecu tetap akan menempur Cun-seng Hoatong juga, peduli bencana apa yang bakal kita alami?"

"Bagus, tekadmu memang harus dipuji." demikian ujar Hetianglo, "kalau begitu tindakanku juga tidak salah." 

Tanya Bu su-tun: "Kenapa Ibun Hoa-kip melukai susiok? Tindakan benar apa yang susiok lakukan?"

"Aku tidak tahu cara bagaimana dia tahu tempat tinggalku, Datang2 dia berkotbah panjang lebar, tujuannya menghasut dan memecah belah Kaypang kita. Agaknya dia tahu yang berkuasa di cabang Taytoh adalah muridku, dia minta aku tulis surat memberitahu mereka, begitu pasukan besar Mongol menyerbu datang, seluruh murid Kaypang dibilangan utara diharap bekerja demi kepentingan mereka. umpama tidak mau bekerja, juga diminta supaya tidak memusuhi dan menggagalkan tujuan pihak mereka. Dia kira Kaypang menentang kerajaan Kim, Mongol juga hendak melenyapkan kerajaan Kim, adalah jamak dan pantas kalau Kaypang kerja sama dengan mereka."

"Bagaimana susiok memberi jawaban?" tanya Bu su-tun.

"Sudah tentu kutolak mentah2. Memang kita tentang kerajaan Kim, namun kita tak sudi diperalat oleh Mongol, Kalau karena itu kita terjebak bukankah mirip peribahasa yang mengatakan "Didepan pintu mengusir harimau, serigala masuk dari pintu belakang?" Maka kutolak permintaannya . " "Tepat jawaban susiok." ujar Busu-tun.

"Ibun Hoa-kip juga menghasut kami, namun mentah2 kita tolaki"

" Karena hasutannya gagal, dia lantas tarik muka dan turun tangan, Aku sudah teriuka oleh Gun-goan-it-satkang, namun kutahan jangan sampai dia tahu aku teriuka akhirnya dengan sisa tenagaku yang penghabisan, dengan Kim-kong-ciang akupun berhasil melukai dia, akhirnya dia lari mencawat ekor. peristiwa ini terjadi kemaren. Aku tahu dengan tenaga tuaku aku hanya bisa melukai ringan saja, dengan kekebalan Lwekangnya dalam sehari luka2nya pasti sudah sembuh, sebaliknya aku sendiri tak mampu berkutik lagi, keinginan bunuh diripun tak mampu. Maka aku siaga hari ini dia akan datang lagi membunuhku, tak kira malah kalian yang keburu datang."

"Baiklah setelah luka2 susiok sembuh kita turun gunung bersama, Maksud kedatanganku memang hendak minta susiok turun gunung, pergi ke Taytohi membereskan tugas2 rutin dalam Kaypangi bagian utara."

He-tianglo geleng2, ujarnya:

"Tidaki aku tidak akan turun gunung, soal tugas rutin, kau boleh bawa Pak-kau-pang milikku tunjukan kepada Kisuhengmu di Taytoh dia pasti patuh dan tunduk akan perintahmu."

Ter-sipu2 Busu-tun menjura menerima Pak-kau-pang orang, katanya:

"siautit akan berangkat setelah luka2 susiok sembuh, Betapapun aku mengharap susiok suka turun gunung bersama kami."

"sudah teguh putusanku, aku tidak akan turun gunung. Tapi kau boleh lekas berangkat tak usah menunggu luka2ku sembuh, urusan besar bisa terlantar karena terlambat."

"Tak apa, paling aku tinggal tiga hari lagi," sahut Bu su-tun.

"Begitupun Baik, kau temani aku beberapa hari lagi, sejak bertemu di Taytoh dulu, sudah sekian tahun aku tak pernah melihatmu lagi."

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang