Bing Cau mencucurkan beberapa tetes air mata, katanya sesenggukan sedih: "Disaat Cubo menjelang ajal beliau berikan gelang ini kepadaku, Katanya aku sudah putus hubungan dengan keparat itu em, maka gelang ini dia tidak mau pakai lagi, Maka dia tanggalkan gelang ini diberikan kepadaku untuk diberikan kepada kau sebagai tanda kepercayaan. Coba lihat diatas geleng itu masih ada noktah darah cicimu."
Kalau hanya gelang ini saja siang Ceng-hong belum tentu mau percaya, namun sebagai orang kepercayaan Kongsun Ki, dia menuduh dan membuktikan bahwa Kongsun Ki adalah pembunuh istri sendiri, meski rasa curiga mau tidak mau Siang Ceng-hong rada percaya juga.
Diluar tahunya, Kongsun Ki membunuh istri memang benar, tapi apa yang dituturkan Bing Cau adalah bualan belaka, Disaat2 jiwanya hampir ajal, saking gusar Siang Pek-hong melemparkan gelang ini keluar jendela, kebetulan dijemput Bik Siau, dan dari Bik Siau diberikan kepada Bing Cau.
Setelah menyeka air mata Bing Cau berkata lebih lanjut:
"Berkat kepercayaan Cubo kepada hamba, meski badan harus hancur, tak mengejar balas budi, akupun rela terjun kelautan api! Cubo minta aku harus kerja sama dengan kau berusaha menuntut balas, kini aku terima mendengar petunjuk Siocia saja."
"Nanti dulu! masih ada hal lain yang perlu kutanya."
"Masa Jisiocia belum percaya? Lahirnya saja Kongsun Ki patuh dan tunduk serta sayang kepada istrinya, hakikatnya dia punya pikiran jahat yang di-rancangnya sejak lama, yaitu hendak membunuh cicimu."
"Bukan hal ini yang kumaksud, Menurut katamu sebelum ajal kau berada didampingnya, kecuali kau, masih ada siapa lagi",
"Ada siapa lagi, hanya hamba saja seorang."
"Tapi aku malah dengar ada orang bilang, waktu itu diapun berada disamping ciciku, namun dia kok tidak menyinggung tentang dirimu."
"Yang kau maksudnya tentunya Hong-lay-mo-li?"
"Benar. Menurut katanya sebelum cici ajal, hanya dia seorang saja yang berada disampingnya." soalnya Hong-laymo-li ter-buru2 hendak mengejar Khing Ciau jadi belum menutur sejelasnya kepada Siang Ceng-hong bahwa empat pembantu tertua dari Siang-keh-po pada vvaktu itupun hadir.
Berputar biji mata Bing Cau, dia pura2 unjuk sikap gelisah dan takut2, katanya: "Ji-siocia, kau ditipu oleh Hong-lay-moli?"
"Ditipu apa? Bukankah kau bilang bukan Hong-lay-mo-li yang membunuh ciciku?"
"Tapi Mo-li ini punya maksud tujuan lain, Biarlah kututurkan seluruh kejadian itu, nanti kau akan paham apa tujuannya." "Baik, coba kau ceritakan!"
Memangnya Bing Cau sudah siapkan cerita bohong, katanya: "Soal ini perlu kutarik rada panjang sedikit Memang bukan Hong-lay-mo-li yang membunuh cicimu, tapi bukannya kematiannya itu tiada hubungannya dengan Hong lay-mo li. Hong lay-mo-li adalah Sumoay Kongsun Ki, lahirnya dia amat sayang dan cinta terhadap sang istri, bahwasanya hatinya berkiblat kepada Sumoaynya itu. Ji-siocia pasti kau tidak menduga akan hal ini?"
Watak Siang Pek-hong memang jelus, cemburuan, semasa hidupnya karena cemburu sang suami diam2 mencintai Sumoaynya entah berapa kali kedua suami istri ini perang mulut, Siang Ceng hong jelas akan hal ini.
Setelah mendengar cerita Bing Cau baru dia sadar dan mengerti, "O, aku tahu sudah, jadi lantaran perempuan iblis itu Kongsun Ki sampai tega hati membunuh istri sendiri, Tapi menurut apa yang kutahu Hong-lay-mo-li hakikatnya tidak menyukai Kongsun Ki!"
"Memangnya Cihumu sempit pikiran dan cupat pandangan saking ter-gila2, mana dia tahu bila sikap Sumoaynya belakangan berubah? Tapi lantaran cinta sepihak yang sudah ketelanjur ini terpaksa dia turun tangan keji kepada istri sendiri, Kukira menyesal pun dia sudah kasep."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
AventuraPemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...