Jilid 49

482 10 1
                                    

Bagi Liu Goan-cong yang sebelah kakinya timpang, dia harus menutulkan tongkatnya diatas tanah baru bisa mengembangkan Ginkang, pada hal tongkatnya dia buat mengepruk pedang lemas Kongsun Ki, sementara orang sudah ngacir sebelum dirinya sembat pinjam tenaga tutulan tongkatnya. Karena terlambat setindak, mau mengejarpun sudah terlambat.

Begitu berpaling Liu Goan-cong segera tanya putrinya:

"Bagaimana keadaanmu?"

"Tidak apa2, dada terasa sesak," sahut Liu Jing-yau. Lekas Liu Goan-cong tempelkan telapak tangan dipunggung putrinya, dengan kekuatan hawa murninya dia salurkan kebadan putrinya bantu melancarkan darah dan memulihkan pernapasan, cepat sekali Hong-lay-mo-li sudah merasakan pernapasannya normal.

"Ilmu berbisa yagg lihay sekali!" ujar Hong-lay-mo-li,

"Ayah, kau tidak terluka?"

"Tidak menjadi soal," sahut Liu Goan-cong, lalu dia kerahkan hawa murni, darah segera menyemprot dari ujung jarinya, warna darah kental hitam, bau amis merangsang hidung kira2 secawan darah hitam itu mengalir keluar, baru warna darah bennbah merah, lekas Liu Goan-cong bubuhi obat, Semua hadirin meleletkan lidah.

Lain kejap semua orang sudah kembali kedalam Ki-gi-thing. begitu masuk kedalam rumah, Liu Goan-cong dan putrinya segera disongsong oleh empat orang kakek, sapanya bersama: "Terima kasih cujin sekali lagi menolong jiwa kami." ternyata keempat orang tua ini adalah pembantu lama dari keluarga Siang, Sejak Siang Ceng-hong meninggal Hong-laymo-li ada suruh mereka bekerja dipangkalannya membantu Tay Mo.

Sudah tentu karena kedatangan Kongsun Ki terpaksa mereka menyingkir. Kini setelah Kongsun Ki digebah lari, mereka baru berani unjuk diri pula. Karena mendapat pesan dari majikan lama maka mereka membahasakan Cujin atau majikan pula kepada Hong-lay-mo-1i.

Ter-sipu2 Hong-lay-mo-li cegah mereka memberi hormat, katanya: "Kalian tidak usah terlalu banyak adat, kalian disini semua, bagus sekali, Ada sebuah tugas memang aku perlu bantuan kalian."

"Majikan ada pesan apa, silakan katakan saja."

"Tay Mo, coba kau ceritakan dulu, bagaimana Kongsun Ki bisa datang kemari? Dimana anak buah yang dibawanya?" "Anak buah yang dilawan Kongsun Ki kira2 ada seribuan orang, diantaranya kebanyakan penghuni Siang-keh-po dulu, Kemaren dulu mereka tiba2 datang. entah bagaimana, alamat kita disini diketahui, maka Kongsun Ki lantas kemari, katanya hendak bergabung melawan penjajah Kim. Aku tidak berani percaya akan obrolannya, terpaksa main ulur waktu dan mencari akal, setelah dia pergi, segera aku pindah dari tempat semula kemari."

"Bagus, kau bekerja dengan akal dan bertindak dengan cerdik. betul sekali tindakan ini." puji Hong-lay-mo-li.

Tatkala itu, Bing-cu, Song Kim-kong dan Thi Toa-khing bertiga baru tiba, Begitu tiba segera Song Kimkong bertanya: "Bengcu, kau memaki Kongsun Ki sebagai pengkhianat apa benar keparat itu ada sekongkol dengan musuh?"

"Benar, Kongsun Ki sudah terima menjadi antek negeri Kim, tujuannya hendak angkat diri menjadi raja di Soatang, Yang menjadi perantara adalah Giok-bin-yau-hou Lian Ceng-poh, selanjutnya kalian harus hati2 terhadap kedua orang ini, jangan sampai tertipu."

Beberapa anak buah komplotan Kongsun Ki seketika pucat pias, ter-sipu2 mereka berlutut, katanya, "Kita tidak tahu apa2, kita diapusi oleh mulutnya yang manis."

Sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak mau percaya begitu saja, katanya: "Asal selanjutnya kalian kerja sama dengan sepenuh hati dan tenaga untuk melawan penjajah, aku tidak akan curiga kepada kalian. Tapi sekarang kalian harus mendengar petunjukku."

"Perintah Bengcu memangnya kami berani membangkang Kami mohon keringanan demi mencuci bersih nama dan itikad kami, banyak terima kasih kepada Bengcu."

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang