Jilid 77

359 8 1
                                    

Begitulah, kedua pihak sebetulnya mempunyai maksud dan rencana jahat sendiri2. Kembali Thay Bi menggendong Kongsun Ki meninggalkan kuil bobrok ini, rencana mereka pulang kegunung dan berlatih giat selama tiga tahun, baru akan keluar bersimaha raja pula di BuIim, sekaligus menuntut balas kepada para musuh.

Waktu merogoh buku silat ciptaan suhengnya Thay Bi yakin suhengnya sudah putus napas, maka dia tidak memperhatikan lebih lanjut. Tak nyana Ceng-ling-cn justru belum mati sesungguhnya.

Luka2 Ceng-ling-cu memang teramat parahi waktu Thay Bi meraba pernapasannya, memang dia sudah meninggal. Akan tetapi sebagai tokoh kosen yang tinggi Iwekangnya, napasnya berhenti lantaran hati dan batinnya teramat pilu dan marah merangsang hati. Daya hidupnya belum putus sama sekali. sebelum Thay Bi meninggalkan kuil, napasnya sudah mulai bekerja pula, namun karena badannya ditutup kain gordyn, maka Thay Bi tidak mengetahui.

setelah Thay Bi bertiga pergi, lambat laun Ceng-ling-cu

siuman, lama sekali baru kembali daya ingatannya dalam waktu dekat dia sangka dirinya sedang bermimpi. Tapi waktu dia hendak bergerak sekujur badan terasa sakit dan dingin, begitu besar penderitaannya sampai tak kuasa dia merintih2.

Baru sekarang dia benar- sadar bahwa dirinya sudah dicelakai oleh sutenya.

Kini marilah kita ikuti perjalanan siau- go-kian- kun, Honglay-mo-li Khing Ciau, Cin Long-giok, Liok Bian dan sansan tiga pasang kekasih, sepanjang jalan mereka mengobrol panjang lebar sehingga tidak kesepian. Akhirnya mereka menyinggung tentang Ceng-ling-cu yang dikatakan sebagai orang baik yang sukar ditemukan jejaknya.

Kalau mereka tengah memperbincangkan Ceng-ling-cu, diluar tahu mereka, Ceng-ling-cu saat mana berada disuatu tempat yang tidak jauh dari tempat mereka berada, malah dalam keadaan sekarat lagi. Ternyata dalam perjalanan pulang kep-angkalan Hong-lay-mo-li, kebetulan mereka lewat daerah gunung dimana kuil beborok itu berada.

"Eh, kedengarannya seperti ada suara orang merintih2." ujar siau- go-kian- kun tiba2 memutus pembicaraan diantara enam orang, Iwekangnya paling tinggi. walau rintihan Cengling-cu amat lemahi namun sayup- dia mendengarnya karena terbawa kesiur angin gunung.

Hong-lay-mo-li segera pasang kuping, sahutnya:

"Benar, di atas gunung memang ada orang merintih."

"Kedengarannya orang itu terluka parah." ujar Liok Bian, waktu itu mereka sudah memanjat gunung jarak semakin dekat, maka yang lain2juga sudah dengar rintihan Ceng-lingcu.

Cepat sekali mereka temukan kuil bobrok itu, muka CengIing-cu masih tertutup kain gordyn, karena tak punya tenaga kulit dagingnyapun sudah mengejang kaku maka dia tak mampu menyingkap kain yang menutup mukanya. Lekas sekali Hong-lay-mo-li mendaHuiui menerobos masuk dan menyingkap kain gordyn penutup mukanya, seketika dia berdiri kaget menjublek.

Malah Khing ciau berseru kaget dan berteriak:

"Bu... bukankah dia Ceng-ling-cu Lo- cianpwe? Kenapa berubah demikian rupa?"

Lekas siau-go kian- kun memapah badannya, terasa badan orang sudah kaku dingin katanya tersirap kaget:

"Dia terluka oleh tutukan Hian-im-ci Thay Bi , aneh, bukankah Thay Bi memanggilnya suheng?"

"Liu Goan-ka keparat tua itu juga membantunya." ujar

Hong-lay-mo-li,

" kecuali tertutuk keracunan, diapun terpukul dengan Bianciang." dari ayahnya dia pernah belajar sedikit ilmu pengobatan,

segera dia periksa keadaan Ceng-Iing-cu.

"Bagaimana?" tanya Siau- go-kian- kun sesaat kemudian.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang