"Oh, jadi perempuan itulah yang kau maksud?"
"Ya, bukankah kau sudah bersekongkol dengan dia untuk mempermainkan sandiwara ini?"
Cin Long-giok ikut menimbrung: "Buka matamu lebar2, apakah kau masih kenal aku?"
"Kenal." sahut Pakkiong Ou tertawa getir, "Nona jangan kau salahkan aku, aku di tugaskan untuk membekuk kau, tidak bisa tidak aku harus bekerja menurut perintah."
"Bukan aku hendak cari perhitungan lama dengan kau, aku hanya ingin tanya kejadian hari itu, apakah kau bersekongkol dengan Lian Ceng-poh."
Pakkiong Ou mengeluh, katanya." Kalau demikian Lian Ceng-poh kan orang kalian sendiri, kenapa diputar balik menuduh aku bersekongkol dengan dia ? Dosaku memang besar, namun aku mohon jangan disiksa, ditambah satu dosa lagi tidak menjadi soal, tapi terus terang aku tidak tahu menahu siapa itu Lian Ceng-poh."
Hong-lay-mo-li mengerut kening, ia cukup mengerti bahwa Pakkiong Ou takkan berani membual di hadapannya, jadi jawabannya ini memang bukan pura2. Tapi San San tak mau percaya, timbrungnya: "Siocia, dia tidak mau bicara sejujurnya, gunakan lagi cara kompes!"
"Kalau demikian, kalian paksa aku untuk mengarang cerita bohong!" sahut Pakkiong Ou tertawa getir.
"San San, tidak usah memaksanya." ujar Hong-lay-mo-li, "Di dalam hal ini pasti ada latar belakangnya, terang dia sendiripun dikelabui oleh siluman perempuan itu. Baiklah, persoalan siluman rase itu boleh di kesampingkan dulu, kelak pasti dapat kita selidiki sendiri siapa dia sebenarnya. Pakkiong Ou, sekarang hendak kutanya seorang lain, orang ini tentunya kau kenal baik."
"Siapa?"
"Bu-lim-thian-kiau!"
Agaknya Pakkiong Ou amat kaget, "Bu-lim-thian-kiau? Kau hendak bertanya tentang dia?"
"Ya, aku ingin tahu, aku ingin tahu siapa she dan nama aslinya, bagaimana pula asal usulnya?"
Sekali lagi Pakkiong Ou unjuk sikap hambar dari melamun gumamnya: "Bu-lim-thian-kiau? Bu-lim-thian-kiau!"
"Kenapa? Memangnya kau tidak pernah mendengar namanya?" desak Hong-lay-mo-li.
"Nama besar Bu-lim-thian-kiau laksana geledek menggelegar di pinggir telinga, tapi aku tak tahu dari mana aku harus mulai bicara? Hm, Bu-lim-thian-kiau, Bu-lim-thiankiau! Siau-go-kan-kun!" tiba2 dia sejajarkan nama Bu-limthian-kiau dengan Siau-go-kan-kun.
Keruan Hong-lay-mo-li ter-heran2, katanya: "Apa pula hubungan Bu-lim-thian-kiau dengan Siau-go-kan-kun? Mereka kan bukan orang dari segolongan!"
"Aku tahu mereka bukan segolongan, cuma sepak terjang mereka rada mirip satu sama lain, Maksudku supaya kan bisa gampang memahaminya."
"Baik, coba kau jelaskan dimana titik persamaan mereka? Asal kau bicara sejujurnya, jiwamu boleh kuampuni!"
Terbangkit semangat Pakkiong Ou, katanya: "Dalam kalangan orang Han kalian, bukankah Siau-go-kan-kun dipandang sebagai jago silat nomor satu?"
San San segera mendengus hidung, sikapnya tawar dan acuh tak acuh.
"Benar," sela Hong-lay-mo-li, "kepandaiannya lebih tinggi dari aku, tidak perlu kau menyanjungku, asal kau bicara sejujurnya, aku amat senang."
Lega hati Pakkiong Ou, katanya lebih lanjut: "Kudengar beberapa tahun terakhir, nama Siau-go-kan-kun amat tenar, seluruh jago2 silat di Tionggoan pernah dengar nama besarnya, amat kagum segan dan tunduk kepadanya, namun tiada orang yang tahu pasti siapa she dan nama aslinya, benar tidak?"
"Benar, tapi apa hubungannya dengan Bu-lim-thian-kiau?"
"Begitu pula keadaan Bu-lim-thian-kiau, para Bu-su di negeri Kim sama pandang dia sebagai tokoh kosen nomor satu di negerinya, semua orang sama hormat dan gentar menghadapinya, namun tiada orang yang tahu nama dan asal usulnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
PertualanganPemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...