Jilid 51

412 15 0
                                    

Dengan obrolannya Jilian Ceng-sia berhasil menipu Wanyan Liang, katanya senang: "Kalau kau punya cara yang lebih manjur untuk melumpuhkan Bu-lim-thian-kiau dari pada Hapkut-san, Tim akan makan tidur dengan tenang. Lekaslah kau menengoknya di tempat kurungannya."

Siang Kian-thian memang orang kosen dalam menggunakan racun, Kongsun Ki adalah menantunya hal ini sudah didengar oleh Cutilo, maka dia berkata.

"Kiranya ilmu permainan racun ada cara yang begitu aneh dengan kombinasi ilmu tutuk segala, Harap Ba-ginda memberi izin biar pinceng ikut Cuncu, supaya pinceng menambah pengalaman."

Sudah tentu permintaan ini cocok dengan keinginan Jilian Ceng-sia, katanya girang: "Dengan didampingan Hoatong sebagai seorang yang ahli didalam bidang permainan racun, malah aku bisa mohon petunjuk nanti kepadamu."

Dengan rasa gembira Jilian Ceng-sia lalu mohon diri kepada Baginda, bersama Cutilo mereka keluar. Tak tahunya setelah keluar dari lingkungan kemah istana ini sesuatu yang tak terduga terjadi, keruan rasa senangnya seketika tersapu.

Seperti diketahui Hong-lay-mo-Ii yang menyamar jadi dayang pribadi Jilian Ceng-sia menunggu diluar kemah, kini bayangannya ternyata tidak kelihatan entah kemana.

Keruan jantung Jilian Ceng-sia kebat kebit dan mengeluh dalam hati. Maklumlah kini Wanyan Liang sudah tidak punya pelindung yang berarti, yang ketinggalan hanya Kiu-lo Siangjin, orang terang bukan tandingan Hong-lay-mo-li. Menurut perhitungan Jilian Ceng sia dengan kesempatan ini supaya Hong-lay-mo-li membekuk Wanyan Liang, dijadikan sandera untuk membebaskan Bu-lim-tnian-kiau.

Kalau hal ini tidak terlaksana dengan gabungan kekuatan mereka berdua tentu dengan mudah membekuk Cutilo serta memaksanya menyerahkan obat pemunah, Tapi Hong-lay-moli tidak kelihatan bayangannya, perhitungannya yang masak menjadi hampa belaka.

Jilian Ceng-sia tidak tahu Hong-lay-mo-li menyingkir sendiri, atau rahasia samaran sudah konangan? Sudah tentu dia tidak berani bertanya kepada Wisu yang jaga diluar, didalam saat2 yang genting dan merupakan kunci dari sukses usahanya ini, terpaksa dia keraskan kepala, seorang diri ikut Cutilo ketempat kurungan.

Semoga sebelum kedok aslinya konangan dia berhasil menipu obat pemunahnya dari tangan Cutilo.

Sebetulnya kemanakah Honglay-mo-li?

Seperti diketahui seorang diri Hong-lay-mo-li harus tinggal diluar dan mondar mandir diserambi bilangan luar perkemahan, semua percakapan didalam kemah didengarnya dengan jelas, dalam hati amat girang.

Pada waktu Wanyan Tiang-ci keluar membawa tugas. hari itu tanggal tiga belas, sinar bulan cukup benderang, Hong-laymo-li sudah menyelinap kesamping, sembunyi dibelakang bayangan pohon yang gelap, tapi sekilas Wanyan Tiang-ci, masih melihat bayangannya.

Tersirap darah Wanyan Tiang-ci, bentaknya: "Siapa disana? Keluar!"

Terpaksa Hong-Iay-mo-li keluar menyapa kepada Wanyan Tiang-ci, katanya: "Hamba datang bersama Cuncu melayani kepergiannya!" sengaja dia bicara merubah suara.

Pakaian Hong-lay-mo-li dandanan dayang dan mukapun sudah dimake-up mirip benar dengan para biti2, Wanyan Tiang-ci tertawa geli dalam hati: "Potongan badan dayang ini mirip benar dengan perempuan iblis itu. Masakah sebesar langit nyalinya berani menyaru sebagai dayang pribadi Cuncu."

Sebetulnya Wanyan Tiang-ci amat teliti dan cerdik, kalau ada tempo untuk mengajukan pertanyaan pasti dia bisa melihat kepalsuan Hong-lay-mo-li. Tapi tugas cukup penting tiada tempo lagi mengurus tetek-bengek, Katanya: "Kau tahu peraturan tidak?"

Hong-lay-mo-li pura2 ter-sipu2, sahutnya: "Hamba belum tahu melanggar aturan apa?"

"Apa Cuncu tidak berpesan supaya kau tunggu di-luar istana Keluar, keluar!"

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang