Jilid 89

394 10 0
                                    

Setiap langkahnya peduli ke-arah mana saja, bayangan Siau-go-kian-kun selalu sudah muncul di hadapannya.

Siau-go-kian-kun tertawa katanya: "Bukankah kau bilang hendak bunuh aku sekali pukul? Hayo hantam, gaploki genjot Tadi sudah kukatakan hendak membantu keinginanmu, boleh kau pukul dan hantam sesukamu, aku tidak membalas aku sendiri tidak takut terpukul mati, kenapa kau takut malah?"

Ternyata Umong menunggu sang guru di bawah gunung kebetulan kesamplok dengan Siau-go-kian-kun, melihat sang adalah Busu Mongol. didalam situasi peperangan seperti ini, Busu Mongol berani datang ke Tionggoan, Siau go-kian-kun menduga orang pasti tidak bermaksud Baik, maka Siau-gokian-kun maju hendak mengorek keterangan dan mencoba kepandaiannya, maka dia permainkan orang.

Memang siau-go-kian-kun tidak pernah menghadapi Cunseng Hoat-ong dan murid2nya, namun jejak pengembaraannya sudah menjelajah seluruh jagat, pengetahuannya luas dan mendalam, bukan saja dia sendiri pernah ke Mongol, kedua pembantunya Hek-Pek-siu-lo juga tinggal disana beberapa tahun, pernah melihat aliran silat cunseng Hoatong.

Maka sedikit banyak Siau-go-kian-kun sudah mendapat gambarannya. Kini setelah dicoba dia lantas dapat mengetahui asal usul Umong, maka dia lebih yakni bahwa Busu Mongol ini adalah muridnya Cun-seng Hoat-ong.

Siau- goan kian-kun memiliki kepandaian khusus yang mengutamakan lunak menundukan keras, senjata yang dia pakai adalah sebatang kipas, dengan bekal kepandaian yang dia miliki ini, dia malang melintang di Kang-ouw dan berhasil mengalahkan tidak sedikit lawan tangguh.

Kepandaian Umong memang bagus, namun menghadapi dia belum termasuk lawan tangguh, maka siau- go-kian- kun mampu mempermainkan orang yang menggunakan gaman.

Semula Umong kira pelajar lemah ini cukup sekali jotos pasti mampus, tak kira setelah kaki melayang dan tangan menggenjot, siau go-kian- kun dapat bergerak lincah setangkas kera berjoget, pakaiannya melambai, ujung nyapun tak mampu dia jamah.

Permulaan siau-gokian-kun gunakan kelincahan gerak tubuhnya untuk meluputkan diri dari rangsakan lawan, namun belakangan dia biarkan saja kepelan Umong menghujam badannya.

Umong pernah meyakinkan Gun-goan-it-sat-kang, latihannya memang belum matang namun kekuatannya sudah cukup berkelebihan untuk membelah pilar. Tapi pukulannya yang dahsyat kiranya sedikitpun tidak membawa reaksi pada tubuh siau go-kian-kun, seperti batu gede kecemplung laut, hanya sedikit riak gelombang yang kentara terus lenyap, paling pakaian siau- go-kian- kun saja yang melambai dan melembung sedikit.

Kedua tangan siau- go-kian- kun disembunyikan disebelah lengan baju, dia biarkan orang memukul dirinya, namun secara diam2 dia kerahkan Iwekang tingkat tinggi untuk punahkan daya pukulan orang.

Setengah jam lebih orang dipermainkan tak mampu merobohkan orang, kini mau lolos dan tinggal pergipun tidak mampu lagi. siau- go-kian- kun tidak terluka, tidak kunang suatu apa, wajahnya tetap berseri wajar, sebaliknya napas sendiri malah ngos2an seperti kerbau keletihan.

Melihat muridnya dipermainkan begitu runyam, sudah tentu cun-seng Hoat-ong ikut malu dan gusar, bentaknya:

" Umong, kau minggir siapa kau, berani mempermainkan muridku?" langsung dia terjang siau-go-kian-kun sembari menggerung se-keras2nya, gerungannya sedahsyat guntur berguna d Segunungan.

Umong yang pernah meyakinkan say-cu-hopun tidak kuat menahan gerungan gurunya, langkahnya terhuyung sambil mendekap kuping.

Siau-go-kian-kun tertawa, ujarnya:

"Ternyata say cu-ho dari aliran Hud juga demikian saja" gelak tawa nyapun berkumandang memanjang tak putus2.

Jadi gerungan dan gelak tawa saling hantam bergelut saling tindih dan mengatasi belum lagi mereka bertempur pakai kaki tangan, terlebih dulu sudah adu kekuatan Iwekang.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang