Jilid 25

529 10 1
                                    

Liu Goan-ka bersikap kereng dan membesi kulit mukanya, katanya: "Hari ini adalah ulang tahunku, kawan2 sama memberi selamat kepadaku, disini hanya membicarakan urusan pribadi, tidak mempersoalkan urusan negara, Kau tuding Kim-lo-siansing sebagai Koksu segala, benar atau tidak aku tidak tahu.

Tapi disi-ni Jian-liu-cheng, aku sebagai tuan rumah, kepada siapa aku suka mengundang tamu untuk duduk ditempat terhormat adalah hakku? Kau tidak memberi muka kepada tamuku, berarti menghinaku pula, Bagus, Siau-go-kan-kun, ingin aku mohon petunjuk kepadamu!"

Hoa Kok-ham mandah mengibas kipasnya, katanya tersenyum: "Liu-chengeu sudi memberi petunjuk, sungguh besar rejekiku? Kalau begitu silakan maju bersama dengan Koksu negeri Kim yang bergelar Kim-lian-lo-koay ini!"

Tegak alis Liu Goan-ka, mukanya merah padam saking gusar, bentaknya: "Apa? Berani kau memandang rendah diriku?"

Hoa Kok-ham tetap berlaku tenang, katanya tawar: "Tidak berani, Soalnya kalau Liu Chengcu cuma mau bicara soal hubungan pribadi, sebaliknya aku harus membedakan tegas antara teman dan musuh, aku bersumpah takkan berdiri jajar bersama musuh, sesat takkan langgeng dengan lurus, betapapun aku takkan mengeyampingkan Koksu negeri Kim ini, kalau kau merasa menyolok pandangan, terpaksa majulah bersama saja!" kata2nya cukup jelas bahwa terutama dia menantang Kim-lian-lokoay, terserah Liu Goan-ka berpeluk tangan menonton saja atau mau ikut terjun ke-tengah gelanggang.

Sekali2 dia pantang menempur Liu Goan-ka lebih dulu membiarkan Kim-lian-lo-koay melarikan diri."

Betapa pedas dan menyulitkan sekali kata2 Hoa Kok-ham ini sehingga Liu Goan-ka disudutkan keposisi yang serba salah, maklumlah secara diam2 Liu Goan-ka memang ada intrik dengan Kim-lian-loan-koay, tapi rahasia mereka se-kali2 pantang diketahui orang luar, maka selama ini dia tetap merahasiakan asal usul Kim Cau-gak.

Tantangan Hoa Kok-ham cukup tandas, bila Liu Goan-ka membantu Kim Cau-gak, secara langsung menunjukkan bekang sendiri yang berdiri dipihak musuh? apalagi dengan tingkat kedudukan Liu Goan-ka sekarang, se-kali2 dia takkan sudi maju berduaan mengeroyok Hoa Kok-ham.

Diantara sekian banyak tamu2 persilatan yang hadir kebanyakan sama segan dan tunduk kepada Liu Goan-ka, tapi tidak sedikit pula diantara mereka adalah pahlawan2 bangsa yang berjiwa patriot dan perkasa, mendengar kata2 Hoa Kokham yang tegas, gagah dan berwibawa, seketika mereka bertepuk bersorak memberi dukungan, sebaliknya kaki tangan Liu Goan-kapun tak mau kalah suara, mereka balas mengejek dan mencemooh, akhirnya terjadilah perang mulut yang ramai.

Disaat keadaan bakal berlarut semakin kacau, Bun Yathoan tiba2 tampil kedepan, katanya mengadang didepan Liu Goan-ka: "Liu-chengcu harap berpikirlah lebih cermat sebelum bertindak!"

"Apanya yang perlu kupikir lagi?" jengek Liu Goan-ka.

"Sekaligus kau menyebar empat kartu undangan, maka kau harus berpikir lagi dua belas kali, Memang Kim-losiansing ini tamu agung yang kau undang, tapi Hoa Tayhiap inipun kau sendiri yang mengundangnya pula, malah sekaligus empat kartu undangan, bukankah diapun menjadi tamu luar biasa pula!"

Memang Liu Goan-ka hendak memperkecil persoalan menjadi urusan pribadinya, sebaliknya Bun Yat-hoan kuatir Hoa Kok-ham dirugikan, maka kata2 ini justru cocok dengan keinginan hatinya, sehingga persoalan gampang diselesaikan dengan kata, Tapi kata2 "Empat kartu undangan" tadi cukup menusuk perasaan Liu Goan-ka juga.

Sudah tentu Kim Cau-gak ingin berpeluk tangan menonton Liu Goan-ka yatig tampil kedepan menghadapi Hoa Kok-hom, tapi orang justru menantang dirinya, yakin bahwa kedua ilmu saktinya belum tentu kalah menghadapi Hoa Kok-ham akhirnya dia nekad, kebetulan Hoa Kok-ham sudah menghampiri kedepan-nya sambil melebarkan kipasnya, katanya dingin:

"Di-sini adalah negeri Song raya, kau tak diidzinkan berada disini, kalau kau tidak berani terima tantanganku lekas mencawat ekor pulanglah kenegeri asalmu."

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang