Jilid 43

508 10 0
                                    

Kejadian berlangsung teramat cepat kapal kecil itu kembali dipermainkan dipuncak gelombang pasang setinggi gunung, kali ini kebetulan meluncur kearus air yang bergerak dengan cepat, dihembus angin ribut lagi maka kapal kecil itu seketika meluncur pesat kedepan, sekejap mata saja gelombang juga sudah mulai mereda, laju kapal mulai tenang, Waktu Khing Ciau angkat kepala, dilihatnya kapal besar itu sudah ketinggalan jauh disana tinggal setitik bayangan hitam kecil, agaknya masih terbendung didalam amukan gelombang besar.

Sat-lotoa menghela napas lega, katanya. "Beruntung Thian melindungi kita, lekas kau tengok keadaan nona Cin."

Bergegas Khing Ciau memburu datang memapah Cin Longgiok, nampak raut mukanya pucat pias, kaki tangan dingin sekali, Untung Cin Long-giok masih bisa bicara dengan suara gemetar: "Setelah muntah darah, hatiku malah merasa longgar. Cuma kaki tangan saja yang terasa lemas dan dingin."

Legalah hati Khing Ciau, tiba2 terasakan olehnya laju kapal kecil ini amat pelan tidak terombang ambing lagi, Keruan Khing Ciau menjadi kuatir katanya: "Kapal besar itu lajunya lebih cepat, kesulitan masih bisa kita hadapi, eh, kenapa mereka tidak mengejar kemari?" ternyata setelah dia celingukan, bayangan kapal besar itu sudah tidak kelihatan lagi.

Kembali kapal itu mulai bergerak2 seperti meronta dalam ketenangan, waktu So-lotoa memperhatikan arus air, kebetulan mereka mengikuti arus air yang mengalir deras, seharusnya kapal tidak bergetar demikian, keruan hatinya merasa heran.

Sementara itu Khing Ciau sudah merebahkan Cin Long-giok dan memeriksa keadaan sekelilingnya, tiba2 didapati dasar kapal sebelah samping papannya pecah dan berlobang kecil, air laut sedang merembes masuk dengan deras.

Keruan kejut Khing Ciau bukan kepalang dengan telapak tangannya lekas dia menyumbat lobang itu. Namun tekanan air laut cukup besar, papan yang pecah itu semakin besar dan sumbatan telapak tangan Khing Ciau tak kuasa menahan merembesnya air laut, terpaksa Khing Ciau gunakan punggungnya untuk menyumbat lobang yang membesar itu.

Setelah topan berlalu, cuaca kembali cerah, kembali mereka lewatkan siang hari itu ditengah lautan, besok adalah pembukaan pertemuan di Hwi-liong-to Namun dengan kapal yang sudah berlobang semakin membesar itu, mati hidup mereka bertiga jadi persoalan.

Tanpa terasa sang waktu berlalu dengan cepat, tahu2 bulan sabit menongol keluar dari ufuk timur, suasana malam ditengah lautan nan cerah ini amat tenang dan lelap. Tapi mereka bertiga justru masih harus bergulat mati2an melawan malaikat elmaut, keruan hati gundah dan tidak tentram, cepat atau lambat kapal kecil ini akhirnya pasti akan tenggelam.

Mereka mengalami gelombang badai besar ditengah lautan, berjuang mati2an melawan musuh yang menghabiskan tenaga pula, setelah sehari semalam ter-katung2 ditengah lautan, ransum hilang air tawarpun lenyap, dalam keadaan lemas lapar dan dahaga lagi, sudah tentu keadaan mereka semakin payah, terutama Khing Ciau betapapun kuat badannya, harus menyumbat lobang yang pecah dengan punggung lagi, lama kelamaan badannya menjadi kaku dan dingin, demikian pula pikirannya sudah memang setengah sadar.

Karena air sudah tergenang didalam kapal, betapapun kuat Sat-lotoa pegang kemudi lama kelamaan dia kewalahan juga, tiba2 didengarnya Khing Ciau merintih waktu dia berpaling dilihatnya Khing Ciau tengkurap lemas, badannya hanyut keterjang air bah yang membanjir masuk dari lobang besar itu, Keruan bukan kepalang kejut Sat-lotoa, lebih celaka lagi, karena kemudi sudah kehilangan manfaatnya. tiba2 terdengar suara keras dan kapal kecil inipun bergetar keras, kira nya menumbuk sebuah batu karang besar, dasar kapal pecah air menerjang masuk, cepat sekali kapal kecil ini sudah mulai tenggelam.

Khing Ciau gigit lidah, sekuatnya dia empos semangat, meraih Cin Long-giok serta memeluknya erat2. Dalam keadaan seperti ini tiada harapan untuk lolos dan selamat lagi, katanya getir: "Adik Giok, Syukurlah bahwa Thian memberi berkah kami untuk mati dalam waktu yang bersamaan."

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang