Jilid 84

342 11 0
                                    

Sepuluh tahun Bu su-tun pernah tinggal di Taytoh, maka seluk beluk kota ini sudah dikenalnya baik sekali. setelah makan disebuah restoran, mereka melancong pula dipasar malam, kira2 kentongan ketiga, orang2 yang lalu lalang di jalananpun semakin sedikit barulah Bu su-tun ajak Bu-limthian-kiau menuju ke-cabang Kaypang yang ada di Taytoh.

Markas cabang Kaypang di Taytoh berada disebelah utara Thian-tam, jauh berada diluar kota, Thian-tam adalah tempat dimana raja mengadakan sembahyangan kepada Thian yang berkuasa sekelilingnya dipagari hutan2 lebat, jarang penduduk yang tinggal disekitar sini.

Kaypang membeli sebuah gedung bobrok yang sudah tidak dihuni orang sebagai alamat markas cabang, Tiga Hiangcu yang berkuasa muncul dengan menyamar sebagai hartawan basar, maka sepuluhan tahun lamanya, masyarakat Taytoh tiada yang tahu bila gedung yang semula bobrok dan kini dihuni tiga hartawan besar ini adalah markas cabang Kaypang di Taytoh.

Tengah mereka mengayun langkahi tiba2 didengarnya digerombolan pohon sana ada tiga kali tepukan tangan disusul dua bayangan orang muncul, orang yang jalan2 didepan juga bertepuk ringan tiga kali.

Dari dalam hutan segera terdengar orang berkata: " orang sendiri" maka kedua orang ini lantas menuju kesana.

Bu su-tun berbisik, "Gelegatnya kurang beres, biar aku mencobanya." maka diapun bertepuk tiga kali, Bayangan orang dalam hutan segera muncul seraya membaik tiga kali tepukan, katanya: "Silakan masuk."

Tapi Bu su-tun tidak langsung pergi malah menghampiri orang itu, tanyanya:

"Bagaimana tugas yang harus diselesaikan ?" orang itu menjawab: "Hanya dua pengemis yang lolos. Ko-siansing dan orang2 kita sudah ada di dalam."

"Baik, biar akupun masuki kau tunggu disini sebentar." secara tak terduga mendadak Bu su-tun menutuknya roboh.

"Siapakah dia?" tanya Bu-lim-thian-kiau.

"Belum diketahui" sahut Busu-tun, "agaknya cabang kita disini disergap oleh cakar garuda."

Mereka kembangkan Ginkang, tanpa bersuara masuk ke pekarangan, tampak dalam taman dan diatas genteng ada bayangan puluhan orang, Bu su-tun berdua menyergap datang, dengan serangan kilat satu persatu mereka ditutuk Hiat-tonya hingga tak berkutik lagi.

"Tam-heng, tolong kau periksa bagian luar, adakah yang lolos, Aku akan tengok keadaan dalam." ujar Bu su-tun. secara diam2 Busu-tun masuk keruang pendopo, terasa bau wangi merangsang hidung, badan lemas semangat lumpuh rasanya, Bu su-tun yang berpengalaman tahu itulah bau wangi obat bius yang menidurkan setiap orang yang mengendusnya .

Iwekang Bu su-tun tinggi, sekali dia empos napas dan salurkan hawa murni, rasa mual dan kantuk seketika lenyap. Lalu dengan kedua kaki bergelantung dipayon dia mengintip kedalam pendopo lewat lobang jendela.

sinar lilin terang benderang laksana siang hari, diruang

pendopo ada puluhan murid Kaypang yang tangannya tertelikung diikat kencang, semuanya mengunjuk muka gusar dan melotot. satu diantaranya berjubah sutera setengah umur, Bu su-tun kenal baik orang ini, adalah ketua cabang Kaypang di Taytoh ini, yaitu Ki san.

Dua perwira Kim berjaga diambang pintu, seorang laki2 tinggi kurus tampak sedang mengompes keterangan Ki san.

"Omong kosong," terdengar Ki san mendamrat, "siapa percaya obrolan setanmu?"

Laki2 tinggi kumis gelak2, katanya: "Kau kira aku menipu kau? Coba pikir, kalau bukan orangmu yang memberi laporan kepadaku, dari mana aku bisa tahu alamat kalian disini? Kau ingin tahu siapa musuh dalam selimut ini?" "Siapa?" bentak Ki san.

"Siapa lagi kalau bukan Bu su-tun, Pang cu kalian."

Terkejut Bu su-tun, batinnya: "Ma Toa-ha tidak kubunuh kiranya mendatangkan bencana bagi Kaypang kita, Baik, coba kudengar dulu bagaimana kunyuk ini memfitnah aku." kiranya laki2 tinggi kurus ini bukan lain adalah Toa-suheng Ma Toa-ha, yaitu Ko in-hwi. Tentu Ma Toa-ha yang membocorkan alamat cabang Kaypang di Taytoh ini kepada Ko In-hwi yang sudah jadi antek kerajaan Kim.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang