Jilid 38

533 11 0
                                    

Sukam menghirup napas, lekas dia kerahkan hawa murni untuk mencegah menjalarnya racun, setelah kira2 dan meraba2 sampai dimana kadar racun yang yang mengeram dalam tubuhnya, baru dia berkata: "Kira2 aku masih kuat bertahan satu jam lagi."

"Bagaimana Lwekang Ko-gwat Siansu dibanding kau?"

"Sudah tentu lebih tinggi dari aku."

"Nah, kalau Lwekangnya lebih tinggi dari kau, tentunya tidak satu jam saja dia kuat bertahan, Dari sini dapatlah dibuktikan, meski dia terkena racun, namun kematiannya ini terang bukan lantaran kerjanya racun itu. Yang membunuhnya ada orang lain! Baik, obat penawar ini sekarang kuberikan kepadamu, seharusnya obat ini diperuntukan Ko-gwat Siansu, maka bolehlah kau percaya bahwa aku bukan menipu kau bukan? Kau sudah berjanji bantu aku membekuk genduk ayu itu, jangan kau ingkar terhadap janjimu sendiri."

Cutilo sudah keluarkan obat penawar itu dan maju mendekati Sukam, Tiba2 Sukam mencelat bangun, tidak menerima obat penawar itu, malah berteriak:

"Tunggu dulu, kau harus jelaskan kepadaku, siapakah yang membunuh Ko-gwat Siansu?"

Memangnya pertanyaan ini yang sejak tadi di-tunggu2 Hong-Lay-mo-Ii bertiga, dengan menahan napas mereka pasang kuping mendengarkan jawaban Cutito. Cutilo tertawa2, katanya kalem: "Siapakah pembunuhnya, seharusnya kau sudah dapat menebaknya.. Meski besar dan luas dunia ini, kecuali majikanmu, siapa pula yang memiliki kepandaian setinggi ini, didalam waktu sesingkat dan cukup angkat tangan saja sudah berhasil membunuh Ko-gwat Siansu."

Pucat muka Sukam, mulutnya mengigau dengan mata mendelong: "Majikanku, majikanku?"

"Sudah tentu majikanmu, Ko-gwat Siansu terbunuh oleh kepandaian menutup Hiat-to menggetar pecah urat nadi, memangnya kau belum bisa membedakan kematiannya?"

Akhirnya Sukam menghela napas panjang, katanya: "Habislah segalanya, Ko-gwat Siansu, aku memang berdosa terhadap kau, akupun takkan bisa menuntut balas bagi kematianmu. Aku tak bermaksud membunuh kau, namun terhitung aku sudah bantu orang melaksanakan niat jahatnya terhadap kau, ingin aku menolongmu namun ini melanggar kesetiaanku lagi. Berdosa tak bisa menebusnya, terpaksa biar aku mengiringi perjalananmu saja." tampak sinar putih berkelebat "Bles" tahu2 Sukam keluarkan sebilah belati, seiring dengan habis kata2nya belati itu sudah terhujam kedalam dadanya.

Cutilo amat kaget, teriaknya: "Sukam, mana boleh kau senekad ini?" saking kejutnya terlupakan olehnya bahwa dia sedang memegangi sebutir obat penawar itu, waktu dia menubruk maju menarik Su-kam, obat penawar itu jatuh kelantaj tanpa disadari.

Cutilo amat kaget, teriaknya: "Kenapa kau berbuat senekad ini?" tapi Sukam sudah menikam dada sendiri, dengan sebatang badiknya, terus menggelundung kebawah meja sembahyang. Tampak oleh Cutilo belati itu sudah amblas seluruhnya kedalam dada Sukam, tinggal gagangnya saja yang kelihatan diluar, setelah keracunan harus terluka seberat ini, meski ada obat dewa, mungkin takkan tertolong lagi jiwanya.

Lekas Cutilo membungkuk badan pikirnya hendak mencari obatnya, tiba2 terasa angin tajam menyambar dari belakang, seperti ada senjata rahasia menyerang, Lekas Cutilo kebutkan lengan bajunya, cepat sekali dilihatnya Hong-lay-mo-li dan Tang-hay-liong sudah melompat keluar dari tempat sembunyinya.

Timpukan benang kebut Hong-lay-mo-li kena di-kebut jatuh, lekas sekali pedangnya sudah menyerang tiba dengan tipu Giok-li-toh-so, sinar pedangnya laksana rantai perak menusuk kearah lambungnya. Belum lagi badan Cutilo berdiri tegak, terpaksa dengan sebelah kaki sebagai poros, sebat sekali dia putar badannya, cepat sekali tusukan pedang Honglay-mo-li, namun lincah pula caranya berkelit, tusukan ini tidak mengenai sasaran.

Lincah sekali tahu2 kaki Cutilo sudah melayang menendang jari2 Hong-lay-mo-li yang menyekal pedang, sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak segampang itu kecundang, dimana dia puntir pedangnya, berbareng kebutnya mengepruk dari atas mengarah batok kepalanya.Lekas Cutilo kebutkan lengan baju yang lain mematahkan Thian-lo-hud-tim Hong-lay-mo-li.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang