Jilid 39

439 12 1
                                    

Tak lama kemudian terdengarlah derap langkah berlari2 mendatangi suara orang berteriak? riuh dari berbagai penjuru memburu datarig, para Wisu itu ber-teriak2: "Lekas tangkap pembunuh!"

"Nah itulah pembunuhnya disini!" yang tiba lebih dulu adalah Siangkwan Hu-wi yang tadi hampir menemukan jejak Hong-lay-moli, Diam2 Hong-lay-mo-li senang dalam hati, batinnya: "Lwekang orang ini tidak lemah, padri asing ini takkan bisa lolos meski dia tumbuh sayap " Melihat dua orang yang tidak dikenalnya sedang bertempur dengan sengit, Siangkwan Hu-wi jadi tertegun namun cepat sekali dia sudah memberikan aba2: "Tangkap kedua orang ini!" maklumlah dengan "kedudukannya yang tinggi bertanggung jawab dalam bilangan istana ini, tengah malam buta rata dan orang luar masuk kemari peduli pembunuh atau bukan, terang kesalahannya tidak kecil.

Anak buahnya segera menyerbu bersama, ada yang menyerang Cutilo, ada pula yang menyerang Hong lay-mo-li. Keruan Hong-lay-mo-li amat gusar, serunya: "Kalian memang gegabah, padri asing inilah pembunuh, aku ini malah hendak meringkusnya."

"Peduli kau siapa, letakan senjata dan menyerah, kalau kau bukan pembunuh, setelah persoalan dibikin terang, kulepas kau pergi" demikian kata Siangkwan Hu-wi.

"Aku harus meletakan senjata? Berarti kau sengaja hendak melepas pembunuh ini! Tanpa bantuanku, memangnya kalian mampu membekuk pembunuh ini?"

Siangkwan Hu-wi amat angkuh, segera dia mendengus gusar: "Bocah takabur, kau berani pandang rendah alat negara, ingin aku tahu betapa tinggi kepandaianmu biar kuringkus kau dulu. Lihat pukulan!"

Hong-lay-mo-li berkelit, katanya: "Seharusnya kau pantas diajar adat kalau kulukai kau padri asing ini yang akan memungut keuntungan."

Sudah tentu Siangkwan Hu-wi semakin marah, segera dia lontarkan pula pukulannya, Hong-lay-mo-li ayun kebutnya mematahkan pukulannya, sebat sekali tahu2 dia sudah menyelinap diantara dua Wisu, baru saja dia hendak melabrak kearah Cutilo, tahu2 beberapa Wisu sudah mengadang pula didepannya.

"Krak krak!" tiba2 terdengar tulang patah, ternyata dua Wisu sudah dipuntir putus lehernya dengan Jiong-jiu-hoat Cutilo, disusul kasa merahnya mengebut, dua bintara Kim-wikun kena disengkelit jatuh, begitu keras jatuhnya sampai kelenger, Cutilo segera menerjang keluar kepungan.

Hong lay-mo-li rada gugup, tanpa hiraukan segala akibatnya. kebutnya dia ayun lebih kencang, beberapa Wisu kena dikebutnya sampai tertutuk jatuh lemas. lekas sekali diapun sudah mengejar kesana.

Tampak Siangkwan Hu-wi sedang bergebrak dengan Cutilo.

Kepandaian Siangkwan Hu-wi memang tidak lemah, melihat Cutilo melukai dan membunuh anak buahnya, segera dia menerjang maju merintangi perbuatan kejam orang lebih jauh.

Meski kepandaian Siangkwan Hu-wi tinggi, dibanding Cutilo dia masih lebih asor, beruntun mereka beradu tiga kali pukulan, telapak tangan Siangkwan Hu-wi sampai linu kemeng, kena dikebut kasa lawan lagi, kontan dia terhuyung beberapa langkah hampir saja roboh. Tak sempat melukai orang Cutilo ambil langkah seribu pula.

Ginkang Hong-lay-mo-li lebih tinggi, kebetulan dia menyusul tepat pada waktunya, pedang segera menusuk kepunggung orang, insaf takkan bisa ungkulan adu lari. Cutilo terpaksa membalik badan melabraknya.

Cepat sekali Siangkwan Hu-wi sudah memburu tiba, Honglay-mo-li segera menyambut dengan tertawa dingin: "Sekarang sudah percaya kepadaku belum?"

Walau hati kurang senang, namun setelah dirugikan mau tidak mau Siangkwan Hu-wi rada percaya akan ucapan Honglay-mo-li Terpaksa dia berkata merendah: "Memang aku yang salah paham, terima kasih akan bantuan Congsu (orang gagah), Nanti kalau pembunuh ini ketangkap, pasti jasamu kulaporkan kepada Baginda."

"Siapa kesudian terima hadiah rajamu, jangan cerewet lekas gempur dia!"

Karena rasa sangsinya hilang, segera Siangkan Hu-wi pimpin anak buahnya menggempur dengan sengit.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang