Jilid 12

649 15 1
                                    

Merah biji mata Cin Long-giok, sahutnya: "Aku tidak mau membuatnya serba susah, kalau aku berada bersama dia, bukan saja hatiku takkan tenang, kelak diapun pasti menyesal"

Mendengar lagu bicara orang mirip dengan San San, Honglay-mo-li sudah paham seluruh persoalan nya, tergerak dan haru hatinya, katanya lembut sambil mengelus rambutnya:

"Adikku, kau punya isi hati apa, bicaralah dengan Cicimu!"

Ber-Iinang air mata Cin Long-giok, ujarnya: "Aku sudah berpikir bolak balik, kecuali aku berpisah dengan dia, kalau tidak hatiku takkan tenang."

"Maksudmu lantaran San San?" tanya Hong-lay-mo-li secara langsung.

"Demi San San cici juga demi dia. Cici San San setia dan berbudi terhadap Piauko, aku tahu riwayat hidup Cici San San seperti aku harus dikasihani aku tidak bisa membuat seorang anak yatim piatu kesusahan seorang diri." ia menyeka air mata, lalu meneruskan: "Budi pertolongan cici San San terhadap Piauko setinggi gunung, beberapa hari ini secara seksama aku mengamati dari samping, perangai dan watak mereka satu sama lain amat cocok, satu sama lain punya pengertian yang mendalam lagi.

Kalau aku hadir diantara mereka, akibatnya tentu amat fatal, Aku harap dia tidak menyia2kan cinta kasih cici San San, akupun dak mau melukai dan membuat hati cici San San sedih Liu Lihiap sukalah kau menerima permohonanku, biar aku ikut kau saja."

Hong-lay-mo-li amat haru dan serba susah pula. Terdengar Cin Long-giok berkata pula: "Cici, aku ingin ikut kau masih ada tujuan pribadiku sendiri."

"Tujuan pribadi apa?"

"Musuh pembunuh ayahku sudah kuketahui, sayang ilmu silatku teramat rendah, mungkin takkan mampu menuntut balas, Cici, biar aku meladeni kau, disamping minta belajar kepandaian kepadamu." sembari bicara kembali ia hendak berlutut lagi.

Lekas Hong-lay-mo-li menariknya pula, katanya: "Jangan begitu, nona Cin, dengarkan dulu kata2ku! Aku tahu apa yang kau katakan tadi adalah suara hati nuranimu! Tapi apa yang pernah kukatakan tadi, terus terang aku ngapusi kau!"

Cin Long-giok tertegun, sorot matanya hambar dan was2, dengan mendelong ia awasi Hong-lay-mo-li. Berkata Hong-laymo-li pelan2: "Tadi kukatakan San San sudah pulang, itu tidak benar, Dia tidak pulang, seorang diri dia sudah pergi."

Terkejut Cin Long-giok, katanya ter-gagap: "Dia, dia sudah pergi seorang diri? Kenapa?"

"Karena jalan pikirannya sama seperti kau, diapun tidak ingin membuatmu sedih, Maka diapun berkeputusan untuk berpisah dengan Khing Ciau."

Cin Long-giok menjerit gugup dan gelisah, hatinya hambar dan menjublek tak bergerak.

Hong-lay-mo-li pegang lengannya, katanya lebih lanjut: "Maksud kalian sama, tentunya kau bisa memahami isi hatinya, Dia ingin supaya kau tetap mendampingi Khing Ciau kini dia sudah pergi, maka kau jangan berlalu."

"Tidak!" tiba2 Cin Long-giok menjerit dari lamunannya, "Cici

San San pergi lantaran aku, aku harus mencarinya kembali." "Tenangkan dulu pikiranmu, jangan kau abaikan maksud baik San San!" sampai disini, tiba2 Hong-lay-mo-li ulur jari tangannya menutuk Hiat-to Cin Long-giok.

Seketika Cin Long-giok rasakan badannya lemas lunglai, tanpa kuasa ia meloso jatuh terduduk diatas tanah tanpa bisa bergerak.

Hong-lay-mo-li berkata: "Aku pergi, Aku hanya bisa sekedar bantu kau mempertinggi ilmu silatmu, meski tidak mencapai tingkatan tertinggi namun untuk menghadapi Giok-bin-yauhou, kukira sudah cukup berkelebihan." suaranya semakin jauh dan lirih, sekejap saja bayangannya sudah hilang dikejauhan.

Karena Hiat-to mendadak tertutuk sungguh Cin Long-giok kaget dan heran pula, terasa badan menjadi panas seperti dibakar, hawa murninya bergolak dan luber menerjang kian kemari, se-olah2 hendak menerjang keluar dari sendi2 tulang dan semua Hiat-to2 tubuhnya, rasanya amat menyiksa.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang