Chapter 12

5.3K 871 108
                                    

Serius. Aku. Benci. Pesta.

Tapi aku tak punya pilihan. Setidaknya, dengan datang ke pesta ini aku dapat mempertahankan uang saku mingguanku.

Peter memarkir mobilnya di depan tempat tujuan kami. "Kita sudah sampai, Alice," katanya. Untunglah keluarganya juga diundang ke pesta ini, kalau tidak aku terpaksa pergi bersama kakek dan ibuku yang sudah pergi duluan kurang lebih sejam yang lalu.

"Kau kenal dengan pewaris Raven?" tanyaku sambil melepas sabuk pengaman.

Peter mengangkat bahu. "Tidak juga. Aku pernah melihat dia sekali-dua kali di beberapa acara, tapi belum pernah bicara dengannya. Dia seumur dengan kita, dan baru saja kembali dari luar negeri beberapa bulan yang lalu, cuma itu saja yang kutahu."

"Katanya dia anak hasil affair ayahnya, ya? Dan Leon Raven terpaksa mengakuinya karena tak memiliki cucu lain."

"Kau dengar dari mana?"

"Browsing sana-sini."

Mata Peter bersinar jenaka. "Kau tertarik sama dia, ya?"

Reaksinya membuatku memutar bola mata. "Yang benar saja, aku sama sekali tidak tertarik!" Aku meraih clutch-ku. "Ayo, kita turun."

Kubuka pintu mobil lalu bergeser keluar dengan susah payah. Gaun selutut ini benar-benar membuatku tak leluasa bergerak. High heels-nya apalagi, membuatku berjalan tertatih-tatih seolah-olah kakiku keseleo. Ini alasan utama kenapa aku benci pesta. Kenapa mereka tak membuat dress code-nya kasual saja, sih?

Peter keluar dari mobil lalu mengulurkan kunci mobilnya pada seorang cowok bertubuh kecil yang tergopoh-gopoh menghampiri kami dari pintu masuk gedung. Di seragamnya tertera tulisan 'RavenCorp'. Setelah itu, dia menggandeng tanganku menerobos puluhan reporter yang berkerumun di depan gedung. Mereka pasti datang karena Kyle Raven akan diresmikan sebagai pewaris RavenCorp.

"Apa rasanya mewarisi gedung setinggi seratus dua puluh lantai, ya?" tanyaku ketika kami sudah berada di dalam gedung.

"Nanti kau juga tahu. Gedung milik kakekmu kan tak kalah tinggi."

Ha, benar juga. Kadang aku lupa kalau RavenCorp dan Sheridan Group sama besarnya, dan sama-sama terletak di lokasi paling strategis dan mahal di ibukota.

"Di lantai berapa pestanya?" tanyaku, menoleh ke sekeliling untuk mencari petunjuk. Aku lupa menanyakannya pada ibuku sebelum mereka pergi tadi.

Peter mengamati beberapa orang yang berjalan melewati kami. Mereka semua mengenakan pakaian formal. "Kita ikuti saja mereka. Aku yakin mereka juga mau ke pesta Raven," katanya.

"Dari mana kau tahu?"

"Salah satu dari mereka adalah kenalan ayahku, CEO Andromeda Times. Kurasa dia juga datang untuk menghadiri pesta."

Masuk akal. Kami bergegas menyusul orang-orang itu, yang ternyata menghampiri meja resepsionis di ujung koridor. Wanita yang berdiri di balik meja tersenyum ramah pada kami. "Selamat datang, bisa saya lihat kartu identitasnya?" Dia memiliki suara yang enak didengar.

Kami buru-buru menyodorkan kartu identitas padanya. Resepsionis itu memindai kartu, mengembalikannya pada kami, lalu mempersilakan kami untuk memasuki ruangan di belakangnya. Ruangan itu sudah dipadati oleh ratusan tamu undangan. Puluhan pelayan terlihat sibuk mengantarkan minuman pada tamu-tamu yang tengah sibuk mengobrol; sebagian berdiri sedangkan sisanya duduk mengelilingi meja-meja bundar yang disusun hingga memenuhi separuh tempat itu. Di seberang ruangan, ada panggung berukuran cukup besar tempat sekelompok musisi memainkan musik bertempo lambat. Kalau aku tak salah lihat--jaraknya cukup jauh--mereka adalah band terkenal yang baru saja memenangkan penghargaan bergengsi tahun ini.

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang