Chapter 80

2.3K 497 22
                                    

Bau debu yang terakumulasi selama bertahun-tahun langsung menyerang indra penciuman Oliver sesaat usai mereka memasuki gudang. Sambil menutupi hidung dengan sebelah tangan, dia mengamati sekeliling dengan saksama. Bangunan milik RavenCorp tersebut pasti sudah sangat lama ditelantarkan, sebab kondisinya terlihat buruk; sebagian besar kaca jendelanya sudah pecah, dindingnya dipenuhi oleh retakan di sana-sini, dan tiang-tiang kayu penyangga ruangan juga kelihatan lapuk. Kelihatan jelas kalau tak ada siapa pun yang pernah atau akan datang ke tempat ini, dan itu membuatnya menjadi lokasi yang sempurna bagi si pembunuh untuk menyekap Alice.

"Tidak ada yang berjaga? Aneh," gumam Peter yang ikut masuk bersamanya.

Oliver juga mendapati hal tersebut sedikit janggal. Sepertinya si pembunuh tidak berniat menghalangi mereka masuk untuk menolong Alice--bahkan tadi pintu dibiarkan terbuka lebar. Seakan memang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan mereka. "Barangkali ini jebakan," ucapnya. "Sebaiknya kita berhati-hati."

"Kalian menemukan sesuatu?" Suara serak milik Harry menyeruak melalui wireless earphone yang tersemat di telinga mereka berdua.

"Belum," jawab Peter. "Bagaimana di sana?"

"Aku baru mulai menerbangkan drone-nya," jawab Harry.

Dia memang tidak ikut masuk bersama mereka, melainkan turun beberapa meter sebelum mencapai gudang. Dia akan mengoperasikan drone yang dipinjamnya dari Kai untuk mencari keberadaan korban-korban yang diculik si pembunuh. Mereka menduga kalau besar kemungkinan puluhan korban tersebut disekap di area sekitar gudang lantaran isi pesan terakhir dari si pembunuh yang menyebut-nyebut soal 'babak terakhir' seolah mengindikasikan bahwa orang itu berniat menghabisi nyawa para korban hari ini. Oleh sebab itu, mereka harus memastikan kalau rencana si pembunuh tak akan terlaksana.

Oliver menoleh ketika terdengar bunyi kayu berderit dan melihat seseorang menuruni tangga. Sebelah alisnya terangkat heran sewaktu menyadari siapa sosok tersebut. "Neil Hayes?"

Peter mengikuti arah pandangan Oliver, lalu berkata dengan geram, "Dia memberi kita nama palsu lalu kabur, dan kini dia menampakkan diri di tempat Alice disekap. Aku yakin ini bukan kebetulan."

"Aku setuju, dan perasaanku tak terlalu baik tentang ini," sahut Oliver sambil mengernyit. Ada sesuatu yang aneh. Kondisi Neil tampak jauh lebih baik sejak pertemuan mereka di rumah sakit, padahal mustahil dia bisa pulih sepenuhnya hanya dalam waktu beberapa hari. Tak hanya itu, dia juga berjalan dengan tegap dan penuh percaya diri. Dia benar-benar kelihatan seperti orang yang berbeda meski wajahnya sama.

Neil berhenti beberapa meter di depan mereka dan menyilangkan kedua lengan di depan dada. Seulas senyum terbentuk di sudut bibirnya selagi mata ambarnya menatap Oliver dan Peter satu per satu. "Lama tak bertemu." Dia berbicara dengan tenang. Nada suaranya mantap tanpa keragu-raguan, sangat berbeda dengan Neil Hayes yang mereka temui di rumah sakit. "Kalian hanya datang berdua? Aku cukup yakin kalian membawa orang ketiga."

Kegelisahan mendadak mencengkeram Oliver begitu mendengar kalimat terakhir. Terlalu banyak hal yang mencurigakan dari sosok di depannya. Pertama, dia tak tampak kaget dengan kedatangan mereka. Kedua, dia tahu kalau mereka datang bertiga. Yang terakhir, dia berbicara seolah-olah tahu pasti apa yang mereka lakukan di sana. Dan Neil Hayes tak seharusnya tahu semua itu, kecuali kalau dia ....

"Kau bukan Neil Hayes," kata Oliver, tak berniat untuk basa-basi. Dia sudah punya dugaan siapa orang itu sebenarnya. "Kau sudah menipu kami semua dengan berpura-pura menjadi korban."

"Ternyata kau sudah tahu? Cepat juga." Neil mengangguk dengan kekaguman yang palsu menghiasi wajahnya, kemudian mengusapkan jari-jari tangan ke kepala dan dengan luwes menarik rambutnya ke atas, memperlihatkan helai-helai ikal berwarna cokelat kemerahan di bawahnya. Setelah itu, dia menunduk untuk mengeluarkan sesuatu dari matanya, dan ketika dia mengangkat kepala, matanya pun tak lagi berwarna ambar, melainkan biru. "Aku tahu seharusnya memperkenalkan diri lebih awal, tapi aku ingin bersenang-senang sedikit dan aku ingin merasakan bagaimana rasanya untuk mendapat perlakuan istimewa serta menjadi pusat perhatian. Dan aku menyukainya--itu cukup memuaskan. Sayangnya, perhatian yang kudapat tak bertahan lama, malah terlalu singkat. Tak kusangka kalau kemunculan satu-satunya korban selamat bahkan tak cukup besar untuk membuat kasus ini mendapat sorotan lebih banyak."

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang