Chapter 84

2.5K 487 12
                                    

Harry meraih tanganku dan berkata, "Aku bisa membawamu keluar sekarang juga, tapi itu artinya kita takkan sempat menyelamatkan Peter. Mereka pasti akan langsung membunuhnya begitu melihat kita menghilang."

"Kita harus memikirkan cara lain," tukasku sambil terbatuk-batuk. Dadaku sesak dan aku mulai kesulitan bernapas.

"Alice? Apa yang terjadi di dalam?" tanya Oliver, suaranya terdengar panik.

"Stan membakar tempat ini," bisikku, secara tak sengaja mengarahkan pandangan ke Kyle, dan tertegun. Pewaris RavenCorp itu tengah mengendap-endap ke belakang Luca dengan sebongkah batu bata di tangannya. Tidak ada seorang pun, kecuali aku, yang menyadari tindakannya sebab mereka semua berdiri memunggungi cowok itu. Aku sendiri sudah bisa menebak apa rencananya--dan aku menghargainya tapi itu benar-benar berbahaya--jadi aku menggeleng kuat-kuat ketika tatapan kami bertemu. Akan tetapi, dia mengabaikanku dan dengan sekuat tenaga memukulkan bata di tangannya ke kepala Luca.

Begitu cowok itu terguling jatuh dengan kepala berlumuran darah, Kyle menarik lengan Peter dan bergegas membawanya menjauh dari Luca, sementara aku berseru ke Harry, "Cepat, ke sana!" Untungnya, Harry termasuk cepat tanggap dan dalam sekejap kami pun berpindah tempat.

Tadinya kupikir semua akan berakhir dengan mudah. Aku hanya perlu meraih lengan Kyle atau Peter, dan Harry akan membawa kami semua keluar dengan teleport-nya, sementara si pembunuh dan anak buahnya akan mati terbakar. Tapi aku terlalu naif--hingga untuk kedua kalinya melupakan kehadiran Jane. Aku baru menyadari kalau dia masih berkeliaran di sekitar kami sewaktu Harry mengerang kesakitan.

Mataku terbeliak ketika melihat Jane menancapkan pisau di punggung Harry dengan dua tangan. "Harry!" seruku panik, kemudian tanpa pikir panjang kujambak kuat-kuat rambut panjang Jane agar dia melepaskan Harry. Upayaku berhasil, dan begitu dia melepas cengkeramannya dari pisau yang masih tertancap di punggung Harry, aku mendorongnya hingga dia terjatuh. Untunglah, tepat setelahnya, sebongkah balok kayu yang cukup besar meluncur dari atas dan mendarat di antara kami, membuatnya tak bisa mendekatiku.

"Alice!" panggil Kyle. Dia berdiri di sebelah Harry sambil memapah Peter yang tengah menekankan sehelai saputangan ke luka di lehernya. "Kita harus pergi sekarang!"

Aku buru-buru menghampiri mereka, tapi kondisi Harry terlihat buruk. Keningku berkerut cemas selagi mengamati darah mengalir deras dari luka di punggungnya. Dia memerlukan penanganan medis secepatnya, sama seperti Kyle dan Peter. "Kau yakin cukup kuat untuk membawa kami bertiga ke luar?" bisikku, dan dia menggeleng lemah--sesuai perkiraanku. "Kalau cuma mereka berdua?" Dia tak menyahut, jadi kurasa artinya dia bisa, hanya saja dia tak mau meninggalkanku sendirian di sini. Masalahnya, ini bukan lagi soal ingin atau tidak ingin, melainkan keharusan. "Tak ada jalan lain. Kalian harus pergi duluan. Sekarang juga," desakku, sengaja merendahkan suaraku agar Kyle dan Peter tak mendengarnya. Kalau sampai tahu, mereka pasti akan menolaknya mentah-mentah, padahal inilah satu-satunya solusi terbaik yang kami punya.

Dengan enggan, Harry akhirnya mengangguk dan meraih lengan Kyle. Dalam sekejap mata, mereka semua pun lenyap. Setelahnya, aku memandang berkeliling sambil menggigit bibir, kemudian mulai berlari menuju arah yang kuperkirakan merupakan pintu keluar. Sembari mengayunkan langkah, hatiku diliputi oleh perasaan tegang, sebab--sejujurnya--aku tak yakin ini rute yang tepat lantaran tempat ini sekarang dipenuhi asap tebal sampai-sampai aku tak dapat melihat apa yang ada di depanku. Tak hanya itu, kepalaku juga dipenuhi oleh kemungkinan berpapasan dengan Stan atau Luca yang, tentu saja, jauh lebih berbahaya daripada Jane. Saat memikirkan semua itu, mendadak seseorang menarik tanganku. Aku memekik kaget dan sudah hendak mengerahkan seluruh tenaga untuk menendangnya ketika orang itu berbisik, "Ini aku!"

"Oliver?" Kelegaan menyeruak di dadaku--yang dengan cepat digantikan oleh rasa panik. "Kenapa kau ada di sini?"

Alih-alih menjawab, dia menyodorkan sehelai handuk basah padaku. "Cepat, pakai ini," katanya. Aku tak bertanya lagi dan langsung menggunakan handuk itu untuk menutupi hidungku, sementara dia meraih tanganku yang lain dan membawaku berlari. "Peter dan Harry sudah dibawa ke rumah sakit, jadi jangan cemaskan mereka," lanjutnya.

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang