Chapter 57

2.3K 468 30
                                    

Charlotte. Mata Theodore melebar panik. Tidak--tentu saja istrinya tak boleh tahu. Bahkan meski tudingan Mila terbukti salah, hati Charlotte sudah pasti akan terluka jika tahu suaminya pernah bersama wanita lain. Matanya melirik ponsel di tangan Mila dengan liar. Bukti ... dia harus menghancurkan buktinya.

Namun, Mila kelihatannya menyadari niat Theodore. Dia mengacungkan ponselnya ke depan. "Kau mau menghancurkan ini? Asal tahu saja, aku memiliki salinannya di tempat lain, jadi usahamu bakal percuma."

Theodore tercengang. Bahunya terkulai lesu. Dia tahu kalau dia sudah kalah. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya lirih.

Mila menjentikkan jari. "Nah, itu yang harusnya kau tanyakan dari tadi." Kepuasan terpancar dari suaranya. "Pertama, aku mau uang. Yang banyak. Biaya merawat anak sangat mahal, kau tahu."

Theodore tertegun. Rupanya gosip tentang kejatuhan keluarga Jacoby setahun lalu itu benar. "Berapa yang kau mau?" Mila menyebut sejumlah angka dan amarahnya kembali meledak. "Kau sudah gila? Aku tak punya uang sebanyak itu!"

Mila mengedikkan bahu. "Kau bisa mencari atau meminjamnya--terserah. Aku tak peduli bagaimana caramu mendapatkannya. Waktumu satu minggu."

Theodore menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan emosinya. Mustahil dia bisa mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu singkat, tapi mungkin dia bisa mengusahakannya. "Selain itu?"

"Ceraikan Charlotte."

Kalimat itu membuat Theodore tersentak kaget. "Apa katamu? Kenapa aku harus menceraikan istriku?"

Mila menatap Theodore dengan angkuh. "Karena aku tak suka melihat kalian bersama. Dia tak pantas untukmu."

"Dan apa yang membuatmu berpikir kau punya hak untuk mengaturku?"

Mila tertawa licik. "Oh, ayolah, Theo, kau sedang tidak berada pada posisi untuk berdebat denganku."

"Aku takkan pernah menceraikan istriku," tegas Theodore.

Tawa Mila lenyap dari wajahnya. Matanya berkilat-kilat penuh kebencian. "Benarkah? Kalau begitu, mari kita lihat apa pendapat istri tercintamu itu setelah tahu soal semua ini." Dia berdiri dan berderap menuju pintu, disusul oleh Theodore di belakangnya.

Lelaki itu menarik lengan Mila dan melemparnya ke lantai hingga menimbulkan bunyi berdebuk. Mila menjerit kesakitan dan berusaha bangkit, tapi Theodore buru-buru melompat ke atas tubuhnya, lalu menahan kedua tangan wanita itu ke lantai. "Jangan ganggu istriku, kau dengar?" ucapnya geram.

"Memangnya kenapa?!" tantang Mila. "Kenapa aku tak boleh mengganggunya? Memangnya dia siapa, sampai aku--Mila Jacoby--tak boleh mengusiknya?"

Theodore menatapnya berapi-api. "Kuperingatkan kau, jangan coba-coba mendekatinya sedikit pun, atau aku akan--"

"Apa? Kau akan membunuhku?" potong Mila, rautnya mencemooh.

Ketika mendengarnya, Theodore terperangah sejenak. Membunuh? Tidak, tentu saja dia tak pernah berpikir ingin membunuh wanita di depannya, bahkan meski dia sangat membencinya. Namun, gagasan baru timbul di benaknya sekarang, terutama setelah semua yang dikatakan Mila tadi. Faktanya, kehadiran wanita itu mengancam keutuhan keluarganya. Siapa yang tahu apa lagi yang bisa dilakukannya kelak. Jika dibiarkan, Charlotte dan Oliver bisa terluka. Dan bila itu sampai terjadi, semuanya akan terlambat.

Bukankah lebih baik mencegahnya sejak dini?

Perlahan, Theodore berpaling, memberi Mila tatapan sedingin es. Wanita itu kelihatannya menyadari perubahan suasana yang tiba-tiba terasa mencekam. Dia mengernyit ke arah lelaki di hadapannya. Ketakutan terpancar dari matanya. "A-apa? Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau tidak bermaksud--tidak, kau takkan bisa melakukannya, Theo."

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang