Area parkir Omnia Hospital terlihat padat meski jam di dasbor baru menunjukkan pukul sebelas pagi. Aku mengemudikan mobilku ke satu-satunya tempat kosong yang tersisa, kemudian mematikan mesin. Kalau mengikuti mauku, sebenarnya tempat yang ingin kutuju adalah rumah Oliver. Setelah kemarin mendapatkan kembali ingatannya dan berkata kalau ayahnya seorang pembunuh, dia menutup mulutnya rapat-rapat sepanjang perjalanan pulang, dan itu membuatku cemas. Aku merasa kami perlu menemani dia, tapi Peter menegaskan kalau kami harus memberinya waktu, dan biasanya Peter selalu benar, jadi aku menurut.
Ini waktu untuk mengurus urusanku sendiri, aku memutuskan. Aku keluar dari mobil, memasuki Omnia Hospital, naik lift menuju kantor Ms. Connely, lalu memberitahukan kedatanganku pada resepsionis yang duduk di depan kantornya. Usai menunggu sejenak sementara dia mengabarkannya pada Ms. Connely, aku pun diizinkan masuk.
"Kuharap Anda sedang tak sibuk, Ma'am," kataku berbasa-basi sambil mengempaskan tubuh di kursi.
Sambil bersedekap di kursinya, psikiater itu menatapku dengan tenang. Dia tak tampak terkejut dengan kemunculanku yang tiba-tiba, jadi aku mendapat kesan kalau dia sudah memperkirakannya. "Apa yang kau inginkan, Alice?"
"Penjelasan," sahutku singkat.
"Aku menduga kau ingin tahu alasan ibumu mendaftarkanmu sebagai peserta Proyek Penghapus Ingatan, benar?"
Aku mengedikkan bahu. "Karena saya sudah berjanji untuk tidak meminta ingatan saya dikembalikan, bukankah sudah sewajarnya Anda memberitahukan apa yang tidak mungkin saya ingat dengan sendirinya?"
Ms. Connely memajukan tubuh dan menopangkan lengan di atas meja dengan kening berkerut. "Well ... ini sedikit rumit. Sebenarnya, kenapa kau bahkan ingin tahu? Maksudku, selama ini kau hidup dengan baik--meskipun tak mengingat sebagian dari hidupmu, jadi aku tak melihat alasan yang kuat kenapa kau harus mengorek-ngorek apa yang sudah terjadi beberapa tahun silam."
Aku memberinya tatapan datar. "Saya juga tak melihat alasan yang kuat kenapa saya tak boleh mengetahuinya."
Ms. Connely mendengus keras-keras dengan raut jengkel. "Kau. Sangat. Keras. Kepala."
"Mom belum tahu kalau saya tahu soal Proyek Penghapus Ingatan."
Wajah Ms. Connely berubah warna selagi dia merapatkan bibir dengan geram. "Kau mengancamku?"
"Saya tidak bermaksud begitu. Tapi kalau Anda mengira demikian, apa boleh buat." Aku tahu sikapku tidak sopan, tapi dia yang duluan memanfaatkan situasi untuk memaksaku mengambil pilihan yang sulit. Jadi sangat naif kalau dia berharap aku dapat meminta dengan cara yang lebih baik.
Wanita itu menggeleng dengan gusar, lalu beranjak bangkit dan mulai berjalan mondar-mandir di belakang kursinya. Dia menghela napas berulang kali sebelum kembali duduk. "Apa yang akan kau lakukan kalau aku menolak?"
Tidak ada, sebetulnya, sebab ini satu-satunya pilihan yang kumiliki. Namun, tentu saja aku tidak boleh menunjukkannya. Jadi aku bersandar di kursi dan pura-pura berpikir, seolah aku memiliki rencana cadangan. "Hm ... mungkin bertanya langsung ke Mom?"
Itu bohong. Aku tak pernah berniat melakukannya sebab aku tak yakin bagaimana reaksi ibuku. Tapi Ms. Connely melemparkan tatapan penuh keputusasaan ke arahku usai mendengarnya, dan saat itu aku tahu kalau strategiku yang payah ternyata berhasil. "Seharusnya kau tak pernah tahu soal semua ini," gumamnya lirih. "Aku akan mengatakannya padamu, tapi setelah kau mengetahui alasannya, tolong jangan benci ibumu, kau mengerti?"
Kata-katanya membuatku merasa ada sesuatu yang tak beres, dan untuk sesaat keraguan mencengkeram benakku, memintaku membatalkan niatku. Namun, aku sudah berjalan terlampau jauh untuk kembali. Maksudku, setelah tahu soal ingatanku yang sengaja dihapus, bagaimana mungkin aku tidak penasaran mengenai alasan di baliknya? Bagaimanapun, aku berhak tahu apa yang mendasari keputusan ibuku untuk menghapus ingatanku. Jadi, aku membulatkan tekad dan mengangguk, memberinya isyarat untuk melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]
Mystery / Thriller[Ambassador's Pick Oktober 2024] [Cerita ini akan tersedia gratis pada 6 Agustus 2021] *** Pembunuhan berantai di Andromeda City mengincar nyawa para Anak Spesial. Oliver harus menemukan kembali ingatannya yang hilang agar dapat menghentikan aksi se...