Chapter 29

3.6K 672 19
                                    

Aku berdiri dengan gelisah di sisi Oliver dalam lift yang membawa kami menuju lantai dua puluh Andromeda Central Hospital. Aku tak habis pikir, apa sebabnya pipiku terasa panas ketika berbicara dengannya sebelum pergi ke sini. Hal itu tak pernah terjadi sebelumnya. Mungkinkah akibat cuaca yang terlalu panas? Aku mengelap keringat di keningku dengan punggung tangan. Well, aku bahkan berkeringat di ruangan yang dingin seperti ini, jadi pasti itu sebabnya. Pemikiran tersebut membuatku lebih tenang dan kegelisahanku pun berangsur-angsur menghilang.

"Bagaimana ayahmu bisa mengenal Dokter Rhett?" tanyaku. Sejauh yang kuketahui, Orlando Rhett adalah dokter bedah plastik yang terkemuka di Andromeda City. Dia terkenal di kalangan selebriti dan sering diundang sebagai pembicara di berbagai acara talk show--salah satu alasan mengapa dia dinobatkan sebagai dokter berpenghasilan tertinggi di Aequor.

Oliver mengangkat bahu. "Dad tak pernah bercerita banyak mengenai pekerjaannya. Aku pun baru tahu kalau mereka saling mengenal ketika bertemu dengannya di pemakaman orang tuaku."

Begitu lift berhenti, kami keluar dan mencegat seorang perawat yang melintas untuk menanyakan letak kafe. "Jalan lurus ke arah sana, lalu belok kiri," jelasnya sambil menunjuk ke suatu arah. Kami mengucapkan terima kasih lalu mengikuti petunjuknya.

Kafe Andromeda Central Hospital tampak sepi meskipun sedang jam makan siang. Nyaris tak ada siapa pun di sana, kecuali beberapa dokter muda yang duduk berkelompok di sudut ruangan, serta seseorang yang duduk sendirian di belakang mereka, sedang makan siang sambil membaca tablet di tangannya. Orang itu merupakan pria berusia sekitar akhir lima puluhan dengan rambut yang sudah memutih serta berbadan besar. Secara keseluruhan wajahnya tampak ramah, persis seperti yang sering kulihat di televisi.

Aku menyenggol lengan Oliver, lalu menunjuk sosok tersebut. "Di sana," ujarku, lalu kami pun bergegas menghampiri orang yang kami cari. Dokter itu menengadah ketika kami berdiri di depan mejanya.

"Oh, kau sudah datang. Lama tak bertemu denganmu, Nak!" sambutnya dengan suara keras yang sedikit serak, seraya berdiri untuk menjabat tangan Oliver. Kemudian dia berpaling padaku sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya. "Dan kau adalah ...."

"Alice Sheridan, Sir."

"Cucunya Richard rupanya .... Aku sering bermain golf dengan kakekmu," ujarnya, lalu mempersilakan kami duduk. "Aku baru saja selesai makan siang, tapi kalau ada yang ingin kalian makan, katakan saja."

Kami beranjak duduk di tempat kosong di hadapannya, lalu Oliver berkata, "Kami tidak lapar, Sir, terima kasih. Kenapa Anda ingin menemui saya?"

Dokter itu melirikku sekilas. "Begini ...." Dia berdeham, seperti tengah berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Kau tidak bilang akan membawa teman."

Di telingaku, ucapannya terdengar seperti sedang mengusir secara halus. Apa pun yang ingin dia bicarakan pasti bersifat rahasia, jadi aku mengangguk maklum dan berbisik pada Oliver, "Aku akan membeli kopi dan menunggumu di lobi."

"Kau tidak perlu pergi," sahutnya cepat, kemudian--sambil menatap Dokter Rhett--dia berkata, "Anda tidak perlu mencemaskan Alice, Sir, dia dapat dipercaya. Apa Anda ingin membicarakan sesuatu yang ada hubungannya dengan orang tua saya?"

Dokter itu memandangku sejenak, seolah ingin memastikan kalau aku termasuk tipe orang yang dapat menyimpan rahasia, lantas bertanya pada Oliver dengan nada penuh kehati-hatian, "Dari kata-katamu, kurasa kau sudah tahu kalau Chad dan Katherine bukanlah orang tua kandungmu?" Oliver mengangguk, lalu Dokter Rhett melanjutkan, "Sudah kuduga kalau mereka tidak akan merahasiakannya terlalu lama darimu."

Aku memperhatikan ekspresinya yang semula santai tiba-tiba berubah serius, memberi kesan kalau dia hendak membicarakan sesuatu yang penting. Jangan-jangan dia mengenal orang tua kandung Oliver?

Dokter Rhett menautkan jari-jemari di atas meja. "Sebenarnya, Chad berniat menjelaskan semuanya padamu saat kau berumur dua puluh tahun. Dia berpendapat di usia tersebut kau sudah cukup dewasa untuk memahami apa yang telah terjadi. Tapi untuk berjaga-jaga, dia sudah berpesan agar kami memberitahumu kebenarannya jika--seandainya--dia dan Katherine meninggal sebelum kau berumur dua puluh tahun."

Kami? Apa itu berarti ada lebih dari satu orang yang tahu? Dan apa yang membuat orang tua Oliver berpikir kalau mereka bisa meninggal sebelum Oliver berumur dua puluh tahun? Ketika menoleh dan mendapati kening Oliver berkerut, aku tahu kalau dia juga menanyakan pertanyaan yang sama dalam hati.

"Kebenaran apa yang Anda bicarakan, Sir?" tanya Oliver.

"Tentang orang tua kandungmu, Nak. Itu sebabnya aku menghubungimu. Selain itu, ada satu hal lagi yang ingin kubicarakan. Apa kau sudah menemukan seseorang untuk menjadi walimu?"

Seorang wali adalah semacam pengganti orang tua yang diperuntukkan bagi penduduk Aequor berusia di bawah dua puluh tahun, yang tidak memiliki satu pun anggota keluarga berusia lebih tua. Pengajuan permintaan untuk mendapatkan seorang wali bukanlah suatu kewajiban, akan tetapi kehadiran wali terkadang diperlukan di beberapa situasi, misalnya saat mendaftar sekolah, jadi sebagian besar orang merasa perlu untuk mengajukannya.

Ada dua cara untuk mendapatkan seorang wali, yaitu memilih satu dari daftar nama wali sukarela yang tersedia, atau meminta orang tertentu untuk menjadi wali--yang nantinya harus menunggu persetujuan dari para petinggi di bagian Kesejahteraan Sosial di Aequor City Hall setelah melalui serangkaian proses penilaian. Hal-hal yang biasa menjadi bahan pertimbangan di antaranya : hubungan calon wali dengan keluarga si anak--seperti berapa lama mereka saling mengenal atau seberapa baik hubungan mereka, keadaan ekonomi calon wali, berapa banyak tanggungan di keluarga calon wali, serta seberapa tua calon wali tersebut.

Aku mencuri pandang ke arah Oliver yang diam membisu. Raut wajahnya tampak tertekan. Pemikiran tentang mencari seorang wali pasti baru terpikir olehnya, mengingat prioritas utamanya belakangan ini adalah menemukan si pembunuh.

"Jika kau tak keberatan, aku bisa menjadi walimu," lanjut Dokter Rhett. Tampaknya dia mengartikan diamnya Oliver sebagai pernyataan kalau dia belum menemukan siapa pun untuk menjadi walinya.

"Saya akan memikirkannya, Sir, terima kasih."

"Nah, sekarang ...." Dokter itu berdiri dan memandang sekitar. Selain kami bertiga, kafe itu kini kosong. "Sebaiknya kita tidak membicarakan perihal orang tua kandungmu di sini. Chad berpesan padaku untuk berhati-hati, jadi lebih baik kita pergi ke tempat lain."

Sebelah alis Oliver terangkat. "Berhati-hati terhadap siapa, Sir?"

Dokter Rhett memandang Oliver dengan penuh simpati. "Terhadap orang yang mengakibatkan kebenaran harus dikubur dalam-dalam." Setelahnya, dokter Rhett bergegas meninggalkan kafe dengan langkah-langkah lebar. Kami bersusah payah menyusul beliau, yang masuk ke dalam lift dan menekan tombol untuk turun ke parkiran bawah tanah.

"Ke mana kita pergi, Sir?" tanya Oliver.

"Ke rumahku. Jangan bertanya lebih lanjut, aku akan menjelaskan sisanya nanti." Ketika lift berhenti dan kami berjalan keluar, Dokter Rhett mengeluarkan ponselnya lalu berkata, "Aku perlu menerima telepon ini terlebih dahulu."

"Apa kau tegang?" tanyaku pada Oliver sementara Dokter Rhett berjalan menjauh untuk menjawab teleponnya.

Sambil memasukkan dua tangan ke saku jinsnya, cowok itu mengangguk. "Sedikit."

"Aku penasaran siapa lagi yang mengetahui informasi itu selain beliau. Dia tadi bilang 'kami', kau ingat?"

"Yeah, aku juga--"

Mendadak, terdengar bunyi berdebam yang keras, disusul oleh suara ban kendaraan berdecit yang membuatku harus menutup telinga dengan dua tangan. Tak lama setelahnya, sebuah mobil melintas di dekat kami. Oliver tertegun mengamati mobil itu menghilang di belokan, lalu matanya melebar dan--tanpa mengatakan apa pun--tiba-tiba dia berlari kencang ke arah yang sebelumnya dilalui oleh Dokter Rhett.

Aku tergesa-gesa menyusulnya. "Ada apa?"

"Dokter Rhett ... perasaanku tak enak." Tanpa aba-aba, dia berhenti berlari hingga aku menubruk punggungnya. "Tidak ... ini tidak mungkin ...," ujarnya dengan suara tercekat, seolah tak memercayai apa yang ada di depan matanya.

Aku berjalan ke sisinya dan terkesiap. Di depan kami, Dokter Rhett tergeletak tak sadarkan diri, darah mengalir dari luka di kepalanya, membentuk genangan cairan kental kemerahan.

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang